9.

2.9K 325 2
                                    

Seulgi POV.

“Seulgi! Bantuin Ayah sebentar sini, Nak!”

Gue yang masih tiduran di atas kasur langsung bangun dan sedikit berlari menuruni anak tangga.

Gue menghampiri Ayah yang sedang berada di halaman belakang.

“Ada apa, Yah?”

“Bantuin Ayah buat ngasih pupuk-pupuk itu ke tanaman,” tunjuknya ke arah sekarung pupuk.

Gue berjalan mengambil pupuk itu kemudian membantu Ayah bertanam.

Jika orang tua menyebut kata ‘sebentar’ itu sebenarnya adalah kata antonimnya. Gue membantu Ayah mungkin ada sekitar setengah jam sampai gue yang tadi sudah mandi, jadi mandi keringat lagi gara-gara membantunya.

Tapi gue ikhlas, kok. Tidak seperti Adik gue ini yang sedang menyiram tanaman. Dia dari tadi dia hanya bisa mengeluh panas dan lelah.

"Yang bener nyiramnya.”

Yeri berdecak sebal. “Bawel lo.”

“Lagian lo nyiram kayak orang tipes, sih. Lemes amat.”

Tiba-tiba Yeri mengarahkan selang airnya ke arah gue. Otomatis gue langsung menghindar dan dia makin mengejar gue.

Stop! Stop! Iya ampun ... Ampun.” Gue menyerah.

Akhirnya Yeri berhenti mengejar gue dan masih menatap tajam.

“Iya maaf, Dek. Sensi banget lo. Lagi PMS?”

Yeri masih diam menatap gue dengan tatapan mematikan.

Hehehe ... Gue nanti mau ketemu sama Irene. Mau titip salam, gak?”

Seketika ekspresi Yeri berubah 180 derajat.

Gue heran sama Adik sendiri. Kenapa bisa seperti itu?

“Mau ketemu Irene Unnie? Ikut!”

“Gak. Gue mau meeting sama yang lain juga.”

Yeri memasang wajah sedihnya.

Gue menghela napas. “Nanti gue salamin aja, ya?”

“Suruh main kesini lagi, Kak~” rengeknya.

“Kalau jadwalnya gak padat nanti gue ajak lagi.”

Yeri tersenyum. “Makasih, Kak.”

Sekarang gue sudah berada di depan pintu apartemen Irene. Gue ke sini karena ingin menjemput Irene untuk datang bersama-sama ke kedai kopi.

Gue memencet bel dua kali dan pintu tersebut terbuka.

Tetapi gue terkejut karena bukan Irene yang ada di hadapan gue sekarang. Melainkan seorang wanita yang tidak gue kenal.

Gue tersenyum ramah kemudian menyapanya.

“Selamat siang, saya ingin bertemu dengan Irene.”

Wanita itu melihat gue dengan tatapan menyelidik.

“Anda siapa?”

“Perkenalkan, saya Seulgi. Teman Irene.” Gue tersenyum ramah ke arahnya.

Wanita itu terkejut sambil membentuk huruf O di bibirnya.

“Jadi kamu yang bernama Seulgi?”

Gue bingung kenapa wanita satu ini bisa kenal gue.

“Anda mengenal saya?”

Crush | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang