Entah sedang ada di lorong mana diriku ini—kakiku hanya menunggu hilangnya suara langkah-langkah Tuan Gildu sebelum keluar dengan sangat terlambat dari rapat Dewan yang mengisukanku; untuk menyasar entah ke mana. Tetapi, menyasar ke mana saja, suara sekaligus benang Abstrak yang merabakan aura familier itu bukannya bisa bertemu denganku di mana saja.
"Mary?"
Sementara aku menyatakan ingatanku berbaik hati mengingat siapa dia tanpa perlu diingatkan, gadis yang hampir sejengkal lebih mungil dariku itu mengabaikannya dan melompat menerkamku dalam dekap kedua lengannya. Keseimbanganku goyah seketika, tapi aku tidak akan pernah berbaik hati mengingat namanya andai tidak pernah berpengalaman menerima terkaman dadakan itu. Kakiku memang terhentak tiga langkah ke belakang, tetapi tumpuanku segera seimbang begitu panik kuusir jauh-jauh dari benak kekagetan.
"Yaay, Fellaniar!" soraknya girang, bergelantungan melompat-lompat masih mencekik bahuku. Beruntunglah berat badan gadis ini seringan kapas—sesuai dengan mungil tubuhnya yang terbang ke mana-mana—kalau tidak, sudah kubanting mati ia dari tadi.
"Hei, kenapa kau ada di sini?" tanyaku. Bisa dibilang menagih bayaran akan dirinya yang masih menjadikanku sebagai pusat kincir putar.
Mary, gadis awan itu, terkikik kian girang. "Coba tebaa—akk!"
Aku turut mendongak, mengikuti Mary yang telah lepas dari bahuku kini setengah melayang di udara—tergantung oleh sejalar sulur tanaman hijau yang membelit kedua lengannya. Sepantik ingatan menyambut benang Abstrak itu yang kukenali.
"Ah, benar juga. Di mana ada Mary, di situ ada Bold."
"Mary, jangan langsung ganggu Fellaniar saat baru reuni. Dan—Fellaniar! Bagaimana bisa aku diingat seperti itu?!"
Ah, aku tidak percaya seberapa aku merindukan mereka sampai kusadari omelan Bold yang ditujukan lagi ke telingaku membuat senyumku terkembang—mungkin; aku sudah terbahak seketika, andai sekeping sifat Bold yang sering berargumentasi denganku itu mirip dengan bagaimana Gieru kesal kalau ejekannya tidak mempan padaku. Ah, Gieru yang sekarang entah di mana—
"Hei, hei. Lihat apa yang kalian perbuat; yang satu muncul dan langsung menerkam, yang satu muncul dan langsung mengomel. Berkatnya Fellaniar langsung mati bahagia, tuh."
Oh. Benar juga. Satu lagi benang Abstrak yang melengkapi sudah paket trio itu.
"Lalu, di mana ada Bold, di situ ada Rainer."
"Kenapa justru akau terdengar seakan menempel pada Bold...?"
Aku menyengir tak berdosa akan protes malas Rainer. Lantas teringat, di samping euforia yang terasa hangat dapat bertemu tanpa kurang suatu apa dengan mereka, kepalaku punya tanya yang meminta segera. "Jadi ... kenapa kalian ada di sini?"
"Teganya bilang begitu, seakan-akan kami ini bukan Ksatri—akk!"
Sementara Bold mengurus Mary sebelum menyimpangkan jawaban, Rainer maju di depan keduanya untuk menjadi yang menjawab tanpa basa-basi lagi. "Kami di sini karena dipilih sebagai perwakilan dari Skuadron Dua yang bekerja sama dengan Skuadron Satu. Ingat apa yang pasti sudah dibicarakan kaptenmu terakhir kali?"
Ah—itu dia. Bukan rotasi perpindahan Ksatria dari satu skuadron ke skuadron lain atas nama prioritas zona merah daerah. Melainkan kerja sama antar-skuadron—yang ringkasnya seperti menggabungkan beberapa skuadron untuk bergerak dalam satu komando bersama. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas, katanya. Sesuatu yang sama sekali bukan keahlian Kapten Levair—untuk melebarkan toleransinya pada beberapa manusia di dunia ini lagi.
Dan karena itulah pasti aku akan diseretnya juga dalam pembahasan komando instruksi gabungan nanti. Haha.
"Oh, kerja sama antar-skuadron. Aku tidak menyangka kalian yang akan jadi perwakilan," ujarku terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KnightMare: Balsamic [TAMAT]
FantasyMedan yang lebih buruk dari perang mana pun, ada di sini; panggung kenyataan di mana Kegelapan mengacaukan perbatasan demi menguasai dunia umat manusia. Mereka berkata ini demi kedamaian; pengorbanan berbaris-baris pion yang masih manusia pun dilaku...