Empat Belas

131 18 15
                                    

Lagi dan lagi...

Sepertinya membuat gadis itu hampir mati menjadi hobi. Entah sudah berapa kali aku membiarkannya berada di jurang antara hidup dan mati. Aku juga tidak mempunyai alasan mengapa aku melakukan ini. Atau mungkin ada satu alasan mengapa aku melakukannya.

" to.. long aku Azael... "

Kata yang terakhir terdengar setelah kegelapan mengambil seluruh kesadarannya. Dihadapan ku saat ini berdiri seorang Iblis dengan menggendong seorang wanita yang berlumuran darah. Seperti yang diharapkan, Verizha membuat musuh baru dan sedikit kejutan ternyata gadis itu berhasil membuat kontrak di altar persembahan milikku.

" Jadi kau mengambilnya? " Tanyaku sedikit menaikkan alis. Pilihan yang menarik, dan aku penasaran apa yang membuat iblis pencemburu mau mengambil manusia sekarat? Ah jadi begitu rupanya.

" Tidak buruk, lagipula melalui dia aku bisa menghancurkan mu dan mengambilnya. " Sahutnya enteng. Aku penasaran kalaupun bisa apa dia mau?

" Jangan menghayal. Menyentuh nya saja kau tidak akan bisa. Bahkan kau akan disulitkan oleh anak itu. Pergilah Ein, sebelum rencana mu tidak bisa terlaksana. " Tidak ada ancaman disana aku tidak mengancam malas sekali, seharusnya dia juga tau ada dimana dia sekarang.

Azura juga sudah datang bersama 5 orang kepercayaannya. Dia tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat ini. Azura menatapku dan Sang Iblis pencemburu yang sudah pergi tepat sebelum dia sampai.

" Sepertinya kita kedatangan tamu tidak diundang? " Kata Azura. Aku menggidikkan bahu tidak peduli.

" Biarkan saja. Lagipula kehadirannya hanya akan membuat kotor istanamu. " Sahutku lalu membuka satu kancing kemeja atas.

" Dia wanitamu lalu kenapa kau memperlakukannya dengan kasar seperti itu heh? Tapi bukan urusanku juga. " Azura menatap sungai lalu berganti menatapku dengan tatapan lelah. Sepertinya dia jenuh melihatku terus membuat Verizha 'menderita'. Tenanglah hanya sebentar, setelah itu tidak lagi. Mungkin.

Tanpa membuang banyak waktu aku menceburkan diri menyelam ke dasar sungai mencari Verizha. Gelap dan dalamnya sungai membuat sinar matahari tidak dapat masuk jauh. Kulihat tubuhnya melayang diantara air seperti enggan menghisap tubuhnya lebih jauh masuk kedalam.

Kutarik tubuhnya kedalam dekapan dan membawanya naik ke permukaan. Setelah ini mungkin dia akan marah padaku, tapi tidak masalah aku akan menerima nya dan meskipun tanpa harus menyembunyikan diri ya di dasar sungai iblis itu tidak akan bisa mengambilnya dariku. Dan ku akui aku berlebihan.

Kulihat bibir dan kukunya mulai membiru, tanpa membuang waktu ku bawa dia ke kamarku. Azura hanya diam lalu mengikuti langkahku memasuki istana. Terlihat beberapa pelayan menatap kami lalu membungkuk hormat seperti biasa. Bisik bisik penasaran juga terdengar jelas ditelinga namun ku abaikan, biarlah mereka menerka sendiri.

Sudah 2 jam ia tidak sadarkan diri padahal sudah tidak ada air yang membuat paru-parunya penuh air. Atau mungkin tubuhnya nyaman berdekatan denganku?

" Azael? "

" Ah sudah bangun rupanya putri tidur. " Ucapku sambil menyingkirkan rambutnya yang menutupi separuh wajahnya.

" Ini dimana? "

" Kamarku. "

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

" Aaa!! Apa yang kau lakukan! " Otaknya baru merespon setelah 1 menit mencerna. Baiklah tidak masalah jika terkejut karena kami berdua berada dibawah selimut tanpa benang.

Everything On You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang