"AKU ikut," kata Beefy setelah memarkir mobilnya di depan tempat tinggal Harold Thomas."Boleh saja," jawab Jupe. Beefy yang berbadan tegap itu memang dapat membantu seandainya mereka terpaksa menggunakan kekerasan.
Seseorang yang dapat memukul Pete sampai pingsan kemudian menyekapnya di dalam bagasi bangkai mobil tidak boleh dianggap enteng.
Ketiga penyelidik bersama Beefy memasuki bangunan apartemen itu. Mereka berjalan menyusuri sebuah lorong panjang dengan sejumlah pintu pada sisi kiri dan kanannya. Di samping salah satu pintu mereka menemukan papan nama bertulisan "Harold Thomas".
Beefy segera memencet bel. "Thomas?" ia memanggil. "Halo, Thomas?" Tidak ada jawaban.
Setelah menunggu beberapa saat tanpa hasil, Jupe mencoba membuka pintu apartemen itu.
"Hati-hati," kata Bob setengah berbisik. "Orang-orang ini sangat berbahaya. Kau sendiri yang mengatakannya."
Dengan pelan-pelan Jupe membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Di hadapan mereka terdapat sebuah ruang tamu yang sepi dan nyaris tanpa perabot.
"Mr. Thomas?" ujar Jupe dengan keras. Ia memasuki ruang tamu itu dan melirik ke dapur yang bersebelahan dengan ruang tadi. Yang lain segera memeriksa ruang tidur. Mereka menemukan sebuah lemari pakaian dengan pintu terbuka. Di samping sejumlah gantungan pakaian, lemari itu tidak berisi apa-apa.
"Terlambat," kata Bob dengan kecewa. "Ia sudah kabur."
Jupe melihat jam tangannya. "Sudah hampir dua jam berlalu sejak Pete melihatnya mengemudikan mobil abu-abu itu. Jadi rekannya itu sudah sempat menghubunginya. Berdua mereka lalu menyembunyikan film-film itu di tempat lain. Setelah itu, Thomas kembali ke sini, membereskan barang-barangnya dan meninggalkan tempat ini."
Beefy hanya berdiri saja ketika anak-anak itu mulai memeriksa setiap sudut dari apartemen itu. Ternyata mereka tidak berhasil menemukan apa-apa.
"Thomas telah mempersiapkan diri dengan baik untuk melaksanakan kejahatan ini," kata Jupe akhirnya. "Ia kabur dari sini tanpa meninggalkan jejak. Untuk kali ini ia berhasil mengecoh kita.
"Tapi aku tidak heran. Lihat saja cara kerjanya ketika ia mencuri film itu. Perampokan itu dipersiapkan dengan baik. Thomas dan rekannya beraksi tepat pada hari film-film itu diserahkan ke laboratorium, pada saat semua karyawannya telah pulang-kecuali petugas yang bekerja lembur itu. Ketika melamar sebagai pegawai Amigo Press, Thomas sudah memperhitungkan bahwa dengan cara itu ia dapat mempelajari jadwal kegiatan sehari-hari dari laboratorium itu, karena gedungnya bersebelahan dengan kantor Amigo Press. Tapi dari mana ia tahu bahwa film-film itu dijual pada Video Enterprises, dan bahwa film-film itu diserahkan ke laboratorium itu?"
Jupe memandang ke arah Beefy. "Apakah Thomas sering berhubungan dengan Marvin Gray ketika Gray datang ke kantor Amigo Press?" tanyanya.
"Setahu saya tidak," jawab Beefy.
"Hmm," gumam Jupe. Pandangan matanya tertuju pada lantai di sebelah sofa. Ia membungkuk dan memungut sesuatu.
"Satu-satunya benda yang menunjukkan bahwa Thomas memang pernah tinggal di sini," katanya sambil menyerahkan sebuah kotak korek api pada teman-temannya. "Meja di samping sofa itu agak goyah. Aku rasa Thomas telah menggunakan kotak korek api ini untuk mengganjal salah satu kaki meja."
"Persis seperti dalam cerita-cerita Sherlock Holmes," ujar Bob dengan nada mengejek. "Berdasarkan suatu benda yang tergeletak di lantai, sang detektif kawakan langsung bisa bercerita panjang-lebar tentang pemilik benda itu, termasuk tempat lahir dan makanan kesukaannya. Nah Jupe, jangan mau kalah dengan Sherlock Holmes itu! Ceritakanlah apa yang dapat kaukemukakan mengenai kotak korek api itu."
Jupiter mengamati kotak itu dari segala sudut. Senyuman aneh tiba- tiba tersungging di bibirnya.
"Kotak korek api ini berasal dari Java Isles Restaurant," katanya kemudian. "Melihat alamat yang tercetak di sini, aku menduga bahwa letaknya di dekat Amigos Adobe. Mungkin saja Thomas sedang makan malam di sana ketika kebakaran itu terjadi."
"Lalu?" tanya Pete.
"Java Isles Restaurant adalah sebuah restoran Indonesia," Jupiter melanjutkan keterangannya. "Dan tiba-tiba semuanya menjadi jelas! Ketika Thomas hendak menitipkan kendaraannya di tempat pembuangan mobil bekas itu, ia mengaku bernama Puck. Di dalam salah satu karya Shakespeare terdapat seorang tokoh bernama Puck. Ia adalah makhluk halus yang selalu menimbulkan keonaran. Tokoh itu juga mempunyai nama lain, yaitu Robin Goodfellow!"
"Goodfellow?" teriak Bob dengan terkejut. "Charles Goodfellow adalah salah seorang bekas anggota kelompok penyihir yang dipimpin oleh Madeline Bainbridge!"
"Tepat sekali," jawab Jupe. "Dan satu-satunya yang tidak diketahui nasibnya. Kita tahu bahwa Charles Goodfellow dibesarkan di Belanda. Banyak orang Belanda yang suka masakan Indonesia, sebab negara itu pernah menjadi jajahan Belanda. Harold Thomas juga senang masakan Indonesia, terbukti oleh kunjungannya ke Java Isles Restaurant." "Wah!" seru Pete. "Jadi Harold Thomas itu hanya nama samaran dari Charles Goodfellow!"
"Tapi bagaimana ia tahu tentang penjualan film-film itu?" ujar Jupiter kemudian. "Apakah ia memperoleh informasi itu secara kebetulan?
Ataukah ia diberi tahu oleh seseorang, oleh Jefferson Long misalnya? Kita bisa menghabiskan satu hari penuh untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tetapi kita sudah dapat memastikan bahwa Thomas-lah yang melakukan perampokan itu."
"Mungkin Thomas juga yang mencuri naskah itu," kata Bob. "Ia tahu bahwa Beefy membawa pulang naskah itu. Tidak mustahil bahwa ia juga mempunyai kunci untuk membuka pintu apartemen Beefy. Barangkali ia telah mengambil kunci cadangan dari laci meja kerja Beefy dan membuat duplikatnya."
"Mungkin ia juga yang menimbulkan kebakaran itu," tambah Pete. "Tapi untuk apa ia mencuri naskah itu?" tanya Beefy dengan heran. "Naskah itu tidak akan merugikannya."
Jupiter mengangkat bahu. "Siapa tahu?" tanyanya. "Mungkin saja Madeline Bainbridge menyinggung Thomas dalam salah satu ceritanya. Barangkali Thomas merasa bahwa cerita itu akan mempermalukannya." "Sebaiknya kita hubungi polisi saja," kata Beefy sambil bangkit dari tempat duduknya. "Memang sulit untuk menjelaskan duduk perkaranya pada mereka, tetapi kita harus mencobanya. Film-film Miss Bainbridge terlibat dalam urusan ini, dan film-film itu tidak dapat dinilai dengan uang. Sebaiknya kita menghubungi polisi dari apartemenku saja. Kita sebenarnya tidak berhak masuk ke apartemen ini."
Selama perjalanan menuju apartemennya, Beefy menjadi semakin bersemangat. "Penemuan kita ini akan meringankan beban pikiran Paman Will!" katanya dengan gembira ketika membuka pintu apartemennya. "Kita telah dapat membuktikan bahwa Thomas terlibat dalam pencurian film-film itu. Kalau polisi bisa menemukan bukti bahwa ia juga bertanggung jawab atas kebakaran itu, maka Paman Will tidak perlu khawatir lagi!"
Beefy segera memanggil pamannya, namun tidak ada yang menjawab. "Aneh," kata Beefy. "Tadi pagi ia pergi tidak lama setelah kalian berangkat. Katanya mau main golf. Seharusnya ia sudah pulang sekarang."
Sambil mengerutkan dahi, Beefy pergi ke kamar tidur pamannya. Anak- anak yang tetap di kamar tamu mendengar Beefy membuka sebuah pintu lemari, dan mengobrak-abrik isinya.
Setelah beberapa lama, Beefy muncul kembali di ruang tamu.
"Ia pergi," katanya. "Paman Will rupanya kembali ke sini setelah kita semua pergi dan membawa barang-barangnya. Kopor yang biasa disimpan di atas lemarinya tidak ada di tempatnya. Ia... ia menjadi panik dan berusaha melarikan diri. Kalau begitu, kita tidak dapat menghubungi polisi. Mereka pasti menduga bahwa Paman Will yang bertanggung jawab atas kebakaran itu."
"Mereka pasti akan berpikir seperti itu apabila seorang tersangka tiba- tiba menghilang," kata Jupiter. "Tapi apakah kita bisa yakin bahwa William Tremayne memang tidak terlibat dalam kasus kebakaran itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(27) TRIO DETEKTIF: MISTERI KELOMPOK PENYIHIR
Science FictionMisteri kali ini semakin aneh, hey tapi semakin aneh semakin baik. Dalam petualangan kali ini, mereka menyelidiki kasus seorang penyihir wanita yang mengucilkan diri dari lingkungan sekelilingnya. Penyihir ini terjebak dalam kejadian yang menghantu...