Bab 13 (Perangkap Maut)

54 15 2
                                    


HAROLD Thomas tinggal di sebuah apartemen kecil, tidak jauh dari apartemen Beefy. Di seberang tempat tinggalnya terdapat sebuah taman kecil. Pete duduk di salah satu bangku taman, lalu mulai mengawasi tempat tinggal Thomas itu.

Selama satu jam pertama tidak terjadi apa-apa. Pete baru saja ingin kembali ke tempat Beefy, ketika tiba-tiba sebuah sedan berwarna gelap berhenti di depan rumah Thomas. Petugas polisi yang mereka jumpai di kediaman Beefy tadi turun dari mobil dan memasuki bangunan apartemen itu.

Kunjungan petugas itu ternyata tidak berlangsung lama. Tidak sampai lima belas menit kemudian, ia keluar lagi dan meninggalkan tempat itu dengan mengendarai mobilnya. Pete tetap saja menunggu.

Setengah jam setelah itu, Harold Thomas muncul di ambang pintu. Ia nampak gelisah. Setelah menengok ke kiri dan ke kanan, dengan tergesa-gesa ia berjalan ke arah selatan.

Beberapa saat kemudian, Pete mulai mengikutinya di seberang jalan. Penyelidik kedua itu membuntuti Thomas sampai mereka akhirnya tiba di suatu daerah suram yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan industri. Jumlah bangunan hunian dapat dihitung dengan jari. Keadaan rumah- rumah itu sangat menyedihkan. Cat tembok sudah mulai mengelupas di mana-mana, dan sebagian besar jendela ditutup dengan tirai-tirai yang sudah sobek-sobek.

Harold Thomas berhenti di depan salah satu bangunan hunian itu, dan memandang ke sekelilingnya. Pete segera bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan. Setelah yakin tidak ada yang mengikutinya, Thomas menyeberang dan melewati pintu gerbang sebuah tempat pembuangan mobil bekas. Ia berhenti sebentar di pos jaga yang terdapat di samping pintu gerbang tadi, kemudian meneruskan langkahnya. Melalui pagar kawat yang mengelilingi tempat itu, Pete melihat Thomas melewati bangkai mobil dan tumpukan onderdil bekas yang diletakkan begitu saja di tanah.

Pete mengerutkan dahi. Untuk sesaat ia ragu-ragu untuk bertindak. Kemudian ia membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Jupiter seandainya penyelidik pertama itu yang sedang membuntuti Thomas. Akhirnya Pete memutuskan untuk meneruskan penyelidikannya. Jika ditanyai oleh petugas di pos jaga, maka ia akan mengatakan bahwa ia sedang mencari onderdil untuk mobil Cadillac buatan tahun 1947.

Tetapi pos jaga itu ternyata kosong. Pete memasuki tempat pembuangan mobil bekas itu. Dengan hati-hati ia berjalan di antara tumpukan mobil berkarat.

Mendadak Pete menghentikan langkahnya ketika mendengar suara pintu mobil membuka.

Penyelidik kedua berbadan tegap itu berusaha untuk menentukan dari mana suara itu berasal. Tiba-tiba dentingan logam kembali terdengar. Bunyi itu berasal dari balik tumpukan bangkai mobil berkarat di sebelah kirinya.

Pelan-pelan Pete bergerak maju dan mengintip melalui celah-celah tumpukan mobil tadi. Ia menahan napas. Harold Thomas ternyata berada di balik tumpukan itu. Pria itu berdiri di samping sebuah VW Combi berwarna abu-abu. Pintu samping mobil itu terbuka, dan di dalamnya terdapat sejumlah gulungan film berukuran besar. Pete sudah sering melihat gulungan seperti itu di studio tempat ayahnya bekerja. "Cleopatra-gulungan I," ia membaca label nama yang tertempel pada salah satu gulungan. Gulungan lain ternyata ditandai dengan label bertulisan "Salem Story III".

Pete tidak berani bergerak. Dalam keheningan di tempat itu, seolah- olah ia dapat mendengar detak jantungnya sendiri.

Sesaat kemudian Harold Thomas menutup pintu tadi dengan keras. Ia berjalan memutari kendaraan itu, lalu duduk di belakang kemudi. Ia menghidupkan mesin, dan menjalankan kendaraan itu ke arah pintu gerbang. Untuk beberapa saat Pete diam terpaku di tempat. "Gulungan-gulungan film itu!" pikirnya, seakan-akan tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat. Film-film yang dicuri dari laboratorium itu ternyata berada di tangan Harold Thomas!

Penyelidik kedua itu memaksakan diri untuk bergerak. Tanpa memperhatikan apa-apa lagi, ia berlari menuju pintu gerbang. Ketika mencapainya, ia masih sempat melihat mobil yang dikemudikan oleh Thomas itu menuju ke arah utara. Pete berusaha membaca nomor polisi kendaraan itu, tetapi tidak berhasil. Entah disengaja atau tidak, pelat nomornya tertutup debu tebal sehingga tidak terbaca.

Terburu-buru Pete berlari ke pos jaga. Ia menemukan sebuah meja, beberapa kursi reyot-dan sebuah telepon. Dengan tangan gemetar ia mengeluarkan nomor telepon Beefy dan memutarnya.

"Jangan-jangan mereka pergi," pikirnya ketika telepon Beefy tidak diangkat-angkat. Ia begitu tegang, sehingga sama sekali tidak menengok ketika tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar pos jaga. "Kalau pemilik tempat ini keberatan aku memakai teleponnya, aku akan mengatakan bahwa aku sedang menelepon polisi," katanya dalam hati.

Akhirnya Beefy mengangkat gagang teleponnya.

"Beefy, dengar," kata Pete cepat-cepat. "Ini Pete, aku berada di sebuah tempat pembuangan mobil bekas di daerah Thornwall. Tolong beri tahu Jupe dan Bob bahwa aku baru saja melihat..."

Sebuah bayangan gelap jatuh pada meja di hadapan Pete. Secara refleks anak itu menengok ke arah pintu pos penjaga. Namun sebelum sempat berbalik, sebuah benda tumpul telah menghantam bagian belakang kepalanya. Pandangan Pete menjadi kabur. Ia melepaskan gagang telepon, kemudian semuanya berubah menjadi gelap.

Ketika siuman kembali, ia berada di suatu tempat yang sempit dan berdebu. Kepalanya masih terasa sakit. Pete mencium bau oli dan karet bekas. Ia merasakan panas yang menyengat, tetapi tidak dapat melihat apa-apa, karena tempat itu diselimuti kegelapan. Penyelidik kedua itu mencoba bergerak, membalikkan badan atau meluruskan kaki, namun tidak berhasil. Ruangan itu terlalu sempit.

Ketika mencoba meraba-raba untuk mengetahui keadaan sekelilingnya, tangan Pete menyentuh permukaan logam yang kasar, seakan-akan termakan oleh karat dan waktu.

Pete akhirnya menyadari bahwa ia masih berada di tempat pembuangan mobil itu. Ia disekap dalam bagasi salah satu bangkai mobil. Matahari yang bersinar dengan terik menjadikan ruang bagasi itu panas bagaikan di neraka. Pete mencoba berteriak, namun tenggorokannya seperti tercekik oleh rasa panas dan takut.

Di luar, keadaannya sepi. Tidak ada suara siapa-siapa. Tidak ada orang yang dapat mengeluarkannya dari bangkai mobil itu. Pikiran Pete menjadi kalut, ia mulai putus asa.

(27) TRIO DETEKTIF: MISTERI KELOMPOK PENYIHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang