1.4-Arjuna Julian

351 58 2
                                    

Wen Junhui
sebagai
Arjuna Julian

Wen JunhuisebagaiArjuna Julian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Rebahan setelah pulang kerja itu adalah surga tersendiri bagi semua orang, percaya deh sama gue. Ketemu kasur, main hape sampai lupa waktu itu nikmatnya nggak bisa dijabarin. Bisa pulang cepet ditambah nggak ada tugas yang kejar deadline itu jarang terjadi buat data analyst kayak gue gini. Setiap launching produk baru, semua data harus dicek dulu supaya bisa diolah menjadi laporan yang nantinya akan diberikan ke atasan.

Paham nggak maksud gue?

Intinya kerjaan gue ketemunya matematika, grafik, tabel-tabel. Jangan coba-coba deh kalau nggak mampu. Bukan mau pamer, tapi emang kenyataannya seribet itu. Gue aja sampai mikir salah masuk jurusan gara-gara ambil Statistika waktu itu. Tapi udah setengah jalan, sayang banget kalau mundur gitu aja. Mana kuliah gue di Semarang. Tahu Universitas Diponegoro, kan? Nah iya, gue kuliah di sana. Sok-sokan sih UGM dulu nolak gue waktu SNMPTN, padahal guenya pinter gini.

Ngomong-omong soal kuliah nih, waktu itu pertama kalinya gue rantau. Sumpah deh, gue nggak betah lama-lama di tempat orang. Padahal dari Jogja ke Semarang juga paling lama cuma empat jam, tapi tetep aja gue nggak bisa jauh-jauh dari keluarga. Selesai urusan perkuliahan, mulai dari wisuda, surat-surat segala macem, gue langsung balik ke Jogja. Sempet kerja di perusahaan iklan, tapi nggak bertahan lama akhirnya di Mahen Group. Beruntung banget bisa masuk sana, karena gue bekerja ya sesuai dengan pekerjaan gue. Waktu di perusahaan lama, lebih banyak main komputer tapi jarang yang berhubungan sama data-data, jadi ya nggak cocok juga.

Biasanya sih habis pulang kerja gini, ibu udah masak buat makan malam. Nggak ada yang bisa nolak masakan ibu dan itu yang selalu bikin kangen rumah. Tuh kan bener, dari garasi aja gue bisa denger suara berisik dari dapur. Emak-emak emang gitu ya? Kalau ngelakuin sesuatu nggak bisa lebih pelan gitu.

"Bu. Juna pulang." Gue masuk lewat pintu yang tembus dari garasi ke dapur. Ternyata lagi ditemenin sama adik gue, Krisna namanya. Gue mencium tangan ibu gue dan beralih mengulurkan tangan ke Krisna yang malah berakhir dipukul. Nggak ada sopan-sopannya emang.

"Mas, tadi kayaknya ada Bang Devan deh di sekitaran sini. Ketemu nggak?" Tahu juga dia kalau ada Devan tadi.

"Iya tadi, habis nganter Mbak Deva katanya." Nggak tahu deh umur gue lebih muda atau tua dari Mbak Deva. Tapi karena nggak terlalu deket, ya udah gue panggil aja pakai awalan Mbak. Nggak enak kalau nama langsung.

"Yah, jangan-jangan Bang Devan pdkt lagi sama Mbak Deva."

Gue mengambil air putih dari dispenser, haus. "Ya terus, kenapa?"

"Nanti dosen jomblo di kampus berkurang dong, Mas. Siapa coba yang bakal jadi penyemangat?"

Si bocah, bisa-bisanya mikir begitu. Krisna itu kuliah di universitas tempat Devan jadi dosen. Tapi dari jurusan farmasi yang kebetulan satu gedung sama jurusan psikolog. Ya mungkin sering kali liat Bu Dosen sliwar-sliwer di kampus.

Metanoia [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang