1.2-Danurdara Pangestu

460 70 5
                                    

Yoon Jeonghan
sebagai
Danurdara Pangestu

Yoon JeonghansebagaiDanurdara Pangestu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Terima kasih, Danu, Candra untuk hari ini. Sampaikan salam saya untuk Arka."

Akhirnya rapat rutin bulanan ini berakhir juga. Bukan pertama kali sih gue ikut rapat ini, tapi tetep aja bikin nguras tenaga sekaligus pikiran. Mual-mual gue lihat data setiap hari. Pahamin data satu perusahaan aja udah bikin gue eneg, belum lagi tadi masih dicekokin data dari cabang lain. Kenapa sih si Arka nggak turun langsung buat nemuin direktur-direktur itu? Sok-sokan mau ngurus produk baru, padahal aslinya paling cuma santai-santai di ruang kerjanya. Produknya kan udah selesai promo dari minggu lalu, apa coba yang harus diurus lagi? Aduh, panas kayaknya kuping Arka gue ghibahin gini.

Gue sama Candra bergegas pulang dan sempet-sempetin makan dulu di warung bakso Bethesda. Bakso paling enak se-Jogja anjir. Padahal ya, tadi ketemuan juga ada makanan. Tapi keluar ruangan langsung laper lagi, nutrisinya kepake semua buat mikir. Untung gue pergi sama Candra, bisalah nilep uang perusahaan buat bakso sama minun dua porsi. Lagian seratus ribu juga nggak sampe. Kebanyakan itung-itungan, otak gue jadi kongsi begini. Eits, tapi ini positif ya. Gue berarti perhitungan, menghitung untung dan rugi bagi gue.

Selama hampir sepuluh tahun merantau di Jogja, gue udah mulai hafal tempat-tempat makan yang murah. Jangan heran, kalau tempat yang mahal udah keliatan dari nama sama bangunannya. Kalau mau tempat makan yang murah, bisalah tanya-tanya gue. Mau oseng-oseng mercon? Di Malioboro berderet tuh, tinggal milih mau yang mana. Mau gudeg? Area alun-alun mau yang utara atau selatan, ada semua. Mau warmindo? Nggak usah ditanya, yang jualan sampe hafal sama muka gue. Mereka sampe tahu gue pasti mampir sekiranya di atas tanggal dua puluhan tiap bulan. Lo tahu kan, orang-orang pengen punya gaji Jakarta tapi biaya hidup Jogja? Nggak usah orang-orang deh, gue juga sebisa mungkin menerapkan prinsip itu. Hehe.

"Pak, bakso dua ya. Minumnya es teh sama es jeruk." Candra sering juga mampir ke sini. Rugi sih kalau tinggal di Jogja tapi nggak pernah nyobain bakso Bethesda. Pokoknya lo-lo semua harus mampir ke sini kalau lagi di Jogja.

"Udah jam setengah lima, nanggung nggak sih kalau balik ke kantor?" Gue lihat Candra mainin sambel yang ada di mangkok kecil.

"Mau langsung balik ke kontrakan?"

"Eh, tapi motor gue di kantor. Takut malem nggak bisa pergi kemana-mana kalau butuh sesuatu." Candra ngangguk doang, anaknya emang jarang ngomong. Susah kalau udah disatuin bareng Evano sama Leo. Komunikasi pake ikatan batin kali.

"Ya udah, gue drop ke kantor aja kalo gitu."

Arah kontrakan gue sama rumah Candra itu beda. Emang paling bener sih gue ke kantor dulu, tengah-tengah.

"Lo nggak ada niatan buat beli rumah di sini, Mas?" Bakso kita dateng sebelum gue jawab pertanyaan Candra. "Yang kecil-kecil aja dulu. Yang isi dua atau tiga kamar. Lagian lo juga sendiri di sini." Buset dah, nggak sabaran banget nih orang. Belum jawab pertanyaan yang pertama, udah disaranin ini itu.

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang