06: Beside You

3K 509 55
                                    

CHAPTER 6
Beside You

[Playlist: Beethoven - Moonlight Sonata]

***

Untuk beberapa saat lamanya, Jeffrey mengambil jeda berdiri di hadapan sepasang pintu kayu mahoni sebuah ruangan. Usai mengakhiri panggilan dengan Alice, sekuat hati ia menguatkan dirinya untuk kembali menatap mata perempuan yang nyaris membuatnya turut menjadi setengah gila.

Bayangan lekuk tubuh Rosé yang teramat indah masih membekas di benak Jeffrey, kini tengah menari dengan kurang ajar di kepala pria itu. Hasrat sebagai seorang laki-laki normal menyeret kegelisahan tersendiri, siapapun akan sama halnya dengan Jeffrey jika berada di posisi pria itu bukan?

Menggeleng pelan, Jeffrey berusaha menepis pikiran kotornya sebelum melabuhkan tiga kali ketukan pada permukaan pintu lalu mengayunkan gagangnya. Jeffrey teggelam kembali di dalam ruangan itu, memukan sesosok perempuan telah membalut diri dengan sweater merah muda terang dan celana pendek 'kurang bahan'-menurut Jeffrey sebab berjarak cukup jauh dari posisi lutut dan mengekspos sepasang kaki yang jenjang.

Duduk meringkuk di atas sofa dekat jendela, Rosé menekuk dua tungkak dan memeluk dua lututnya. Berikut, ia meletakan kepala di atas tumpukan lengan seraya melempar pandangan menerawang pada pemandangan butiran salju yang berjatuhan di luar sana.

Sementara itu, Jeffrey menyempatkan diri untuk menggulirkan atensi pada nampan di atas nakas. Mangkuk berisi sup daging masih utuh tak tersentuh. Jeffrey beralih memandang punggung yang tertimbun helaian rambut basah pula berantakan milik Rosé.

Mendekat pada sebuah meja rias, Jeffrey berinisiatif meraih sisir dan pengering rambut. Berjalan pelan menghampiri Rosé, suara derap langkah Jeffrey menyadarkan perempuan itu sehingga sosoknya kemudian mengangkat kepala dan memandang Jeffrey tanpa bicara.

Mengangkat dua benda di tangan, Jeffrey bertanya, "Mau kubantu mengeringkan rambut?"

Anggukan pelan yang Rosé berikan membuat Jeffrey kemudian mendudukan diri pada ruang kosong di sebelah perempuan itu. Tangannya kini dengan piawai menyisiri helaian surai lembut Rosé, pula mengoperasikan hairdyer untuk mengeringkannya. Jeffrey sadar bahwasanya Rosé terus menjatuhkan pandang padanya. Namun, sebisa mungkin Jeffrey bersikap biasa dengan menyibukan diri mengurusi rambut perempuan itu.

"Rambutmu panjang sekali." Suara pelan Jeffrey kembali menjadi pemecah keheningan di antara mereka berdua.

"Tidakkah kau berniat untuk memotongnya? Gaya rambut sebahu mungkin akan cocok denganmu." Jeffrey bertanya tanpa berniat menubrukan pandang ke dalam dua bola mata yang kini memandangnya kosong, ada sedikit gurat kebingungan yang terpancar.

Meski tak menjawab, sukma Rosé terus bertanya-tanya:

Kamu sebenarnya siapa?

Sebab Rosé tahu betul, Jaehyun menyukai rambut panjangnya. Pria itu pernah berkata bahwa rambut panjang Rosé adalah yang paling indah. Pernah sekali waktu ketika Rosé memotong pendek, Jaehyun secara terang-terangan memberikan pendapat bahwa ia tak suka dan berharap waktu bisa cepat berlalu sehingga ia bisa melihat Rosé dengan rambut panjang indahnya lagi.

Dan kini, mendengar kalimat yang bertolak belakang dari yang Rosé ketahui sebelumnya, ia tergulung bingung. Mengapa tiba-tiba banyak hal yang berbeda dari Jaehyun yang Rosé kenal?

Jaehyun yang Rosé kenal tak pernah bicara dengan nada tinggi, tetapi beberapa saat lalu, untuk kali pertama Rosé mendengar bentakan pria itu. Kini ia masih mencoba menerka, benarkah sosok di depannya sekarang adalah sang suami?

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang