2.12-Leonardo Abraham

134 22 4
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Hari Minggu adalah hari yang sangat gue tunggu-tunggu. Di hari Minggu ini gue bisa bersantai seharian full.

Setidaknya itu yang biasa gue lakukan sebelum terjebak bersama bocah di depan gue ini.

"Enaknya ngapain ya, Bang? Mau main kemana kita hari ini?"

Dahi Dino berkerut memikirkan semua kemungkinan tempat yang bisa kami kunjungi dengan menyuap sesendok lontong sayur.

"Lagian kenapa sih ngide banget mau pergi hari ini?"

"Bang, Bang Leo itu harus keluar sesekali. Jangan diem mulu di rumah hari Minggu."

Pagi tadi, waktu gue mau berangkat ke gereja, tiba-tiba aja Dino udah di depan rumah gue dengan motor kesayangannya.

"Bang, ikut gereja ya. Pake motor gue aja, lo tinggal bawa helm."

Awalnya gue bakal nolak, tapi lihat jam yang udah mepet, akhirnya gue terima aja. Toh lumayan ada temen ke gereja, soalnya adek gue lagi kuliah ke luar kota. Pantesan beberapa hari sebelumnya si Dino ini kepo banget jam berapa gue ibadah, ternyata malah nyamperin buat ibadah bareng.

Gue kira sampe situ aja, ternyata anak ini mau jalan-jalan sehabis selesai sarapan.

Hari Minggu gue yang biasanya adem ayem, khusus hari ini adalah pengecualian.

"Eh, Yovi—"

"Lo ngajak gue bareng ini mau nanyain Yovi doang? Gue beneran pulang naik ojol nih."

"Apaan sih, Bang. Liat tuh belakang lo ada Yovi."

Gue membalikkan badan memastikan apa yang disampaikan Dino. Bener. Ada Yovi di sana, lagi pesen makanan di warung yang sama dengan gue. Mungkin dia nggak liat ada gue dan Dino karena tempat ini cukup rame. Setiap Minggu kursinya pasti penuh dan—

"Yovi," teriak Dino dan cewek itu menoleh, "duduk sini aja, masih bisa." Dino menepuk bangku di sebelahnya.

Gue pulang aja kali ya sekarang?

Muak banget kalau harus liat Dino sok imut gini.

Nggak lama Yovi datang dan Dino segera menggeser tubuhnya. "Halo, Kak. Aku ijin gabung ya."

"Iya, Yovi. Santai aja."

Jelas, itu bukan gue yang ngomong.

"Kamu sering ke gereja sini?"

Dih, pake aku-kamu.

"Iya, Kak. Soalnya sini yang paling deket sama kos. Kak Dino sendiri juga sering di sini?"

"Enggak Vi, tapi kebetulan hari ini mau bareng Bang Leo. Tuh, Bang Leo yang tiap Minggu kesini."

Ini cerita POV gue kan ya? Kenapa berasa gue yang jadi figuran di cerita gue sendiri?

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang