12.

2.4K 298 0
                                    

Gue kebangun gara-gara suara alarm di ponsel. Gue mematikan alarm itu kemudian duduk sambil bersandar di kasur. Gue masih ngerasain pusing di kepala dan kayaknya badan gue sedikit panas. Gue turun dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi terlebih dahulu. Setelah itu gue turun kebawah.

Gue hanya duduk di sofa ruang TV sambil menonton kartun dua bocah berkepala botak.

“Kamu kenapa, Gi? Kok lemes banget?” Tanya Bunda.

Gue menoleh sekilas. “Kepala Seulgi pusing banget, Bun.”

“Makan dulu, Nak. Kamu belum makan, kan?”

Gue mengangguk. “Tapi Seulgi gak nafsu, Bun.”

Bunda menatap khawatir kemudian menghampiri gue. Dia memegang dahi gue untuk mengecek apakah badan gue panas atau tidak.

“Badan kamu panas banget, Gi.”

“Semalem Seulgi juga kedinginan. Sampe AC di kamar juga gak Seulgi nyalain.”

“Sebentar, Bunda ambilin obat dulu.”

Gue mengangguk dan menunggu Bunda mengambilkan obatnya.

“YERI!”

Gue mendengar ada yang memanggil nama Adik gue dari depan rumah. Gue berjalan menuju pintu dan melihat Mark di sana.

“Lo ngapain Mark?”

“Jemput Yeri, Kak.”

“Ya udah sini masuk dulu.”

Kemudian Mark menaruh helmnya di kaca spion dan berjalan masuk ke dalam rumah gue.

Gue mempersilahkan Mark untuk duduk dan Bunda datang ke ruang TV sambil membawa obat.

“Minum dulu obatnya, Gi— eh, ada Mark?”

Gue mengangguk kemudian menerima obat itu. Sedangkan Mark hanya tersenyum ramah ke arah Bunda.

“Kamu jemput Yeri?”

“Iya, Tante,” jawab Mark.

“Bentar Tante panggilin dulu, ya.”

Mark mengangguk kemudian Bunda ke atas untuk memanggil Yeri.

“Gimana kedai? Aman, kan?”

“Aman, lah, Kak. Malah kemarin tuh rame banget. Yang jaga cuma gue sama Haechan. Alhasil gue panggil si Jisung buat bantuin.”

Gue tersenyum senang. “Mantap kalau gitu. Nanti gue kasih bonus, deh.”

Wajah Mark langsung berubah senang. “Bener, ya, Kak?”

Gue mengangguk.

Btw, lo lagi sakit, Kak?”

“Kecapean aja kayaknya.”

“Oh, ya udah istirahat aja sana.”

Gue mengangguk, kemudian Yeri datang sambil membawa tas untuk kuliahnya.

“Ayo, Mark. Sorry ya lama, hehe.”

“Jangan kebiasaan buat orang nunggu,” tegur gue ke Yeri.

“Iya, maaf. Ya udah, yuk, Mark.”

“Gue pamit, ya, Kak, Tante, aku berangkat dulu,” pamit Mark.

“Ya. Hati-hati, ya, Nak.”

“Hati-hati Mark bawa motornya.”

Mark mengangguk kemudian pergi bersama Yeri meninggalkan rumah.

Crush | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang