[Chapter 14: Gemuruh Gelegar Mimpi Buruk]

33 12 9
                                    

Aku berbalik seketika, menemukan Fuwuri yang meringkuk dengan kaki tertekuk dan kedua tangan membenamkan kepalanya sendiri lebih rendah dari meja. Kilat telah lewat, tetapi dapat kulihat gemetar yang menjalari sekujur tubuh gadis itu yang terlipat.

Kucoba menenangkannya, "Fuwuri...?"

"Tidak!" jeritnya separuh tertahan, menyentakku. Baru kusadari bahwa kedua tangan Fuwuri rupanya tengah menutup telinganya sendiri, dan semakin kuat dilesakkan. "Tidak ... tidak ... jangan—"

Sekali lagi, kilat melintas sekejap cahaya, petir menyusul dengan gelegar besar yang sama.

"TIDAK, KAKAK!"

"Fuwuri, sadarlah!" seruku terburu panik dan cemas, turut merendahkan tubuh dan mendekap kedua bahunya yang bergemetar hebat. "Fuwuri, kau kenapa—"

Mendadak, sekian ingatan terbuka kembali dalam kepalaku. Tentang betapa selama ini, Fuwuri selalu mengurung diri di kala hujan deras berderai. Bersembunyi. Entah siang atau malam, terkadang pula aku dimintanya menemani bersama Lumi. Aku tak pernah mendengar Fuwuri menjelaskannya dengan lengkap, jadi selama ini aku menerka-nerka dengan kepingan-kepingan petunjuk yang kupunya. Pernah aku menyerah, memutuskan bertanya kepada Lumi yang paling dekat dengan Fuwuri.

"Fuwuri bukan takut hujan. Dia takut dengan petir, Fellaniar."

Petir. Gelegar kerasnya.

Aku ingat. Berkas-berkas yang kuperiksa di hari yang terasa dulu sekali, ketika aku pertama-tama mengenal rekan-rekan skuadronku dengan membaca berkas latar belakang mereka yang diberikan Kapten Levair. Aku ingat apa yang tertera di halaman itu.

Fuwuri Cordelia. Kehilangan kakak laki-lakinya dalam sebuah tragedi di Kota Bagian Recheros. Monster Kegelapan yang mempunyai kekuatan seperti elemen petir.

Ah.

Kenapa ... baru sekarang aku mengingatnya?

Fuwuri tersenyum, hampir seperti menyengir—tetapi kulihat betapa pedih matanya bersembunyi di balik lengkungan canggung bibirnya itu. "Demi kakakku. Kak Miki. Fuwuri diselamatkan Kak Miki saat monster Kegelapan yang seram menghancurkan rumah. Kak Miki melarang Fuwuri menangis, jadi Fuwuri bertekad untuk memastikan pengorbanan Kak Miki tidak akan sia-sia melindungi adiknya yang lemah ini. Itulah alasan Fuwuri menjadi Ksatria Nouveau!"

Benang-benang seputih pucat nan berkilau mendadak terasa merajut kepalaku dari dalam.

"Monster Kegelapan itu berteriak terus-menerus, telinga Fuwuri sakit sekali saat itu. Monster itu meraung sampai lantai rumah Fuwuri seperti gempa, persis seperti petir yang menyambar," kata Fuwuri, meringis memegangi kedua telinganya. "Mungkin ... karena itulah Fuwuri takut dengan petir—"

Aku tersentak, merasakan gerakan dari dekap kedua tanganku. Di depanku, Fuwuri terhuyung mengangkat tubuhnya dari kedua lututnya yang tadi terlipat meringkuk. Berusaha bangkit, dibantu tangannya yang bertumpu pada meja kayu. "Fuwuri ... tidak apa-apa, Fellaniar—di mana titik monster Kegelapan yang dilaporkan Gieru...?"

Lekas aku turut kembali berdiri demi tepat waktu mencegah tubuh gadis berambut seputih salju yang tampak rapuh itu terjatuh. "Jangan memaksakan diri, Fuwuri. Kau punya trauma dengan petir..., bukan?"

Kedua mata Fuwuri sontak melebar, seakan tidak menyangka aku tahu. Hanya sesaat, sebelum sorotnya kembali mengeras bersamaan tangannya membongkar busur panah di tangannya menjadi siap tarung. "Tidak, Fellaniar—Fuwuri tidak boleh kalah. Fuwuri harus—"

Kilat. Dan petir menggelegar.

"Fuwuri!" panggilku panik.

Di depanku, gadis itu meringis dengan kernyitan dalam seakan menahan nyeri bertaut di alisnya. Kedua bahunya juga terjengit, ketika tangannya sontak menutupi kedua telinga seperti refleks alami. Tubuhnya seakan menciut, tetapi tak lagi meringkuk. Matanya yang terpejam kuat-kuat, dipaksanya terbuka demi membalas tatapanku di bawah kernyitannya yang amat dalam. "Fuwuri ... harus bertarung. Demi semua orang ... yang ada di istana ini. Fuwuri sudah menjadi seorang Ksatria, jadi Fuwuri harus melindungi semuanya!"

KnightMare: Balsamic [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang