1.12-Leonardo Abraham

199 47 4
                                    

Chwe Hansol
sebagai
Leonardo Abraham

Chwe HansolsebagaiLeonardo Abraham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Banyak yang nyuruh gue jadi bintang film aja daripada jadi programmer. Seganteng itu ya muka gue? Tapi gue mengakui gue itu ganteng, paripurna malah. Lihat aja dari segi manapun, nggak ada jeleknya gue tuh. Depan, samping kanan-kiri, belakang, bawah, beuhh ganteng banget pokoknya. Terima kasih kepada emak gue yang nontonin Titanic tiap waktu selama gue masih di kandungan. Anaknya jadi mirip Leonardo Di Caprio gini. Ya gimana ya, kan gue nggak bisa menduga pekerjaan sampingan gue di masa depan. Model contohnya?

Selain disebut mirip sama pemeran Jack Dawson itu, gue juga sering dikira kakak adek sama Bang Vano. Dari pertama kenal waktu kuliah dulu, sampe sekarang gue kerja dan kebetulan bareng lagi sama Bang Vano, gue emang sedeket itu sama dia. Maaf Bang El, gue nggak ada maksud untuk mengaku-aku jadi adiknya Bang Vano. Tetep lo deh, Bang, saudara sehidup sematinya Bang Vano. Mungkin semua ini karena kami selalu atau sering kedapetan bareng. Gue kenal Bang Vano pertama kali itu waktu dia jadi pendamping kelompok semasa gue OSPEK. Mungkin karena sifat kami yang hampir mirip dan punya selera humor yang sama, gue jadi nyambung aja ngobrol sama dia. Setelah OSPEK malah gue dibantu kalau ada tugas kuliah yang gue nggak bisa. Royal banget pokoknya. Dari situ gue juga akhirnya bisa kenal sama Bang El. Tapi dulu itu nggak sedeket sekarang, padahal Bang El itu ramah banget. Kayaknya gue malah cringe deh sama orang ramah.

"Gimana kerjaan anak baru, Yo?"

Bang Vano datang yang kebetulan sekarang juga masih jam makan siang. Gue meregangkan punggung gue yang lumayan pegel ini.

Sebenarnya yang punya ruangan sendiri itu ya cuma Bang Vano. Di ruangan gue ada empat orang termasuk gue yang masih ada dalam satu tim. Sekarang, ketiga orang itu lagi makan siang dan gue sendirian di sini.

"Lumayan lah, Bang. Paling tanya-tanya dikit tentang kerjaan. Tapi kalau skillnya sih udah bagus ya."

Bang Vano duduk di kursi yang udah dia tarik dari balik meja di depan gue.

"Dia nyaman? Berarti dia cewek sendiri dong di sini?"

Benar. Yovi, anak baru itu, masuk ke tim gue dan otomatis ada di ruangan gue yang isinya cowok semua dan bahkan lebih tua dari gue, walaupun cuma sekitar dua tahun aja. Meskipun Mbak Putri juga kemaren cewek sendiri, tapi dia masih beberapa tahun lebih tua dari kami dan merupakan kepala tim waktu itu. Jadi, bukannya canggung, dulu kami malah dibimbing. Sedangkan Yovi sendiri empat tahun lebih muda dan baru lulus kuliah.

"Ya awalnya canggung, Bang. Tapi gue sama yang lain berusaha buat si Yovi nyaman. Sebenernya dia banyak ngomong, tapi mungkin masih malu jadi ya gitu deh."

"Sok tau banget lo kalau dia banyak ngomong."

Gue berdecak. "Dia itu kalau tanya, kalau belum jelas tanya terus, Bang. Apalagi kalau bukan banyak ngomong?"

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang