Dua Puluh Satu

70 9 8
                                    

Pesta berlangsung sangat meriah. Kedua keluarga kerajaan nampak disibukkan dengan tamunya masing-masing. Tak luput sang pangeran pertama hampir tidak bisa beranjak dari tempatnya sekarang.

Serangkaian acara telah berlangsung, setelah dansa dilanjutkan dengan pertunjukan Opera. Schweta menyadari sesuatu yang janggal. Sejak pemberkatan selesai wanita itu tidak melihat kakak iparnya. Matanya menatap sekeliling namun sayangnya terus tertunda karena para tamu berebut ingin berinteraksi dengannya.

" Tuanku, sejak tadi aku tidak melihat Verizha. " Bisik Schweta pada suaminya. Azura tertegun, ia sempat tidak merasakan kehadiran Verizha karena aura di tempat ini lebih dominan aura iblis dibandingkan manusia.

" Mungkin dia ada dikamar nya sayang. Cukup memakan banyak tenaga bisa berdiri lama diantara kita. Tenangkan dirimu. " Sahut Azura mencoba menenangkan istrinya lalu segera memerintahkan satu pelayan untuk mengecek apakah dia benar berada di kamarnya.

Disisi lain Azrael tengah satu meja dengan Leviathan. Keduanya menatap satu sama lain mereka juga sama sama menyeringai saling merendahkan. Mereka berdua juga sama kuatnya hanya dengan berbenturan aura mampu membuat setengah tamu undangan pingsan dibuatnya.

" Agaknya kau tenang sekali Azrael. " Kata Levi membuka suara.

" Haruskah aku berteriak ? Apa kepalamu terbentur? " sahut Azrael tenang.

" Pfftt hahaha. Ah selamat atas pernikahan adikmu. Aku merasa beruntung bisa diundang kesini. Lalu dimana gadis itu? Aku rasa dia benar-benar cantik hari ini. " Sambung Levi dengan santai memancing emosi Azra lalu mengambil satu gelas minuman yang di suguhkan oleh pelayan.

Azrael diam tak menjawab. Tangannya mengepal erat menahan diri untuk tidak memukul iblis di hadapannya sekarang. Mengingat saat ini merupakan hari bahagia sang adik dia tidak bisa berbuat sembarangan meskipun bisa saja dia melakukannya.

Levia tertawa renyah. Rencananya berhasil dengan mulus, dirinya juga tidak bodoh jika harus berhadapan langsung dengan Azrael. Terlebih disini bukanlah teritorinya. Sama saja mencari mati jika dia melakukannya. Untuk sementara dia akan bermain main dengan emosinya saja.

Pelayan suruhan Azura kembali, dengan wajah pucat dia mengatakan bahwa Verizha tidak ada di manapun. Bahkan dia menemukan salah satu pelayan pribadi Verizha, Rin ditemukan tergeletak bersimbah darah di koridor dekat taman mawar yang memang jarang dilewati oleh pelayan biasa.

Mendengar berita tersebut Schweta terkejut bukan main, bagaimana bisa kakak iparnya diculik begitu mudah. Azura terdiam sambil memijat pelipisnya setelah menyuruh pelayan tersebut kembali melanjutkan tugasnya. Matanya kemudian melirik meja yang berada beberapa meter di depannya.

Sang kakak duduk bersama dengan Leviathan. Bagaimana bisa mereka berdua berada di meja yang sama?

Disisi lain Verizha yang diculik dibawa kekediaman milik Leviathan yang tidak pernah ditemukan oleh siapapun. Dirinya di tempatkan di sebuah kamar yang lebih mirip seperti penjara hanya saja interiornya terlalu mewah. Dan banyak mawar merambat menghiasi jeruji besi.

" Apa ini? " Katanya saat terbangun dari pingsan.

Meskipun tidak ada rantai yang membelenggu dirinya namun tetap saja seperti kelinci berdiam di kandang. Tidak bebas.

Verizha menatap sekeliling mencoba mencari informasi dimana dirinya berada sekarang. Dia hanya mengingat bagaimana Rin tergeletak berdarah-darah dihadapannya. Berteriak pun rasanya akan percuma dia bahkan tidak tau jam berapa sekarang ini karena diluar langit sudah gelap hanya diterangi pantulan sinar bulan purnama.

Yang lebih penting tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya. Dia lebih ngeri ditemukan dengan luka dibandingkan harus berhadapan dengan iblis yang tidak dikenali nya.

Everything On You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang