Chapter 13

49 5 6
                                    

Suara helaan nafas pelan, dan juga atensi yang tak lepas dari bangku kosong yang ada di hadapannya tentu saja membuat gadis yang merupakan sahabat satu satunya Jihoon menjadi gelisah di buat nya.

Tak ada kabar sama sekali hingga detik ini dari sang sahabat nya itu.

Hingga ...

Sosok seorang pemuda menghampiri Daehwi tepat berdiri di hadapannya.

"Kau Daehwi?"

Anggukan kepala di berikan oleh Daehwi pada Woojin.

"Dimana Jihoon?" tanya Daehwi yang langsung begitu saja bertanya pada Woojin lantaran ia memang benar benar khawatir pada sang sahabat.

"Itu alasan ku kesini, karena Jihoon meminta ku menyampaikan padamu bahwa ia sedang sakit, dan untuk sementara handphone nya ada padaku, maka secara otomatis ia tak dapat membalas pesanmu," ujar Woojin pada Daehwi.

Daehwi mengerjapkan maniknya pelan, dan spontan berdiri mendekat pada Woojin.

"Woah, mengapa kau benar benar posesif padanya? Apakah Jihoon sakit parah?" tanya Daehwi pada Woojin dengan tatapan khawatir.

Woojin mengambil nafasnya dan memundurkan tubuhnya memberi jarak di antara Daehwi dan dirinya.

Tanpa keduanya sadari banyak pasang manik yang baru saja memasuki kelas Daehwi menatap ke arah keduanya mencoba mendengar pembicaraan keduanya.

"Sepertinya bukan kewajiban ku untuk memberitahu padamu, jadi aku permisi," lirih Woojin yang dengan seenak jidat nya segera membalikkan tubuhnya melangkah menjauh dari Daehwi.

"Yak!! Aku belum selesai bicara padamu!" Pekik Daehwi yang sayang nya tak digubris sedikit pun oleh Woojin.

Di saat Daehwi termakan emosi nya lantaran sikap Woojin yang menyebalkan, pemuda dengan wajah kecil dan tubuh jangkung nya datang mendekat ke arah Daehwi.

"Ada apa? Mengapa kau berteriak padanya? Apakah ia mengganggumu?" tanya Jinyoung pada Daehwi.

Daehwi mengambil nafasnya dalam dalam sembari menghela nya secara perlahan.

"Tidak apa apa," ujar Daehwi dengan nada bicara nya yang masih terdengar penuh emosi.

'Calm down Daehwi, kau tak boleh terlihat emosian,' ujar Daehwi dalam benak sembari mendudukkan dirinya di bangku nya.

Sungguh ia baru menyadari bahwa Woojin memang semenyebalkan seperti yang Jihoon katakan sebelumnya.

'Apakah Jihoon benar baik baik saja?' lirih Daehwi dalam benak nya yang memang khawatir pada Jihoon.

Lain hal nya dengan Daehwi yang memilih duduk dan tak menggubris Jinyoung dengan ceria seperti biasanya, maka Woojin terlihat santai seakan kehidupan sekolah nya atau hal yang terjadi di sekolah tak ada perbedaan besar sama sekali.

"Woojin-ah, kudengar kau baru saja ke kelas sebelah menemui wanita, apakah ada gadis yang kau sukai disana sehingga kau mampir kesana?" Lirih seorang teman sekelasnya yang cukup penasaran akan semua bahan gosip yang dapat di jadikan sebuah cerita.

Woojin yang dingin hanya mengendikkan bahunya pelan, seakan dengan sangat jelas memberitahu pada temannya itu bahwa ia sama sekali tak tertarik akan pertanyaan yang baru saja di tujukkan padanya.

"Yak, apakah kau ingin menutupinya dari kami sehingga kau tak mau mengatakannya?"

Lagi lagi Woojin sibuk memutarkan maniknya, sembari terus berjalan ke arah mejanya tak memedulikan sama sekali akan respon yang akan ia dapatkan dari teman teman sekelasnya terhadap dirinya.

"Sudah sudah, kau tak usah mengganggunya, sebentar lagi guru akan masuk ke kelas."

Mau tak mau pemuda itu berakhir tak melanjutkan perdebatannya pada Woojin yang acuh padanya.

'Ck, mengapa senang sekali mengurusi orang lain.'

***

Seorang pemuda tampak mengedarkan pandangannya ke arah jendela ruang kelas gadis yang beberapa waktu terakhir seakan mengganggu pikirannya.

'Kemana dia? Mengapa tak ada,' lirih seorang pemuda yang sedang memanjat pada salah satu pohon tinggi yang berada di sekolah milik orang tuanya.

Merasa tak menemukan sosok yang ia cari pada akhirnya ia berniat untuk turun dari pohon tersebut.

Hingga ...

"Kudengar ia tak masuk, jadi apa rencanamu selanjutnya? Aku yakin kau belum mendapatkan gadis kemarin bukan?" Lirih salah satu pemuda pada pemuda lainnya.

Tak ada jawaban dari belah bibir sang pemuda yang di ajak bicara oleh nya.

"Kau tak mendengarkanku? Jangan bilang kau kembali curang pada taruhan kali ini Donghan?"

Donghan mengendikkan bahunya menjawab atas pertanyaan yang di berikan oleh Hyunbin sebelumnya.

Luapan emosi yang tertahan di dalam diri Daniel kini seakan tak tertahan di dadanya.

Rasanya ingin sekali ia memaki pada kedua pemuda itu, hanya saja menurut nya saat ini adalah waktu yang tak tepat, oleh karena itu Daniel memilih diam dan mencoba menguping rencana dan cara main kedua pemuda yang berada tepat di bawah pohon itu.

'Jika kau ingin bermain main dengan orang yang ada di dekat ku, itu artinya kalian dengan tangan terbuka menerima konsekuensi atas perbuatan kalian, jangan harap kalian akan merasakan kesenangan sesaat yang kalian impikan jika kalian menyentuhnya,' geram Daniel dalam benak sembari mengepalkan tangannya bebas di udara.

.
.

"Mengapa aku merasa hawa disini menyeramkan," lirih Hyunbin pelan sembari memeluki dirinya sebelum mengejar ketertinggalan langkah kaki nya dari Donghan.

——-

TBC

Hallo semuanya, setelah sekian purnama akhirnya seya baca ulang dan akan melanjutkan FF ini :))

Semoga kalian sukaa ^^

.
.

See you next chapter

Leave a comment, and vote

.
.

Seya

WHO AM I ? [CHAMWINK/NIELWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang