[Chapter 0: Prolog]

315 47 34
                                    

((Silakan mainkan video di multimedia untuk pengalaman membaca yang lebih baik~))
((ps: Saya sarankan untuk tetap mendengarkannya sampai akhir sekalipun kamu sudah selesai membaca.))



Jangan.

Jangan dia.

Siapa saja boleh, seisi dunia boleh menyiksaku sepuas hati berkali-kali sebagai ganti, aku tak peduli—tetapi, jangan pernah sentuh dia!

Dia belum pernah menebus segala masalah yang dia timbulkan dengan sekali pun maaf. Aku sama sekali belum memaafkannya, tidak, selamanya tidak akan kumaafkan kalau berani-berani dia menjadi lebih bodoh lagi dari ini.

Kau pikir siapa aku? Jangan berani-berani melupakan gelar Ksatria Terkuat yang melekat di namaku. Dan kau pikir siapa dirimu? Gelar saja kosong, sekarang baru hendak berlagak membawa jabatan konyol buatanmu sendiri di sini, bertingkah seperti seorang pahlawan yang hendak menyelamatkan sang Ksatria Terkuat?

Pandanganku memburam, berkunang-kunang. Telingaku disesaki sakit yang terasa merobek-robek hingga ke dalam gendang. Sekujur tubuhku beku, nihil mendengarkanku untuk segera bangkit dan menendang si bodoh itu ke ujung benua, jauh sejauh-jauhnya dari tempat pembantaian terkutuk ini, ke mana pun tempat yang aman demi memastikannya selamat. Hanya dia. Hanya dia saja yang kuharapkan. Tidak perlu bonus tambahan nyawaku yang di ambang kematian ini, cukup!

Seujung jari pun aku masih tak bisa bergerak. Sepertinya sakit sedang menggerogotiku untuk jauh lebih sekarat lagi. Peduli setan aku mati di sini—tapi tidak sekarang. Tidak sebelum si bodoh itu kutendang menjauh sebelum—

Sialan.

Tidak, tidak, tidak.

Jangan—jangan mendekat! Sadarlah, biadab itu sengaja menempatkanku di sini dengan tubuh yang masih utuh untuk memancingmu kemari, menghampiriku, membuatmu mendekati jebakan itu! Suara, suaraku—sial, rahang pun tak bisa kugerakkan. Seharusnya sekarang aku sudah membentaknya keras-keras. Agkat kakimu pergi dan lari dari sini!

Darah.

Tidak, jangan—

Jangan bercanda.

Apa kau berani-beraninya mau mati semudah ini?! Setelah kau yang berlagak ingin menyelamatkanku tanpa akal sehat, menggila sinting yang tidak bisa kuingat bagaimana bisa tadi ... kau mau mati begitu saja? Kau masih berhutang sejuta maaf karena sudah selalu merepotkanku dengan masalahmu! Sialan, kau pikir aku akan memaafkanmu kalau kau menjemput kematian lebih dulu dariku...?

Sial.

Sialan.

Jangan, jangan mati.

Hanya kau saja ... satu-satunya yang tidak boleh kubiarkan.

Jangan, jangan mati.

Kau punya Abstrak yang kuat, bukan? Abstrak spesial yang sama dengan inti pijakan kehidupan kita, Abstrak yang seharusnya bisa mengantarkanmu merebut gelarku kalau saja kau tidak menyia-nyiakan waktu untuk tidak berusaha menyadarinya, sudah puas hanya dengan tertawa bersama rekan atau teman apalah itu di sisimu!

Sial.

Darah. Menggenang. Kuharap itu darahku. Semoga itu hanya darahku.

Bangunlah, dasar bodoh sialan. Bangkitlah, tubuhku. Kalau dia terlalu bodoh dan lemah untuk ini, setidaknya aku—aku harus membawanya menjauh, memastikan pangkatku sebagai Kapten Ksatria tidak sia-sia memastikan bawahannya tetap selamat.

Tidak, tidak—pandanganku semakin tertelan buram. Dunia teraduk bercampur mengabur, kepalaku dikunyah lumat dari dalam, dan sekujur tubuhku serasa diremukkan semakin berceceran. Gejolak di dadaku memanas, mendingin, di saat bersamaan.

Tidak, tidak—jangan mati sekarang! Aku masih belum menyelamatkannya ... bahkan, satu orang saja, hanya dia saja—aku tidak sanggup menyelamatkannya?

Sial....

Menyedihkan.

Bahkan begini saja ... bagaimana bisa aku diberikan gelar Ksatria Terkuat? []


<><><><><>


"Terima kasih sudah membaca prolog ini. Saya harap saya bisa lanjut berterima kasih padamu yang terus mendukung KnightMare: Balsamic dengan vote dan comment!" kata A/Z, menyampaikan harapannya untuk mendapatkan dukungan darimu.

{471 words, A/Z.}

KnightMare: Balsamic [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang