Jihoon kini telah di bantu oleh Woojin untuk beranjak dari ranjang UKS menuju mobil yang terparkir di halaman sekolahnya.
Lalu dimana Daniel?
Entahlah Daniel sudah pergi dari posisi sebelumnya, semenjak hati nya yang semakin sakit saat melihat interaksi Woojin dan Jihoon yang menurutnya terlalu dekat.
Dengan hati hati Woojin memapah Jihoon yang masih lemah. Dalam hatinya sejujurnya ia ingin sekali memaki ataupun meninju siapapun orang yang membuat Jihoon seperti itu.
Sedari dulu Woojin sangat hati hati sekali jika menyangkut Jihoon, bahkan sebisa mungkin ia tak membuat Jihoon terlalu banyak pikiran. Ia sadar semenjak kecelakaan yang menimpa Jihoon saat kecil, semenjak itu pula lah Jihoon tak dapat memaksakan terlalu berfikir akan suatu hal yang membuat kapasitas otak nya bekerja secara paksa, untuk itu juga Jihoon baru dapat bersekolah layaknya siswa lainnya mulai dari Junior High School.
Baru saja Woojin membantu Jihoon membukakan pintu mobilnya, seorang pemuda tinggi dengan gaya nya yang sedikit sembrono, datang menghampiri Jihoon dan Woojin.
"Hei ... kau sudah mau pulang?" tanya pemuda itu berusaha menahan Jihoon yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
Sekilas Jihoon menatap kearah sumber suara.
Deg
Bukannya Jihoon senang kehadiran pemuda itu, melainkan sebaliknya.
Degup jantung Jihoon yang semula tenang kini semakin berpacu cepat.
Bulir keringat tiba tiba saja membasahi kening Jihoon
Woojin yang menyadari hal tersebut, langsung mengatakan pada Jihoon untuk segera masuk ke dalam mobil tanpa mempedulikan pemuda yang datang menghampiri mereka, walaupun ia sadari pemuda itu adalah kakak kelas mereka.
"Hoonie ... masuklah ... kau tak mematuhi perkataan oppa mu?" ujar Woojin berbisik pada Jihoon.
Mau tak mau Jihoon akhirnya menuruti perkataan Woojin, dan setelahnya Woojin memajukan langkah nya kedepan pintu mobil yang barusan Jihoon masuki selayaknya tameng bagi adiknya itu.
"Yak ! Minggir, aku tak ingin mengajak mu berbicara, yang kuinginkan hanyalah gadis yang baru saja masuk ke mobil itu," ujar pemuda itu dengan nada meninggi pada Woojin.
Sebuah gelengan kepala Woojin berikan pada pemuda itu.
"Maaf, sepertinya ia tak ada urusan pada sunbae," ujar Woojin tegas dengan tangannya yang menempel ke arah jendela memberi kode pada Jihoon agar mengunci mobil nya menggunakan gerakan tangan yang sembunyikan di balik tubuhnya.
"Awas kau!" pekik pemuda itu sambil menggeser Woojin ke arah samping.
Jihoon yang sebelumnya mengerti kode Jihoon tentu saja langsung mengunci pintu dan berpura pura tidur di dalam mobil.
'Ah ... untung hoonie pintar,' benak Woojin sambil mempercepat langkah nya menuju pintu kemudi.
Ia tahu keadaan Jihoon yang dapat dikatakan tidak baik, untuk itu selagi memiliki celah menghindari pertengkaran yang tak diinginkan juga oleh Jihoon, Woojin melajukan mobil nya setelah ia sudah berada di dalam mobil.
"Yak !!! Arghh sial! Siapa bocah itu? Apakah ia kekasih nya? ... Sialan!" Maki pemuda itu sambil mengacak acak rambutnya.
Tanpa pemuda itu sadari, Daniel yang berada tak jauh dari pemuda itu sudah mengepalkan tangannya sempurna.
Sungguh ia tak suka dengan apa yang ia lihat dengan kedua maniknya.
Awalnya Daniel hendak maju dan membuat pelajaran pada pemuda yang hampir saja mengganggu Jihoon, hanya saja setelah ia berfikir logis maka saat ini bukanlah waktu yang tepat ia mengeksekusi hal tersebut.
'Kau salah besar memilih sasaranmu kali ini ... Hyunbin,' benak Daniel dalam hati.
***
"Hoonie kau baik baik saja?" tanya Woojin yang mulai panik karena sedari tadi tak mendengar suara Jihoon sedikit pun selama di perjalanan.
Merasa tak mendapat balasan dari Jihoon. Refleks tangan Woojin menyentuh kening Jihoon.
Hangat ...
Spontan Woojin memutar kemudi nya menuju rumah sakit sang ayah, ia tak peduli jika Jihoon nantinya akan marah padanya, yang terpenting bagi nya adiknya itu di periksa secara keseluruhan dan mendapat kan pengobatan terbaik.
"Aish ... mengapa kau sakit seperti ini, setelah aku sedikit melonggarkan peraturan yang kubuat sesuai keinginanmu," gerutu Woojin sambil sesekali memukul stir nya.
Tak lama Woojin sudah sampai di rumah sakit, lebih tepat nya Woojin memarkirkan mobil nya tepat di depan IGD.
Dengan cepat Woojin turun dan membukakan pintu samping dimana Jihoon berada, serta mengangkat Jihoon sangat hati hati.
"Dokter! cepat periksa adikku sekarang," ujar Woojin saat bertemu salah satu dokter disana.
Dengan sigap sang dokter memeriksa Jihoon setelah menempatkannya pada ranjang IGD, sedangkan Woojin mau tak mau langsung menelfon sang ayah.
Bagaimanapun yang sangat mengetahui kondisi Jihoon adalah ayahnya sendiri.
Tap
Tap
Tap
Langkah kaki tergesa gesa dapat disaksikan banyak pasang mata disana.
Wajah raut khawatir akan putri semata wayang nya, selain putranya yang ia milik, tampak terlihat jelas diwajah pria paruh baya yang baru saja datang ke dalam IGD tersebut.
"Bagaimana kondisi putriku,"
"Appa!/dr. Park!"
....................
TBC
Haii ... sudah lama ya seya ngga up cerita ini lagi 😊😊.
Ada kabar baik nih, menurut seya sih .. tapi ngga tau menurut kalian 😅😅.
Jadi gini ... cerita ini sekarang akan seya up rutin dua minggu sekali setiap hari Kamis.
Inget ya Kamis !
Berhubung minggu ini udah up, jadi kita akan ketemu lagi tanggal 4 Juni 2020 😊😊.
Ada yang mau ditanyakan?
Kalau ada yang mau tau jadwal cerita ini, ataupun work seya yang lain bisa cek di conv seya ya ...
Oh iya, terimakasih juga bagi yang mau nunggu cerita ini 😊
See you next chapter
Leave a comment and vote ...
.
.
Seya
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I ? [CHAMWINK/NIELWINK]
Fanfiction"Kau tak mengingatku ??" kaget pemuda kecil itu. . . "Siapa aku ?" ucap gadis kecil itu tiba tiba sambil menunjuk dirinya dengan tatapan kosong. . . [CHAMWINK/NIELWINK] [GS]