13.

2.3K 274 0
                                    

Ketika gue membuka mata, gue bisa melihat Irene yang sudah bangun terlebih dahulu. Dia sedang memainkan ponselnya sambil menyandarkan punggungnya di tepi kasur.

Gue yang masih mengantuk akhirnya mendekati tubuhnya kemudian tiduran di atas pahanya. Irene tersenyum ke arah gue kemudian mengelus lembut rambut gue.

“Kamu sudah bangun, hm?”

Gue mengangguk kecil. “Tapi aku masih mengantuk.”

“Tadi Bundamu menyuruh untuk sarapan, Seul. Ayo bangun.”

Gue hanya diam dan mempererat pelukannya. Gue menyembunyikan wajah di perut Irene.

Nghh ... Geli, Seul~”

Gue tertawa kecil kemudian duduk dan masih menatap kosong ke arah bawah.

“Wajahmu kenapa begitu menggemaskan, hm?” Irene menangkup pipi gue.

Gue hanya menggeleng tak tahu.

“Cepat cuci mukamu.”

Gue mengangguk kecil kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai cuci muka dan sikat gigi, gue mengelap wajah dengan handuk khusus kemudian keluar dari kamar mandi.

Irene menoleh ke arah gue kemudian tersenyum. Otomatis gue senyumin balik.

“Aku boleh meminta sesuatu darimu?”

“Boleh, apa itu?”

Morning kiss,” jawabnya dengan wajah sedikit memerah.

Gue tersenyum kemudian menghampirinya. Gue menarik tangannya dan dia langsung bangun dari duduknya.

Gue langsung menarik tengkuknya dan mencium lembut bibirnya. Dia langsung membalas ciuman gue dan melumatnya.

Gue masukin lidah ke dalam mulut Irene dan menggigit pelan bibir bawahnya.

Nghh, Seul .…” Irene mengerang.

Gue memeluk pinggangnya sambil sesekali meremas pantatnya.

Irene sudah meremas kaos yang gue pake sambil mengerang nikmat.

“KAK SEULGI! IRENE UNNIE! AYO SARAPAN!”

Gue langsung melepas ciumannya karena mendengar suara teriakan Yeri. Begitu pula dengan Irene.

Adik sialan.

“Lanjut nanti, oke? Yuk turun ke bawah.”

Irene mengangguk kecil dan masih dengan wajah merahnya. Gue tersenyum gemas kemudian mengacak rambutnya.

Sekarang gue sedang sarapan bersama keluarga gue dan Irene.

“Nak Irene, Bunda mau bilang terima kasih kamu sudah merawat Seulgi kemarin karena Ayah Bunda lagi sama-sama sibuk.”

Irene tersenyum. “Sudah seharusnya aku merawat Seulgi.”

“Terima kasih, Irene,” ujar Ayah.

“Sama-sama, Paman.”

“Panggil kami Ayah dan Bunda saja ya mulai sekarang?”

Irene tersenyum. “Baiklah.”

Gue yang melihat interaksi mereka semakin dekat hanya bisa tersenyum senang.

Unnie.”

Irene menoleh ke arah Yeri. “Iya?”

“Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?”

Crush | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang