Kini Jihoon sudah ada di ruang rawat VIP yang berada disana. Baik dr. Park, ataupun Woojin tampak cemas pada Jihoon.
Gejala yang selama ini di hindari kini muncul kembali, dan karena alasan itu pula Woojin selama ini protektif pada nya, bukan karena tak ingin memberikan kebebasan pada Jihoon, hanya saja kondisi yang membuatnya seperti itu.
Jihoon tak boleh stress atau pun membuat nya terlalu berfikir keras. Traumatis yang terjadi saat usia belia membuat hingga seperti sekarang.
"Maaf kan aku Appa, aku yang salah, tak seharusnya aku melonggarkan penjagaanku padanya," ujar Woojin penuh penyesalan, sembari mengusap wajah adiknya itu.
Perasaan bersalah tentu saja menghantui Woojin, terlebih ia jelas melihat tindakan senior di sekolah nya yang membuat Jihoon tertekan. Woojin menduga bahwa Hyunbin lah alasan Jihoon seperti itu.
Dr. Park menghela nafasnya pelan, dan menepuk pundak Woojin pelan.
"Tidak apa apa, kau selama ini sudah menjaganya dengan baik, mungkin ini dapat di jadikan sebagai pelajaran untukmu dan juga Jihoon."
Woojin menganggukan kepalanya membenarkan ucapan dr. Park.
Tak lama Jihoon yang masih setia memejamkan maniknya menggerakkan tangannya pelan.
Dengan cepat Woojin dan juga dr. Park mendekati ranjang Jihoon tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Secara perlahan gadis itu mulai mengerjapkan manik nya menatap ke arah Woojin dan juga dr. Park yang sangat jelas sekali menunggu dirinya.
"Oppa ... Appa ... maafkan hoonie," ujar Jihoon secara tiba tiba.
Baik Woojin atau pun dr. Park langsung menggelengkan kepalanya, tak menyalahkan gadis itu sama sekali, justru yang mereka tanyakan hanyalah mengenai perasaannya atas kondisi nya saja tak lebih dari itu.
Ia tahu bahwa gadis itu pasti membutuhkan hal hal yang biasa nya anak anak lain lakukan seumurannya, untuk itu ia tak tahu akan berakhir menjadi seperti sekarang.
"Kau tak usah banyak berfikir, yang kau perlukan hanyalah beristirahat, aku ataupun Appa tak akan memarahimu, kami tahu kau juga ingin memiliki pengalaman bermain dengan teman sebaya kita bukan, dan kau tak berharap hal semacam ini terjadi," ujar Woojin yang terdengar bijak dan tenang mengatakan hal tersebut pada Jihoon.
Sebuah anggukan kepala Jihoon berikan sebagai pembenaran atau semua perkataan Woojin yang tak dapat ia sangkal sedikit pun.
"Awalnya aku membencimu karena kau selalu mengawasi ku dan aku tak dapat bebas sedikit pun, walaupun hanya sebatas memiliki teman lain selain dirimu, tetapi saat kau tak ada ... aku mencarimu, aku takut kau tak datang, mereka menakutkan oppa, aku janji akan menuruti mu lain kali," ujar Jihoon jujur kali ini.
Woojin menghela nafasnya panjang. Ia tahu betul bagaimana pemikiran Jihoon yang memang sesuai dengan perkataan Jihoon sebelumnya, hanya saja tetap saja Woojin merasa bahwa dirinya lah yang salah.
"Sudah, sudah ... hoonie harus berisitirahat, jadi sebaiknya kau lupakan masalah yang terjadi hari ini hingga kau seperti ini, dan jika ada yang ingin kau katakan pada Oppamu, lebih baik kau ceritakan semuanya pada oppamu nanti, karena bagaimana pun hoonie kesayangan appa membutuhkan oppa mu ini bukan?" Lirih dr. Park menyudahi pembicaraan keduanya yang mengarah pada menyalahkan dirinya masing masing.
Ia sadar betul bahwa putra putrinya saling menyayangi satu sama lain, walaupun terkadang keduanya akan saling beradu pendapat, tetapi pada akhirnya kedua nya akan mengalah seperti sekarang ini.
"Bukankah Hoonie sudah lama tertidur dan mengkhawatirkan kalian, lalu mengapa Hoonie disuruh tidur kembali?" lirih Jihoon dengan polosnya, yang jujur saja dalam hati kecil nya ia merasa tak enak dengan ayah dan juga saudara nya itu.
"Kau memang perlu banyak beristirahat sayang, kau tak mau Appa dan juga Oppa mu menjadi lebih khawatir di banding sebelumnya bukan?" tanya dr. Park yang sejujurnya memang sengaja bertanya seperti itu agar putri nya tak dapat mengelak atas perkataan yang baru saja ia lontarkan.
Mau tak mau Jihoon hanya dapat menganggukan kepalanya mengiyakan saja perkataan dr. Park tanpa dapat menolak nya sama sekali.
"Kalian berdua curang," lirih Jihoon yang kini kembali menyamankan posisi nya dan menarik selimutnya hingga dada nya tertutupi sempurna.
Hanya sebuah senyuman tipis yang dapat terlihat dari wajah dr. Park, maupun Woojin sendiri.
"Kami bukan curang, hanya saja ini salah satu hukuman mu lantaran kau sempat tak menuruti aku, dan berusaha memusuhi ku atau mungkin mengelabui ku bukan?"
Lagi lagi mendengar kalimat Woojin yang tak dapat di elak, tentu saja membuat Jihoon semakin menciut dan tak dapat mengeluarkan suara nya sama sekali, yang dapat ia lakukan hanyalah mengerucutkan bibirnya tanpa suara.
'Mengapa Oppa menyebalkan sekali, tetapi aku juga tak dapat mengelak nya.' Monolog Jihoon dalam hati yang tak lama kembali memejamkan maniknya berusaha masuk ke dalam mimpi nya agar kondisi Jihoon dapat lebih baik kembali.
"Sepertinya Hoonie sudah tidur pulas," kekeh dr. Park saat melihat putrinya yang tanpa menunggu hitungan 5 menit ia sudah terlelap begitu saja.
"Appa seperti tak mengenal putri Appa saja, ia memang seperti putri tidur dari dulu, dan aneh nya aku tak bisa seperti dia yang langsung tertidur dengan sekejap serta bangun dengan sekejap, karena aku akan sakit kepala."
Kekehan dr. Park semakin terdengar jelas di telinga Woojin.
"Kau benar, adikmu memang seperti itu."
---
TBC
See you next chapter
Leave a comment, and vote
.
.
Seya
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I ? [CHAMWINK/NIELWINK]
Fanfiction"Kau tak mengingatku ??" kaget pemuda kecil itu. . . "Siapa aku ?" ucap gadis kecil itu tiba tiba sambil menunjuk dirinya dengan tatapan kosong. . . [CHAMWINK/NIELWINK] [GS]