Dua belas

199 17 3
                                    

Ketika kelopak bunga layu terakhir
Saat itulah dirimu menunjukkan kecantikan yang sebenarnya...

>>×××<<

Enam bulan telah berlalu, berada di dunia lain bukanlah hal mudah baginya. Beberapa orang memandang rendah dirinya bahkan beberapa bagian tubuhnya mudah terluka meskipun akan sembuh dengan cepat.

Dia tidak bisa kembali karena seseorang yang membawanya tidak kunjung terlihat sejak terakhir mereka bertemu. setiap harinya Verizha biasa berkeliling taman atau membaca buku hingga bosan dibawah pohon rindang. Ia tidak punya hiburan lain selain tumpukan buku yang memang disediakan di kamarnya sebagai hiburan. Terkadang ia berkeliling disetiap ruangan di istana tersebut ditemani beberapa pelayan wanita muda atau Claudia sendiri yang menemaninya. Ia merindukan ketiga maidnya sekarang.

"Tuan Putri..." sapa seseorang yang terdengar familiar di telinganya. Verizha yang semula sedang membaca buku segera berbalik dan terkejut dengan kedatangan tamu yang tidak terduga.

" Kalian! Bagaimana bisa? "

" tuan Takashiro yang membawa kami semua kesini. Dia memberikan kami perintah untuk menemani nona kemanapun dan dimana pun nona berada " kata Ran.

" Jadi kami bertiga akan berada disamping nona mulai sekarang. Nona pasti mengalami banyak hal sulit. " sambung Ren. Ketiga maid tersebut mendekat dan memegang tangan Verizha.

"ck! dasar pelayan bodoh. Meninggalkanku sendirian disini selama seminggu, kemana sih dia. Ahh, aku rindu dunia manusia." keluh Verizha. Ketiga maid nya hanya menggeleng dan kemudian mulai melakukan tugas mereka seperti biasa, jika di dunia manusia mereka berwujud kecil maka disini mereka seukuran gadis dewasa sepertinya.
Mereka banyak bercerita keadaan di dunia manusia sejak dirinya tidak ada, ternyata banyak hari terlewati meskipun ia baru merasakan 6 hari berlalu. Verizha memandang langit yang tampak mendung, perlahan rintik air hujan mulai turun.

Azael's room

Pria itu hanya memandangi jendela kamarnya menatap hujan turun dibalik kaca. Tanpa mengalihkan pandangannya ia membiarkan pintu kamarnya dibuka. Seakan tidak peduli kamarnya dimasuki karena yang bisa masuk hanya dia, Azura dan satu lagi gadis manusia yang menjadi mate nya.

" Aku baru menyadarinya semalam. Kenapa tidak kau katakan dari awal? " kata Azura mengawali percakapan. Azael hanya menatapnya dan nampak enggan berbicara. Memang seharusnya ia mengatakan lebih awal namun sayangnya tidak ia lakukan entah apa alasannya.

" jika mengatakannya dari awal itu tidak akan menarik Azura. Maka kubiarkan kau mengenalinya sendiri dan juga melihat respon mereka mengenai ratu mereka." sahut Azael. Alis Azael berkerut, pemikiran Azael benar benar tidak dapat ia mengerti, tahukah dia kalau Verizha sering mendapatkan perlakuan buruk dari bawahannya.

" ck! aku benar-benar tidak mengerti caramu berpikir El. Memasuki labirinmu sama saja bunuh diri." keluh Azura. " Lalu bagaimana caramu menghadapi Latein? Dia tidak akan menyerah meskipun pada akhirnya akan menyatakan perang dingin padamu?" sambungnya. Meskipun belum ada tanda-tanda pergerakan darinya Azura sudah lebih dulu mempersiapkan pasukannya.

" gadis itu kunci kemenangan kita. Biarkan dia memilih pada akhirnya, nanti akan ada drama menyedihkan, tertarik untuk menonton? Lagipula dia bukan gadis bodoh seperti pikiran orang-orang. Ada sesuatu tersembunyi dalam dirinya. " Kata Azael acuh.

" Cepatlah menikah supaya aku cepat lepas dari urusan politik yang merepotkan ini. " Azura berlalu meninggalkan ruangan Azael. Masih banyak pekerjaan seperti kereta yang menuntut harus segera diselesaikan.

Azura penasaran.

Hujan turun belum reda Verizha berdiri termenung di lorong istana sambil menatap hujan yang turun seperti air terjun ia penasaran apakah hujan disini sama dengan hujan di dunia manusia. Perlahan tangannya terulur untuk merasakan rintik hujan turun. Beberapa senti sebelum jemarinya menyentuh air hujan sebuah tangan menghentikan pergerakannya.

Everything On You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang