33: Human's Error

1.6K 306 116
                                    

CHAPTER 33
Human's Error

[Playlist: Park Jamie – Hopeless Love]

***

"Hiasan rambutmu ... cantik."

Satu tangan terulur menuju helaian surai kecoklatan yang menyala lantaran tertimpa benderang cahaya ratusan lampu pijar di atas sana. Ujung hak sepatu hells yang membalut kaki indah seorang perempuan tak lagi berpijak pada lantai tepi kolam saat memilih sedikit mundur dari posisi sebelumnya.

Sebuah logam melintang vertikal berhias permata berkilauan yang tadinya terpasang manis pada kepala kini jatuh ke dasar kolam, berikut tubuh berbusana kain sutra mauve berangkat menyusul, menyebabkan sekian mili liter air tumpah seperti ketakutan yang tiba-tiba datang kelewat ruah.

Sempat beberapa kali tangannya terulur mencoba meraih permukaan, tetapi sayang ia seakan menggapai sesuatu yang kejauhannya adalah entah. Setiap kali menjulurkan kepala, yang didapat hanya bayangan samar orang-orang sekitar berhiruk-pikuk ria menjadikannya sebuah tontonan mata.

Napas seperti diputus paksa, ia memandang langit gemerlap di atas sana untuk yang terakhir kali sebelum gelap menjadi satu-satunya. Dingin air kolam menghantam sekujur raga, sementara jiwanya terseret oleh deras arus aliran yang bermuara pada sebuah kenangan kelam. Selayak dé javu, ia merasakan hal yang serupa dengan dahulu saat air danau menenggelamkannya habis-habisan. Beku, takut, juga sakit yang pernah dirasakan, mereka semua berhamburan memeluk erat jiwa manusia rapuh terlampau butuh pertolongan.

Ingat pula, manakala dua tungkak gemetar dipaksa berlari tanpa arah menyibak semak belukar berduri tajam dan terjal kerikil jalanan yang bisa saja menorehkan luka; hanya demi mencari pertolongan teruntuk manusia tak bernyawa yang ia tinggalkan di tepi danau saat fajar tiba.

"Senang bertemu denganmu, Nyonya Jung. Semoga kita bisa berhubungan baik."

Kali ini, tentang seorang perempuan yang ia tahu adalah satu-satunya tempat Jaehyun menaruh rasa. Segalanya nampak pelik setelah ia baru saja melalui momen tanpa dugaan bertemu dengan sosok itu dan perbincangan mereka menjelma gema di telinga juga pemecah harap yang sedang melambung melampaui asa. Harapan akan kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama orang tercinta lambat laun mengabu tanpa kejelasan. Yang ada hanya kekosongan berteman hampa, seperti tengah berada di lorong gulita tek berpenghujung.

Pening hebat menyapa kepala yang lantas menghabisi porsi sadar. Tubuh itu tenggelam nyaris menyentuh dasar kolam. Sampai suatu ketika, sebuah tangan kokoh terulur menggapai jemari lemah, meraih tubuh ramping yang ringkih untuk kemudian dibawanya naik ke permukaan dan diletakan di tepian.

"Rosé ...."

Gusar serta merta tersemat pada wajah Kim Mingyu, pemuda yang baru saja mendedikasikan diri menyelam dan menyelamatkan Rosé yang kini tak sadarkan diri. Helaian surai disingkirkannya cukup tergesa, mata menelanjangi wajah pasi tanpa ekspresi. Bersekon-sekon lamanya, Mingyu mencoba merotasikan akal meraih putusan terbaik perihal apa yang mesti ia lakukan di situasi segenting sekarang.

Sebuah gagasan memberi napas buatan melintas di benak Mingyu, tetapi kala hendak merealisasikan, mata Mingyu lebih dulu dipertemukan dengan sepasang netra tajam pria yang baru saja menelusup kerumunan dan hadir di tengah-tengah mereka, disusul Alice dan Johnny yang sama halnya terkejut.

Jeffrey bersama setumpuk resah di jiwa ternganga melihat perempuan yang senantiasa ia pastikan tidak lolos dari jangkauan pandang kini terkapar dalam keadaan kuyup dengan Mingyu yang berdiri tak jauh sama kuyupnya. Otak Jeffrey segera menganalisa kemungkinan kejadian yang baru saja ia lewatkan. Sepasang jemari Jeffrey terkepal erat, menerima kenyataan bahwa Mingyu-lah yang menolong Rosé dan bukan dia. Ada kecemburuan yang mencecap relung tatkala pria di ujung hendak melakukan aksi penyelamatan lain yang Jeffrey sendiri telah lebih dulu mampu membaca.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang