2.7-Candra Arkasana

201 38 1
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Membantu adek gue urus persyaratan untuk kerja di Jogja memang tugas gue, tapi ya nggak sampai ngerepotin gini dong, Chikaaaa. Gue di kantor lagi banyak meeting buat evaluasi pengulangan produksi kemarin dan persiapan untuk merancang produk-produk baru lagi. Tapi si Chika dengan nggak tau dirinya minta tolong ini-itu, bahkan hampir semua keperluan mendaftar di bakery temen gue itu.

"Ya chat aja itu Siera. Kan udah ada kontaknya yang baru kemarin Mas kasih."

Chika mengeluh karena ijazahnya masih belum keluar dan harus menunggu sampai wisuda yang masih sekitar tiga bulan lagi. Cuma masalahnya, dia katanya malu, nggak enak, sungkan atau alasan lainnya yang buat dia nggak mau menghubungi Siera langsung.

"Mas ada meeting habis ini. Hubungi atau cari kerja sendiri sana."

Terdengar jelas omelan di seberang sana, tapi gue memilih untuk tidak peduli dan mematikan sambungan telepon.

"Can, belum masuk lo?"

Gue merasakan tepukan di bahu yang menjadi rangkulan. Ternyata Juna yang juga mau masuk ke ruang rapat.

"Ada telpon tadi dari adek gue."

Dia cuma mengangguk aja dan kami berjalan beriringan. Untung saja rapat akan dimulai lima menit lagi. Walaupun begitu, udah banyak orang yang berkumpul di tempat ini. Jogja Tim lainnya ada Bang Arka—jelas, Vano, Gilang, dan Juna sendiri.

"Bisa kita mulai meeting siang ini."

Suara Bang Arka mendominasi ruangan. Emang ya, vibesnya dia ngeri banget kalau udah serius begini. Padahal dulu ngeselin banget, sampai si Gilang aja masih sering ungkit-ungkit jeleknya sifat pria yang memiliki jabatan tertinggi di sini.

Juna berdiri di samping layar proyektor. "Izinkan saya menjelaskan progress kita selama hampir sebulan ke belakang." Dia berdeham sedikit lalu memfokuskan diri pada setiap grafik yang ada di layar. "Jadi di awal produksi kemarin, masih belum ada peningkatan bahkan bisa dibilang tidak ada pengaruhnya. Tapi, setelah seminggu pemasaran, grafik mulai terlihat naik walaupun tidak sampai 5%. Tapi jelas ini lebih baik daripada sebelumnya. Hingga sekarang, minat pelanggan sudah meningkat sangat baik mencapai angka 85%. Walaupun belum mencapai target, yaitu 90%, tapi ini sudah meningkat sebanyak 25% dari yang sebelumnya. Jadi keuntungan yang didapat juga sudah bisa menutup kerugian sebelumnya."

Juna memberi jeda sedikit pada presentasinya dan menatap kami satu persatu.

"Setelah rapat dengan tim kami sebelumnya, bisa dipastikan jika perusahaan sudah dapat memproduksi produk baru. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah pasar yang kita tuju. Konsep, baik dalam desain maupun pemasaran harus benar-benar matang agar tidak perlu mengulang produksi kembali. Lebih baik dimaksimalkan di awal daripada harus membuang waktu, tenaga, modal, dan lainnya untuk melakukan produksi dan promosi ulang. Ini yang bisa saya sampaikan. Apakah ada pertanyaan?"

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang