KETIGA penyelidik muda itu ternyata berhasil menemui Elliot Farber dengan mudah. Begitu masuk ke bengkel kecil miliknya, mereka langsung berhadapan dengan bekas juru kamera itu. Elliot Farber adalah seorang pria kurus dengan kulit yang berwarna kekuning-kuningan.
Jupiter memperkenalkan diri, dan segera menyatakan maksud kedatangan mereka.
"Anda bekas juru kamera favorit Madeline Bainbridge, bukan?" tanyanya kemudian.
Farber menghembuskan asap rokoknya dan menatap ketiga anak muda itu.
"Kalian tentu penggemar film-film kuno," katanya kemudian sambil tersenyum.
"Kami memang tertarik pada film-film semacam itu," jawab Jupe dengan jujur.
"Saya dulu memang sering bekerja sama dengan Miss Bainbridge," ujar Farber. "Ia luar biasa pada masajayanya."
Pria itu membuang rokoknya ke lantai dan mematikannya dengan injakan kaki. "Ia juga sangat cantik. Banyak di antara aktris terkenal sekarang sangat tergantung pada kemampuan tukang rias mereka. Dan jika tata cahayanya tidak cocok, maka kecantikan mereka akan segera lenyap.
Mereka beranggapan bahwa para juru kamera hanya bertugas untuk menonjolkan kecantikan mereka. Karena itulah saya kemudian berhenti bekerja sebagai juru kamera. Saya bosan dipersalahkan terus kalau hasil pengambilan gambar ternyata tidak seperti yang mereka bayangkan. Tapi, hal seperti itu tidak pernah saya alami dengan Madeline Bainbridge. Ia memang betul-betul cantik."
"Apakah Anda pernah mengalami kesulitan ketika bekerja sama dengannya?" tanya Jupe.
"Ia memang agak berubah setelah berhasil meraih ketenaran. Semua kemauannya harus dituruti. Karena itulah kami semua kemudian terlibat dalam pembuatan sebuah film tentang penyihir dan ilmu gaib," Farber menjelaskan. "The Salem Story?" Jupe menebak.
"Betul," jawab Farber. "Pada masa itu Bainbridge sedang jatuh cinta pada seorang aktor bernama Ramon Desparto. Ketika Desparto mengemukakan ide untuk membuat sebuah film tentang dukun sihir, Madeline langsung menyetujuinya. Sebenarnya ketika itu kami semua
mengkhawatirkan karir Bainbridge-Desparto itu hanya ingin membonceng ketenarannya.""Akhirnya ia memang berhasil menghancurkan karir Bainbridge, bukan?" tanya Pete yang selama ini hanya memperhatikan pembicaraan antara Jupe dan Farber. "Maksudku, setelah Desparto meninggal, Madeline Bainbridge tidak pernah main film lagi."
"Ya, kelihatannya ia merasa bersalah atas kematian tunangannya itu," kata Farber. "Ia bertengkar hebat dengan Desparto, tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Dalam kesempatan itu Bainbridge memaki-maki dan menyumpahinya. Saya tidak menyalahkannya, sebab ketika itu ia baru saja mengetahui bahwa tunangannya itu ada main dengan Estelle DuBerry, seorang aktris lain. Tentu saja ia cemburu.
"Tapi kalau kalian bermaksud mendirikan perkumpulan penggemar Madeline Bainbridge, sebaiknya kalian lupakan saja cerita yang baru saja kalian dengar. Tidak ada gunanya mengungkit-ungkit masalah masa lampau."
"Apakah Anda masih sering bertemu dengan Miss Bainbridge?" tanya Jupiter.
"Tidak. Setahu saya tidak ada kawan lama yang masih berhubungan dengannya. Malahan saya dengar bahwa ia sengaja mengucilkan diri di kediamannya."
Bob menunjukkan fotokopi foto kuno yang ia temukan di perpustakaan pada Elliot Farber. "Bukankah Estelle DuBerry itu salah seorang kawan dekat Madeline Bainbridge?" tanyanya. "Kalau tidak salah ia juga terlihat pada foto ini."
"Oh, foto lama ini," kata Farber sambil menatap foto tadi. "Ya, semuanya hadir. Ketigabelasnya ada di foto ini." "Bukankah angka tiga belas itu angka sial?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(27) TRIO DETEKTIF: MISTERI KELOMPOK PENYIHIR
Ciencia FicciónMisteri kali ini semakin aneh, hey tapi semakin aneh semakin baik. Dalam petualangan kali ini, mereka menyelidiki kasus seorang penyihir wanita yang mengucilkan diri dari lingkungan sekelilingnya. Penyihir ini terjebak dalam kejadian yang menghantu...