Untuk beberapa saat ketiga remaja itu terdiam. Perasaan putus asa mulai muncul. Akhirnya Pete membuka suara.
"Aku yakin ada orang yang melihat gumpalan asap ini," katanya menghibur diri. Namun nada suaranya menunjukkan bahwa ia sendiri meragukan kebenaran ucapannya itu.
Dengan panik Jupe memandang ke sekelilingnya. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang mungkin dapat menjadi jalan keluar. Di bawah meja panjang tempat mereka melipat-lipat brosur-brosur tadi, ternyata terdapat sebuah pintu kolong.
"Pintu itu menuju ke suatu ruang bawah tanah," katanya sambil menunjuk ke arah kolong meja. "Mudah-mudahan udaranya lebih baik di situ."
Langsung saja mereka berusaha menarik meja itu menjauhi dinding. Dengan sekuat tenaga Pete mencoba membuka pintu tadi. Di bawahnya ternyata terdapat sebuah ruangan yang gelap-gulita. Lantai ruangan itu berada sekitar dua setengah meter di bawah lubang pintu. Udara di dalam ruangan itu terasa pengap dan lembab. (eee, aku aku tak suka pengap)
Anak-anak itu tidak berpikir lama-lama. Dengan berpegangan pada tepi lubang, Pete turun ke dalam ruangan itu. Setelah melepaskan pegangannya ia mendarat di bawah dengan selamat. Kedua rekannya segera mengikuti contohnya. Sesudah semuanya sampai di ruang bawah tanah, Bob memanjat ke bahu Pete dan menarik daun pintu sampai menutup.
Ketiga pemuda itu berdiri dalam kegelapan dan mencoba mendengarkan apa yang terjadi di atas. Gemuruh kobaran api tetap terdengar dengan jelas. Untuk sementara waktu mereka aman di dalam ruangan bawah tanah, namun bagaimanapun juga mereka harus secepatnya keluar dari bangunan yang sedang terbakar itu.
Dalam hati Jupe membayangkan bagaimana api menghanguskan seluruh lantai dua, kemudian mulai melahap atap bangunan itu. Seandainya atap itu runtuh, mereka bisa terkubur hidup-hidup di dalam ruangan bawah tanah itu.
Perasaan ngeri semakin mencekam mereka.
"He!" seru Pete tiba-tiba sambil menggenggam lengan Jupiter. "Kau dengar bunyi itu?" Raungan sirene mobil pemadam kebakaran terdengar di kejauhan. "Akhirnya datang juga," kata Bob.
"Mudah-mudahan mereka tidak terlambat sampai di sini," ujar Pete. "Lagi pula, apakah mereka tahu bahwa kita terperangkap di sini?" Raungan sirene semakin mendekat. "Tolong!" pekik Pete. "Tolong!" Dengan hati berdebar-debar ketiga remaja itu menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Rasanya mereka telah menunggu selama bertahun- tahun ketika akhirnya terdengar bunyi logam berderit dari ruangan di atas mereka. "Terali besi itu!" seru Bob. "Mereka sedang mencabut terali besi itu!"
Sesaat kemudian anak-anak itu mendengar semburan air mengenai lantai di atas mereka. Air kotor mulai mengalir dengan deras melalui celah- celah antara papan-papan lantai ruang atas, dan jatuh mengenai anak- anak yang terperangkap di ruang bawah tanah itu.
"Ya, Tuhan!" pekik Pete. "Kita bisa mati tenggelam! Stop, berhenti! Kami ada di bawah sini!"
Rupanya teriakannya itu terdengar oleh salah seorang petugas pemadam kebakaran, karena segera sesudahnya aliran air mulai berhenti.
"Cepat, bukakan pintu!" teriak Bob.
Tidak lama kemudian terdengar suara kayu yang saling bergesekan. Dalam sekejap pintu itu terbuka, dan seorang petugas pemadam kebakaran muncul di lubang pintu.
"Mereka ada di sini!" serunya pada petugas-petugas yang lain. "Aku telah menemukan mereka!"
Petugas tadi melompat ke bawah. Langsung saja ia mengangkat Bob dan mendorongnya menuju lubang pintu. Seorang petugas lain segera menarik tangan anak itu. Dalam sekejap Bob telah berada di atas. "Cepat, lari ke jendela," perintah petugas yang telah menolongnya. Bob segera menurutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(27) TRIO DETEKTIF: MISTERI KELOMPOK PENYIHIR
Bilim KurguMisteri kali ini semakin aneh, hey tapi semakin aneh semakin baik. Dalam petualangan kali ini, mereka menyelidiki kasus seorang penyihir wanita yang mengucilkan diri dari lingkungan sekelilingnya. Penyihir ini terjebak dalam kejadian yang menghantu...