7.

3K 371 2
                                    

Suara kicauan burung dan ayam berkokok sudah terdengar. Gue membuka mata perlahan kemudian duduk sambil mengumpulkan nyawa.

Gue bisa melihat seorang wanita cantik yang masih tertidur pulas di atas kasur gue.

Gue langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi.

Sekitar sepuluh menit, gue keluar dari kamar mandi dan melihat Irene yang sudah bangun sambil bermain ponselnya.

Irene menoleh ke arah gue. “Kamu kapan bangunnya, Seul? Bukannya bangunin aku.”

“Baru, kok. Kamu tidurnya pules banget, aku gak tega banguninnya. Hehe.”

Irene mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil kemudian berjalan ke arah kamar mandi.

Gue hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkahnya yang pagi-pagi sudah membuat gemas.

Sekarang gue sedang sarapan bersama di meja makan. Irene berada di samping gue dan melihat beberapa lauk yang ada di sana.

"Kenapa, Nak Irene? Kamu gak suka, ya?" Tanya Bunda.

Irene dengan cepat menggeleng. "Bukan begitu, Bibi. Ini terlalu banyak untuk sekedar sarapan."

"Bunda kalau siapin sarapan memang selalu banyak, Unnie. Ini bukan untuk kita aja, tapi juga untuk karyawan catering-nya nanti."

"Ah, begitu... Maaf saya tidak tahu."

"Tidak masalah, ayo cepat dimakan. Nanti keburu dingin," ujar Ayah.

“Baik, Paman.”

Gue hanya tersenyum melihat interaksi mereka.

"Unnie sampai kapan di Indonesia?" Tanya Yeri.

"Hanya sebulan."

"Yah .…" Yeri mengerucutkan bibirnya.

Irene tersenyum. "Setelah mengenalmu, sepertinya aku akan sering berkunjung ke Indonesia dan berlama-lama di sini," canda Irene.

Padahal dalam hati gue, gue mengaminkan kalimat Irene.

Setelah sarapan selesai, gue bersiap-siap mengantarkan Irene pulang karena motor gue juga berada di parkiran apartemennya.

“Kamu hari ini ada jadwal apa, Seul?”

“Tidak ada. Hanya ada kerjaan untuk mengedit video aja. Kalau kamu?”

Managerku telah kembali ke sini dan nanti aku ada jadwal syuting bersama channel TV lokal.”

“Benarkah? Kalau begitu ayo kita pulang sekarang.”

Irene mengangguk kemudian bersiap-siap.

Gue memarkirkan mobil Irene di parkiran khusus penghuni apartemen, kemudian gue membukakan pintu untuknya.

“Tidak perlu seperti itu, Seul.”

Gue tersenyum. “Gak apa-apa. Aku senang melakukannya.”

Irene ikut tersenyum kemudian kita berdua berjalan masuk ke dalam lift.

"Tidak usah repot-repot mengantarkan aku sampai kamar, Seul.”

“Aku hanya ingin memastikan kamu aman, Hyun.”

“Aku udah dewasa, bukan anak kecil lagi.”

“Aku tahu.”

Irene mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Gue yang melihat itu hanya mengacak gemas rambutnya.

Crush | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang