Malam ini pukul enam lebih sepuluh menit, Sultan, Santoso dan Totok sedang duduk di sofa depan televisi. Santoso dan Totok sudah terbiasa menonton televisi bersama tuannya. Sultan menganggap Santoso dan Totok itu seperti adik-adiknya, tidak menganggap sebagai bodyguard. Umur Santoso dan Totok lebih muda daripada dirinya. Rencananya Sultan ingin menambah bodyguard lagi, tapi menurutnya Santoso dan Totok saja sudah cukup, sehingga Sultan mengurungkan niatnya untuk menambah bodyguard.
Acara televisi yang mereka tonton, menayangkan tentang berita yang menghebohkan dan membuat panik warga Desa Ciraos karena terjadi ledakan gas LPG di salah rumah warga, mengakibatkan terjadinya kebakaran dan kematian salah satu anggota keluarga. Lebih parahnya lagi, kebakaran itu menjalar ke rumah tetangga disusul oleh ledakan gas LPG di rumah tersebut karena faktor terkena api. Kini dua rumah terbakar, tapi beruntungnya kebakaran itu tidak sampai menjalar ke rumah warga yang lain. Banyak mobil pemadam kebakaran yang berdatangan ke tempat kejadian perkara tersebut.
"Bos, ngeri banget ya?" ucap Totok bergidik ngeri, tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila rumahnya sendiri yang ada di Desa Ciraos juga ikut terbakar. Totok langsung mengenyahkan pikiran buruk itu dari otaknya, tidak baik memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi. Iya, rumah Totok ada di Desa Ciraos juga, tapi beruntungnya rumah Totok jauh dari tempat kebakaran tersebut. Totok pulang ke rumahnya sebulan sekali untuk menjenguk orang tuanya yang sudah lansia.
"Iya Tok, makanya kita harus bersyukur. Kita dijauhkan dari kejadian seperti itu. Untung juga rumah kamu jauh dari tempat kebakaran itu," ucap Sultan kalem sambil tersenyum.
Totok mengangguk. "Iya Bos, bener. Alhamdulillah."
"Oh ya Bos. Kata Bos, mau mencari dua orang buat jadi satpam kan?" tanya Totok mengalihkan topik pembicaraan. Totok ingat, bosnya itu tadi siang mengatakan ingin memperkerjakan dua orang untuk menjadi satpam.
Sultan menoleh ke samping. "Hmm, iya. Kamu ada apa tanya begitu?"
Totok tersenyum tipis lalu menjawab, "Begini Bos, kalau Bos mau, nanti saya tawarkan ke teman saya yang kebetulan juga butuh pekerjaan menjadi satpam."
Sultan tidak langsung menjawab. Ia berpikir dulu. Setelah yakin, lalu menjawab, "Boleh saja kamu tawarkan pekerjaan ini ke teman kamu. Kalau boleh tahu, umur teman kamu berapa?"
"Umurnya lebih tua dari Bos. Kira-kira tiga puluh tahun. Dia sudah punya istri Bos," jawab Totok semangat.
"Boleh tuh jadi satpam. Dia sebelumnya ada pengalaman jadi satpam belum?" tanya Sultan penasaran.
"Iya Bos. Sebelumnya dia jadi satpam di bank, tapi gak tahu karena apa, dia dipecat dari pekerjaannya," ucap Totok menjelaskan.
Sultan tersenyum lalu berkata, "Ya sudah, kalau begitu, besok pagi atau terserah kamu. Kamu tawarkan pekerjaan ini ke teman kamu."
"Siap Bos!" ucap Totok. Beberapa detik, berkata lagi, "jadi, kurang satu orang lagi dong Bos?"
Sultan menjawab, "Iya."
"Coba saya tanya Santoso Bos. Siapa tahu dia punya kenalan sama satpam." Totok menunjuk Santoso yang duduk di sebelahnya, sedikit jauh.
Sultan hanya mengangguk. Lalu Totok memanggil Santoso. "San!" Otomatis Santoso menoleh ke arah Totok.
"Apa Tok?" tanya Santoso.
Totok bertanya sekaligus menjelaskan, "Lo punya kenalan sama satpam, gak? Kalau lo punya kenalan satpam, lo tawarkan dia pekerjaan di rumah Bos, jadi satpam."
Santoso diam sebentar lalu menggeleng. "Gue enggak punya kenalan satpam sih," jawabnya jujur.
Totok berkata lagi. "Atau tawarkan pekerjaan ini ke teman lo? Kali aja ada yang mau jadi satpam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
General Fiction[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...