6.

2.9K 399 4
                                    

Seulgi POV.

“Kak, bangun!”

Yeri menggoyang-goyangkan tubuh gue. Gue yang terusik kemudian mendorong pelan badannya menggunakan kaki gue.

“Berisik!”

Kemudian Yeri mengambil guling dan memukul ke arah gue berkali-kali. Gue yang ketenangannya sudah diganggu akhirnya memeluk badan Yeri kemudian menariknya ke atas kasur.

Gue gelitikin badannya dan dia langsung teriak sampai hampir menangis. Gue tertawa puas dan dia memukul-mukul badan gue.

Akhirnya dia turun ke bawah meninggalkan gue yang tertidur lagi di atas kasur.

Belum ada sepuluh menit gue merem, Bunda masuk ke dalam kamar untuk membangunkan gue.

Gue yang masih mengantuk terpaksa harus membuka mata kemudian duduk di atas kasur.

“Kamu gelitikin Adiknya lagi?”

Pasti Yeri ngadu ke Bunda.

“Maaf, Bun. Lagian dia yang mukul Seulgi duluan.”

Bunda menghela napasnya. “Nanti jangan lupa minta maaf ke Adikmu.”

“Iya, Bunda.”

Sebelum turun, gue berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi.

Gue menatap cermin yang ada di depan gue kemudian tiba-tiba teringat kejadian semalam yang di mana Irene ingin mencium gue dengan jelas.

Gue mengacak-acak rambut sendiri. “Sadar ... Gi. Dia itu seorang bintang besar. Gak mungkin suka Sama lo. Lo tuh cuma orang pribumi biasa.” gue menunjuk diri sendiri ke arah cermin yang ada di depan.

“Lagi pula dia udah punya calon tunangan.” Gue menghela napas kasar.

Setelah gue selesai, gue turun ke bawah untuk sarapan. Gue melihat Bunda, Ayah, dan Yeri yang sudah berkumpul di meja makan.

Gue duduk di depan Yeri yang memasang wajah malasnya. Gue hanya tertawa kecil melihatnya.

“Gi ... Minta maaf sama Adiknya,” ujar Ayah.

Gue tersenyum kecil. “Maafin, ya, Dek.”

Yeri masih diam sambil menatap ke arah makanannya.

Akhirnya gue mengambil sesuatu dari saku celana dan memberikannya kepada Yeri.

“Gue gak bercanda soal ini.” Gue memberikan kertas yang sudah ditanda tangani oleh Irene.

“Gue juga minta maaf soal tadi.”

Yeri melihat sesuatu yang diberi oleh gue kemudian terlihat matanya yang berbinar dan dia langsung mengambil kertas itu.

“HAH?! INI SERIUS TANDA TANGANNYA IRENE?!”

Gue mengangguk sambil tersenyum.

Happy birthday, ya ....”

Yeri berdiri kemudian memeluk gue dari samping. Gue membalas pelukan Yeri sambil mengelus kepalanya.

Ayah dan Bunda hanya tersenyum haru melihat interaksi antara gue dan Yeri.

“Kamu dapat dari mana Gi tanda tangan artis itu?” Tanya Ayah.

“Kebetulan Seulgi jadi fotografernya dia, Yah.”

“Beneran, Gi? Wah ... Makin ke sini artis yang kamu fotoin gak main-main, ya,” sambung Bunda.

Gue tertawa kecil. “Mungkin udah rezekinya Seulgi. Semua juga berkat doa kalian.”

Ayah, Bunda, dan Yeri terlihat tersenyum bangga ke arah gue. Mereka selalu menghargai usaha gue walaupun tidak seberapa.

Crush | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang