Viola memasak banyak sekali makanan ditemani dua bodyguard selama Davino pergi mengurus suatu pekerjaan. Dua pria berbadan besar itu diutus Viola mengiris bawang dan sayuran.
Masakan yang ia buat adalah sebagai bentuk rasa terimakasihnya kepada Davino, karena telah mempermalukan saudara tirinya kemarin. Kini siapa yang akan meremehkannya? Suaminya mafia, kaya, berkuasa, mati aja lo yang mau macem-macem. Pikir Viola bersemangat.
"Nona jangan kelelahan, nanti boss marah." Salah seorang bodyguard mengingatkan ketika Viola mengangkat panci sop. "Biar kami yang angkat." Pria berbadan besar itu menggantikan peran Viola. Ia mengangkat panci tersebut dan menaruhnya diatas meja makan.
Viola duduk cemberut. Bahkan menggoreng ayampun mereka yang menggantikan. Lalu apa pekerjaanya sekarang? Jika semua telah dihandle kedua pria itu?
Sebuah ide muncul dikepala, ketika Viola melihat sebuah pistol di meja. Wajahnya langsung berseri-seri menghampirinya. Ia memegang pistol itu dengan mata berbinar.
"Wahh.... sepertinya aku akan menjadi penembak profesional." Viola membawa pistol itu dengan mengendap-endap menuju halaman belakang. Tak lupa, Viola juga membawa sekeranjang kecil buah apel yang Davino siapkan untuk ia makan. Namun sayangnya buah apel itu bukan buat dimakan hari ini. Viola akan menjadikannya sebagai target bidikan.
Viola ingin mencoba menembak target seperti di film-film action yang pernah ia tonton.
Seteleh meletakkan sebutir apel di atas kursi yang ada di halaman, Viola langsung menarik pelatuk serta melepaskan pelurunya. Suara tembakan menggema dengan begitu menegangkan. Karena terlalu terkejut, Viola kembali melesatkan peluru ke arah kaca rumah Davino hingga pecah berkeping-keping menimbulkan keributan.
"Arghhhh, kenapa tanganku tidak bisa berhenti menembak?" Teriaknya sambil menembaki kaca rumah Davino dari semua sisi, hingga dinding kaca indah yang tadinya dihiasi lampu Led itu hancur tak bersisa.
Badan Viola gemetar. Tangannya masih saja keram meski peluru telah habis. Tubuhnya terjatuh di lantai dengan begitu lemas. Ia tidak menyangka jika bermain pistol itu semenyeramkan ini.
"Davino pasti marah." Gumamnya sambil mendekap dada, merasakan gejolak dari jantungnya. Viola sempat melihat dua orang bodyguard datang ke arahnya. Setelah itu Viola tidak lagi ingat apapun. Matanya terpejam dan ia tak sadarkan diri.
*****
Davino mengeram frustasi melihat keadaan rumahnya yang hancur. Pecahan kaca dimana-mana. Belum lagi beberapa lampu yang ikut pecah karena aksi penembakan brutal itu.
Ia pun segera meminta Tylor memperbaiki semuanya itu hari ini juga. Bahaya jika mansionnya terbuka seperti itu. Davino juga memecat dua bodyguard bodoh yang lalai menjaga Viola.
Bisa-bisanya mereka memasak, serta membiarkan Viola bermain-main dengan pistol. Bagaimana jika perut Viola yang tertembak? Ya Tuhan... sepertinya Davino memang tidak boleh meninggalkannya sendirian.
"Gimana Leon?" Tanya Davino ketika dokter yang memeriksa Viola keluar kamar.
"Dia hanya shock berat."
"Kandungannya?"
"Kandunganya baik. Viola hanya shock, sebaiknya kamu temui dia."
Davino mengangguk dan beranjak masuk kedalam kamar. Ia menatap horor Viola yang sedang memeluk boneka kesayanganya. Baru juga ditinggal meeting tiga jam, dan dia sudah membuat kekacauan yang luar biasa.
Davino merasa sesak ketika mendapat kabar ini. Bukan rumah yang ia pedulikan, tapi Viola dan anaknya. Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika ia gagal lagi menjaga mereka seperti ia gagal menjaga Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin Mafia
RomanceDavino adalah seorang mafia yang sangat dingin dan kejam. Apalagi setelah insiden kematian putranya, karena kesalahannya sendiri. Hatinya seolah membeku dan tertutup untuk siapapun. Davino tak percaya akan cinta. Namun sepertinya ketidakpercayaan it...