2.6-Evano Hengkara

187 44 6
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Vano!"

Teriakan tersebut memenuhi rumah yang kebetulan cuma ada gue sore ini. Sosok itu muncul setelahnya bersama seseorang yang mengikuti di belakangnya.

"Lo kok udah pulang?"

Gue mengecilkan volume televisi ketika El duduk di sebelah gue. "Gue cuma anter dia doang tadi."

"APA?!" teriaknya lagi tepat di samping telinga gue yang sangat amat mengganggu.

"Nggak usah teriak kenapa sih?" Gue menutup telinga kanan, lalu melirik ke arah Leo yang duduk di sofa seberang. "Mau ambil harddisk kemarin, Yo?"

Belum sempat Leo menjawab, suara El lebih dulu masuk ke indra pendengaran gue. "Lo nggak usah mengalihkan pembicaraan dulu deh." El kemudian menatap Leo. "Bentar, Yo, ini lebih penting."

Leo hanya mengangguk patuh di tempatnya dan mengambil air mineral kemasan yang memang selalu disediakan di meja.

"Ya gue cuma anter aja, El. Lo mau berharap apa sih?"

"Ya ceritain ke gue kenapa lo cuma anter dia? Kan gue bilang temenin dia, Van."

Gue menghela napas dan mengingat rangkaian kejadian sebelum ini.

Kalian inget kan beberapa waktu lalu si El bilang kalau Anjani suka sama gue? Kalau nggak salah waktu Anjani nebeng buat dianterin pulang.

Nah, sejak saat itu, Elvano ini semangat banget buat menjodohkan gue dengan Anjani. Pokoknya banyak banget cara yang dia lakukan agar sosok Anjani ini ternotice oleh gue. Mulai dari sering makan satu meja di kantin kantor, beberapa kali juga gue diminta buat anter Anjani pulang, sampai-sampai salam dari Anjani untuk gue yang gue sendiri nggak tahu itu beneran Anjani sendiri atau malah cuma akal-akalan El aja menyampaikan salam yang sebenernya nggak pernah ada.

Puncaknya adalah semalam ketika El minta gue nemenin Anjani ke toko buku karena sebelumnya udah janji, tapi ternyata ada hal lain yang harus dia kerjakan.

"Lo besok pergi nggak, Van?" tanyanya ketika masuk ke kamar gue.

"Nggak. Kenapa?"

Dia menggaruk tengkuknya dan tersenyum lebar. Perasaan gue udah nggak enak.

"Besok gue ada janji sama si Jani buat nemenin dia ke Gramedia. Tapi tiba-tiba nggak bisa." Cengiran dia makin lebar dan matanya semakin menghilang. "Lo mau nggak nemenin Jani?"

Gue meletakkan buku bacaan di nakas. Nggak habis pikir sama si El. "Lo kalau nggak bisa nepatin janji, nggak usah deh janji-janji gitu ke orang lain."

Di berdecak kecil dan menarik kursi game mendekat ke ranjang. "Dadakan ini, Van. Kalau gue tahu ada acara lain, nggak mungkin gue janji duluan ke Jani."

"Ini bukan rencana lo kan buat deketin gue sama Jani?"

"Bukan, Van."

Tapi fakta yang gue tahu pagi ini, semua yang dikatakan Elvano semalam itu adalah bohong. Dia nggak ada janji sama Anjani dan malah nongkrong asyik sama anak Jogja Tim, yang gue lihat foto mereka di grup.

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang