Sembilan

673 49 3
                                    

Verizha terbangun akibat sinar matahari pagi menyapa sedikit kasar menerpa wajahnya. Ia merasa lebih baik dari sebelumnya dan merasa lebih sehat. Satu hal yang ia pertanyakan dimana dia sekarang?

Ruangan ini bukanlah kamar miliknya. Meskipun kecil namun sangat nyaman di dalamnya. Ia beranjak dari tempat tidur lalu mulai menelusuri setiap lekuk ruangan. Matanya teralihkan oleh pemandangan diluar yang mencuri perhatian. Sebuah pemandangan yang sangat sangat menarik baginya.

Ia merasa seperti berada di dunia anime dimana ia melihat sebuah bangunan besar nan megah yang dikelilingi rumah rumah kecil dibawahnya.

" Apakah ini ilusi? Atau aku terlalu banyak membaca manga jadinya berkhayal begini? " Ucapnya sambil menepuk pipinya. Setelah yakin apa yang dilihatnya itu nyata Verizha segera turun dari lantai dua dan keluar dari rumah untuk melihat lebih dekat.

" Huwah!! Menakjubkan! Aku tidak percaya kalau dunia iblis sama seperti dunia manusia! Oh ya apa ini asli? " Ucapnya girang sambil menyentuh beberapa tumbuhan dan pepohonan yang menurutnya aneh. Ia mengambil sebuah tongkat lalu menusuk nusuk satu objek moluska di depannya.

Mungkin merasa terganggu hewan moluska berbentuk seperti ulat tersebut melakukan perlawanan. " Ggyyaahh!!! Menjijikkan!! " Jerit Verizha terkejut melihat makhluk mengerikan di depannya. Karena kehilangan keseimbangan Verizha jatuh terduduk kebelakang. Takashiro menahan senyumnya melihat sang nona yang begitu tertarik dengan alam sekitar.

"Nona sudah bangun" tegur Takashiro setelah berhasil mengaturnya ekspresi wajahnya.

" Ah Takashiro! Coba kau lihat itu! Makhluk aneh apa itu!! " Sahut Verizha sambil menunjuk hewan tadi.

" Sebaiknya nona tidak berdekatan dengan hewan tersebut. Jika tidak nona akan kehabisan darah dalam waktu 3 menit " jawab Takashiro lalu mengeluarkan sebuah ayam di balik kotak yang ia bawa.

" Eksperimen huh? " Tebak Verizha heran

" Great! Just a little Miss Verizha " Takashiro melempar ayam tersebut di dekat hewan tadi, dan tanpa perlu waktu lama ayam tersebut sudah mati kaku kehabisan darah oleh hewan moluska tersebut.

" Wah hebat! 100x dari lintah. Menjijikkan. " Verizha terkesima melihat eksperimen kecil yang dilakukan Takashiro lalu mengalihkan perhatian kebarisan rumah di depannya. Semilir angin mengibaskan rambut panjangnya, ekspresi datar wajahnya membuat Takashiro terkesima.

Ia mengeluarkan sebuah tiara bertahta kristal ungu kemerahan menghiasi. Tiara tersebut ia pasangkan diatas kepala Verizha. Gadis tersebut nampak bingung dengan sikap pria iblis didepannya dan sebuah benda yang bertengger cantik di kepalanya.

" Apa ini? " Tanya Verizha lalu mengambil benda di kepalanya.

" Sebuah hadiah kecil nona. Ingatkah kau dengan kalung yang dilelang beberapa hari lalu? Bentuk aslinya adalah tiara yang kau pakai saat ini " Jawab Takashiro lalu kembali memasangkan tiara tersebut.

Verizha mengangguk kecil lalu kembali memandang datar kedepan. Meskipun mendapatkan hadiah yang sangat berharga ia tetap pada pendiriannya. Tidak goyah dengan hal hal kecil yang akan menghancurkan segalanya.

Indah..

" Lalu apakah kau akan mengurungku di tempat ini? Aku bosan dan ingin keluar melihat-lihat banyak sesuatu yang menggelitik untuk di cari tahu"

" Sejujurnya saya tidak bisa menemani anda saat ini karena beberapa alasan yang cukup menguras tenaga dan pikirannya. Tempat ini cukup bersahabat jadi tidak ada yang akan mengusikmu " Takashiro menatap bangunan besar didepannya, sepertinya memakan waktu yang lama untuk kembali lagi ke dunia manusia.

" Baguslah dan simpan saja benda ini, terlalu merepotkan dan berat " Verizha melempar benda cantik dari kepalanya kebelakang dan meninggalkan Takashiro di belakang, ia mengambil sebuah kayu panjang yang akan ia gunakan sebagai alat. Takashiro menyeringai kemudian menyerang gadis di depannya dengan benda yang sama.

Taakk!!

Gadis itu menangkis serangan dengan baik, Takashiro menaikkan satu alisnya sepertinya ia sedikit meremehkan kemampuan tuannya. " Nice reflex lady. Have your nice day. " Gadis itu hanya mengibaskan rambutnya lalu kembali melakukan petualangan di sebuah dunia entah dimana. Pada umumnya terlihat normal semua yang ada ditempat ini termasuk pepohonan dan juga bunga hanya saja yang berbeda adalah jangan menganggap semua normal seperti dunia manusia jika ingin selamat.

Sudah 10 hewan liar aneh menyerang dirinya dan mereka semua bernasib tragis. Tidak sia sia ia belajar bela diri bersama pelatih pilihan Takashiro namun entah kenapa dia tidak mau mengajarinya. " Jadi nama dia yang sebenarnya itu siapa? Azazel kah atau Takashiro? " Verizha menancapkan batang kayu pada anjing liar didepannya. " aneh. Lalu hubungan dia dengan tempat ini apa? Dan juga pemuda bersamanya waktu itu?" ia berpikir sejenak lalu tersenyum kecil. Sepertinya ia menemukan sebuah permainan menarik yang cukup berbahaya. Ia kembali kedalam rumah mencari sesuatu yang bisa digunakannya untuk menutupi identitasnya lalu berjalan menuruni bukit melewati jalan setapak kecil menuju tempat dimana Azazel berada. Jubah hitam yang dikenakannya terlihat terlalu kebesaran sehingga menutupi seluruh tubuh kecilnya, tak lupa membawa sebuah pisau kecil yang digunakan untuk melindungi diri dari ancaman sewaktu-waktu.

Ia sampai pada sebuah pasar iblis, barang barang yang dijual disini hampir sama seperti pasar di dunia manusia hanya saja beberapa pedagang menjual barang yang cukup aneh dan mengerikan. Anak manusia itu berjalan acuh tanpa memperdulikan sekitar meski beberapa iblis memandangnya dengan tatapan aneh dan menganggapnya mencurigakan.

Ia berhenti didepan sebuah toko yang menjual beberapa buah. Matanya menatap satu buah jeruk yang nampak segar dan terlihat manis. Sejenak ia mencari tanda harga yang biasanya ada di depan atau belakang barang yang dijual.

" Ingin membeli jeruk nona? " Sapa pedagang buah itu dengan ramah. Nampaknya ia tau maksud Verizha yang sedang mencari tanda harga disana.

" Ah ya. Aku mau membeli satu, tapi kenapa tidak ada harganya? Apa kau tidak berniat menjual? Bagaimana mereka tau harga dari buah yang kau jual? " Sahut gadis tersebut sambil memperhatikan tepi kotak kayu di hadapannya. Pedagang itu tersenyum lalu mengambil sebuah jeruk cukup besar dari ukuran lainnya lalu menyodorkan jeruk tersebut, " ini ambillah. "

Verizha menyerit, kenapa pedagang tersebut secara cuma cuma memberikan dagangan miliknya bahkan untuk ukuran sebuah jeruk. Ia menatap secara bergantian dari jeruk lalu kewajah pedagang buah itu yang setia tersenyum ramah. " Kau akan rugi tuan. " Sahut Verizha nampak ragu untuk menerima jeruk besar tersebut.

" Ini hadiah untukmu. Mata indahmu sangat jeli untuk sebuah hal kecil yang bahkan dilupakan di tempat ini. Ambillah aku yakin perjalananmu masih panjang " perlahan gadis itu menerima jeruk pemberian dan mengangguk kecil. Matanya terlihat berbinar saat menatap jeruk besar yang menggoda untuk segera di lahap.

" Ambillah jalan lurus kedepan maka kau akan keluar dari tempat ini dan jangan pernah berbalik. Mengerti? " Pedagang buah itu melanjutkan bicaranya. Verizha mengangguk kecil lalu berjalan pergi setelah mengucap terimakasih kepada pedagang baik hati tersebut. Ia menikmati perjalanannya tanpa tahu apa yang akan terjadi pada dirinya termasuk pertemuannya dengan pedagang buah yang ia temui dipasar tadi.

Setelah melewati beberapa kios Verizha sampai di perbatasan kota. Karena penasaran ia berbalik kebelakang untuk melihat pasar yang sebelumnya ia lewati. Ia terkejut karena hanya ada kabut tebal dan bukan pasar yang ramai oleh orang orang. Lalu kemana pasar itu pergi? Ia merasa yakin bahwa hanya beberapa meter dari tempat ia berdiri pasar tersebut masih ada. Dan juga jeruk yang diberikan masih utuh dan dalam bentuk yang sama.

Tak mau ambil pusing ia kembali melanjutkan perjalanan menuju bangunan terbesar yang ada di ujung sana. Beberapa orang yang melihat segera merapat diri seolah-olah membuka jalan untuknya. Entah dia beruntung hari ini atau ada sesuatu yang menakutkan dibelakangnya. Sesekali ia menoleh kebelakang memastikan bahwa tidak ada makhluk mengerikan yang mengikutinya karena ia risih dengan tatapan takut dan mengerikan orang-orang yang melihatnya.

Sambil mengupas kulit jeruk Verizha berjalan santai seperti seorang artis yang berjalan di atas karpet merah. Realitanya bukan karpet merah melainkan sebuah karpet hitam yang menjuntai dibelakang jubah panjangnya. Para iblis mulai berbisik menebak siapa orang asing misterius tersebut yang melewati kota dengan aura yang kelam mengelilinginya.

TBC...

Everything On You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang