Narulita dan Desi duduk berdua di depan toko sambil berbincang-bincang dan menunggu pria tadi mengeluarkan sepeda motor yang sudah dibeli oleh Narulita.
"Nur, emang lo bisa naik motor ya? Perasaan lo gak pernah naik motor deh," tanya Desi.
Narulita menjawab, "Gue emang gak pernah naik motor, tapi waktu itu kan, lo pernah ngajarin gue naik motor. Ya sekarang gue masih ingatlah."
Desi menepuk jidatnya dengan gerakan pelan. Desi memang pernah mengajari Narulita mengendarai sepeda motor, waktu itu saat mereka masih kelas 12 SMA. Narulita waktu itu selalu berangkat sekolah bersama Desi. Setiap ada kesempatan, Desi pasti akan mengajari Narulita mengendarai sepeda motor.
"Oh ya, gue lupa. Hahaha... dulu pas masih SMA, gue selalu ngajarin lo naik motor kan ya? Dan sekarang lo masih ingat caranya naik motor? Hebat!" ucap Desi sambil mengacungkan jempol di depan Narulita.
Narulita tersenyum. "Iya dong, gue selalu ingat. Gak bakal lupa."
Desi bertanya, "Kalau nanti misalnya lo lupa caranya?"
Narulita menjawab dibarengi tertawa pelan, "Hahah... ya gue minta ajarin lo lagi lah, hahah..."
Desi memukul pundak Narulita dengan tangan kanan. "Enak aja lo! Gak bisa. Lo belajar sendiri deh, hahaha..." Seketika Narulita merubah ekspresi wajahnya seperti cemberut, hal itu membuat Desi makin tertawa, "Hahaha, iya deh Nur. Nanti kalau lo gak bisa, gue ajarin lagi. Kebiasaan banget sih, sedikit-sedikit cemberut."
"Eh Des, tuh motor gue udah siap!" ujar Narulita tersenyum lebar, matanya berbinar, melihat di depan toko pria tadi sudah mengeluarkan sepeda motor Beat warna biru yang ia beli. Desi mengarahkan pandangannya, sesuai yang ditunjukkan oleh Narulita.
"Ayo deh!" Desi langsung berdiri, berjalan mendekati pria itu yang berdiri di samping motor. Narulita menyusul Desi dengan langkah cepat.
"Mbak, ini motornya. Silahkan dicoba dulu ya! Kalau misalnya nanti, motornya kurang nyaman atau jalannya berat, Mbak bisa langsung minta ganti," ucap pria itu kepada Narulita, beralih melihat Desi.
Desi dan Narulita mengangguk. "Oh jadi saya, harus mencoba motor ini dulu?" tanya Narulita memastikan.
"Iya Mbak, supaya Mbak tahu, motornya masih nyaman dipakai atau enggak. Misalnya nih enggak nyaman dipakai, nah Mbak bisa minta ganti ke saya," ucap pria itu menjelaskan. Narulita hanya mengangguk saja.
"Ya udah Nur. Lo coba dulu, keliling sekitar sini. Gue tunggu di sini dulu. Lo jangan tinggalin gue. Awas lo!" ucap Desi sambil memberikan ancaman kepada Narulita.
Narulita tertawa pelan. "Hahah, iya-iya."
Narulita pun menaiki motor itu, lalu memasukkan kuncinya. Menunggu sebentar, ia menyalakan mesin lalu menjalankan motornya keluar pelataran dealer tersebut. Narulita hanya mencoba motornya, berkeliling di sekitar tempatnya sekarang, tidak jauh-jauh dari dealer.
Setelah kurang lebih lima menit berkeliling di sekitar dealer, Narulita pun menyimpulkan bahwa motor yang ia beli nyaman dipakai dan laju motornya tidak berat atau cukup enteng. Narulita kembali menjalankan motornya menuju ke dealer. Desi di pelataran toko, tersenyum lebar mengamati Narulita yang menjalankan motor ke arahnya. Narulita menghentikan motornya tepat di depan Desi dan pria itu.
"Gimana Nur? Nyaman gak motornya?" tanya Desi setelah Narulita mematikan mesin motor.
"Nyaman kok. Mesinnya cukup enteng, gak terlalu berat lah," jawab Narulita lalu beralih melihat pria itu yang berdiri di sampingnya sedikit jauh.
Pria itu berjalan, lebih mendekati Narulita. "Gimana Mbak? Apa ada kendala saat tadi mencoba motornya?"
Narulita menjawab sambil tersenyum. "Enggak Mas, motornya nyaman kok, tapi sedikit berat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
Narrativa generale[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...