3.2-Danurdara Pangestu

108 9 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Peristiwa gue ketabrak motor waktu itu ternyata sedikit membawa keberuntungan bagi gue. Selain motor gue yang diservis dan jadi bagus banget, nggak tahu kenapa gue tiba-tiba deket sama dokter Gita. Iya, dokter di klinik itu, kakaknya yang nabrak gue. Awalnya sih gue iseng-iseng aja buat bilang makasih setelah motor gue dianter ke kontrakan. Tapi beberapa kali gue sering reply story WhatsApp dia, terus tiba-tiba follow instagram dia. Cepet banget deh pokoknya. Tapi gue belum cerita apa-apa sih ke Jogja Tim. Walaupun Gita ini memberikan sinyal yang baik, tapi gue nggak mau mengumbar berita yang belum pasti dan malah membuat gue jadi berharap lebih.

Kapan ya gue terakhir deket sama cewek?

Kayaknya udah lama banget karena sekarang aja gue nggak sabar buat ketemu dia nanti malam. Kelakuan gue kayak anak ABG anjir.

"Tumben nggak langsung pulang, Mas? Biasanya lo yang paling semangat tenggo."

Sekarang jam kerja udah selesai dan gue lagi nongkrong di warmindo depan kantor bareng Juna, Wildan, dan Vano.

"Bentar lagi Wil. Ada janji sama orang, ntar kalau nunggu di kontrakan malah bosen."

Gue emang berniat pulang sekitar satu jam sebelum ketemu Gita. Kenapa? Biar gue sampe kontrakan langsung mandi, siap-siap, berangkat ke tempat Gita. Soalnya kalau sekarang langsung pulang, gue pasti uring-uringan karena nggak sabar buat ketemu.

Maklum, biasanya pulang kerja langsung tidur tapi sekarang ada janji gini kan excited guenya. Ya walaupun waktu itu pernah sekali ketemu buat makan bareng yang juga impulsif aja sebenernya. Kalau hari ini kayak date pertama gue sama dia. Cielah date. Pokoknya hari ini lebih niat deh dari sebelumnya.

"Dih janjian sama siapa lo? Tumben banget nggak minta disamper ke kontrakan aja?"

Gue tertawa mendengar pertanyaan Juna. Gue emang paling mager dah kalau suruh keluar. Jadi kalau ada kepentingan pasti gue suruh ke kontrakan aja. Juna paling sering, soalnya kerjaan dia yang paling banyak berhubungan sama gue.

"Sama cewek itu, Jun. Lo nggak lihat dia senyum-senyum mulu daritadi?"

Sejelas itu kah ya? Sampai Vano yang nggak peka aja nyadar sama tingkah gue hari ini.

"Cewek darimana anjir," elak gue masih belum mau ngaku

"Wah, kalau nggak diakuin ilang ini, Mas," timpal Wildan sembari menunjuk gue diikuti oleh Jun dan Vano.

Oalah, gini amat punya temen kerjaannya iseng mulu.

"Mending lo pikiran dah gimana caranya deket sama sepupu Juna. Dari kapan nggak jadi-jadi anjir."

Wildan langsung memukul Juna yang duduk di sebelahnya. "Iya, Jun. Lo nggak mau apa sahabat lo ini bahagia?"

"Sepupu gue yang nggak bahagia kalau sama lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang