Chapter 14

34 3 2
                                    

"Kau sedang mencari apa Hoonie?" tanya dr. Park pada putrinya yang sedari tadi sibuk mengangkat bantal nya dan terlihat jelas bahwa gadis itu tengah mencari sesuatu.

"Handphone," lirih Jihoon pada akhirnya setengah putus asa menanyakan pada sang ayah.

dr. Park mengerutkan keningnya bingung, pasalnya ia pun tak tahu keberadaan benda persegi empat milik Jihoon dimana keberadaannya.

"Appa akan bantu carikan kau tetap berbaring pada posisi mu," ujar dr. Park.

Dengan wajah muram dan bibir terlihat dipoutkan Jihoon pun menyetujuinya, ia tak mengelak sama sekali akan permintaan dari sang ayah.

Hampir lima belas menit dr. Park mencari handphone milik Jihoon tetapi nyatanya nihil!

Ia tak menemukan sama sekali handphone milik Jihoon di ruangan rawat inap tersebut.

"Kau yakin membawanya?" tanya dr. Park pada Jihoon.

Jihoon menghela nafasnya pelan, seingat nya kemarin ia masih memegangi handphone tersebut, tetapi kenyataan nya ia tak menemukan sama sekali  keberadaan handphone miliknya. 

"Tunggu," ujar Jihoon yang tiba tiba saja menyadari hal janggal yang di lakukan saudara kembarnya itu tadi pagi. 

dr. Park mengerutkan keningnya bingung dengan reaksi yang di berikan oleh Jihoon saat ini.

"Kau tak boleh berfikir keras hoonie-ah," ujar dr. Park mengingatkan putrinya. 

"Oppa ... Oppa bertingkah aneh pagi ini," ujar Jihoon pada akhirnya memberitahu sang ayah. 

dr. Park tak diam saja, tentu saja pria paruh baya itu bertanya pada Jihoon tingkah seperti apa yang Woojin lakukan pagi ini. 

"Bukankah Oppa sangat aneh jika saat sebelum berangkat sekolah ia bertanya padaku akan hal yang ingin di titipkan padanya? lalu setelah itu aku mengatakan untuk memberitahu pada Oppa untuk memberikan pesan pada Daehwi bahwa aku sedang sakit sehingga tak dapat berangkat ke sekolah," ujar Jihoon berusaha menjelaskan pada sang ayah.

dr. Park mengangguk anggukan kepala nya pelan, ia menyadari bahwa memang ada sedikit kejanggalan di sana, dan tak ambil pusing dr. Park segera menghubungi putranya itu dengan memberikan sebuah pesan, lantaran ia menyadari bahwa jika ia menelfonnya di jam sekarang tentu nya Woojin masih mengikuti jam pelajaran berlangsung. 

Tak menunggu lama sebuah balasan pesan dr. Park dapatkan dari Woojin. 

"Sepertinya saudaramu ingin kau beristirahat dengan tenang agar kau cepat pulih, sehingga handphone mu di bawa oleh nya." 

"Oppa!" pekik Jihoon kesal pada saudara kembarnya itu. 

Tak bisakah sehari saja Woojin tak memicu nya untuk kembali kesal pada sosok laki laki yang sebenarnya selalu Jihoon ingat sebagai pelindungnya?

"Sudah Hoonie-ah, anggap saja ini sebagai hukuman mu, karena berusaha mengabaikan Woojin sebelumnya, kau tahu betul ia sangat menyayangi mu, sehingga mungkin menurutmu ia melakukan hal yang berlebihan," ujar dr. Park berusaha menengahi Jihoon yang sudah terlalu kesal dengan kembarannya itu. 

'Kau tak pernah berubah ternyata.' Monolog dr. Park dalam benak mengingat sikap putranya yang selalu protektif pada Jihoon semenjak kecelakaan yang membuat Woojin cukup terpukul kala itu, bahwa Jihoon kecil saja tak mengingat namanya!

Jihoon mempoutkan bibirnya dan tak lama menganggukan kepala nya mengiyakan perkataan dari sang ayah.

***

'Sepertinya Hoonie sudah menyadari bahwa handphone nya di sita olehku,' benak Woojin dalam benak kembali memasukkan handphone nya ke dalam saku celana nya setelah membalas pesan dari sang ayah. 

Memang benar jika Woojin tak memberitahu pada Jihoon bahwa ia mengambil handphone kembarannya itu, lantaran Woojin tak menginginkan ada hal yang tak diinginkan oleh nya terjadi pada Jihoon di saat dirinya berada di sekolah. Ia tahu betul bahwa handphone dapat memberikan informasi yang tak di ketahui sebelumnya. 

"Sepertinya kau sedang banyak pikiran," lirih salah satu gadis yang berada di samping meja Woojin. 

Woojin tak mengindahkan sama sekali pertanyaan dari gadis itu. Ia malas pada setiap wanita yang berusaha mendekatinya. 

Oh ayolah hingga detik ini ia belum tertarik pada wanita yang berada di sekelilingnya, kecuali satu orang!

Tak lain dan tak bukan adalah kembarannya sendiri!

Selama hidup nya sebagai kakak tertua di keluarga dr. Park maka dirinya lah yang merasa bertanggung jawab atas adik kembarnya. Ia tahu betul bahwa Jihoon bukanlah seperti gadis biasanya yang memiliki kondisi fisik yang sempurna atau bisa di bilang sehat, tetapi jauh dari itu!

Hanya saja Woojin yang mengenal baik saudaranya tentu saja berusaha sebisa mungkin memperlakukan sang adik sama saja dengan memperlakukan layaknya manusia sehat lainnya. Namun tidak dengan sikap strict nya pada Jihoon, seakan ia selalu memantau Jihoon tak melepaskan gadis itu sama sekali!

Bagi Woojin hanya itu adalah langkah terbaik yang dapat di ambil oleh nya jika dirinya ingin sang adik dalam keadaan aman terkendali dan tak kembali berusaha mengingat masa lalu nya yang menyakitkan. 

Trauma?

Ya, Woojin trauma jika ia harus kehilangan dan juga Jihoon kembali tak mengingat nya!

Ia tak menginginkan hal tersebut terjadi untuk kedua kalinya dalam hidup Jihoon. 

"Sstt, tak bisakah kau menjawab pertanyaan dariku? Apakah jika menjawab pertanyaan dariku akan menjatuhkan harga dirimu?" lirih gadis itu kesal pada sikap Woojin yang memang sangat acuh padanya. 

Malas mendengar ocehan dari gadis itu, pada akhirnya Woojin memilih menolehkan wajah nya ke arah gadis itu. 

"Tak bisakah kau diam? Aku tak sedang dalam mood yang baik." 

Kalimat tersebut mampu membuat gadis itu diam seribu bahasa. Ia tak menyangka akan mendapat perlakuan yang seperti itu dari Woojin. 

'Menyebalkan! Mengapa kau kasar sekali pada wanita!' 

---

TBC 

See you next chapter

Leave a comment, and vote

.

Seya

WHO AM I ? [CHAMWINK/NIELWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang