Setelah puas jalan-jalan naik sepeda motor berkeliling kota, Narulita dan Ade pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Membutuhkan waktu setengah jam, akhirnya mereka sampai di rumah.
Narulita menghentikan motornya tepat di depan teras rumah, lalu mematikan mesin motornya. Ade turun dari motor, berlanjut Narulita. Ade masih memegang plastik berisi dua bungkus bakso.
"Kak, aku langsung ke dapur ya! Buat naruh bakso ini!" Ade berucap sambil menunjukkan plastik berisi bakso di depan Narulita.
Narulita mengangguk. "Iya."
Ade masuk, sementara Narulita menuntun sepeda motornya masuk ke rumah. Narulita memasukkan sepeda motornya ke rumah, tujuannya adalah agar aman dari pencurian. Biasanya banyak sekali pencurian motor yang berkeliaran di kota. Narulita tidak mau kehilangan motornya itu. Walaupun motor bekas, tapi untuk dapat membelinya sampai membutuhkan waktu selama tiga tahun.
Setelah itu Narulita berjalan ke arah dapur, mendapati Ade yang sekarang sedang menyiapkan dua mangkok dan sendok. "Kak, ayo makan!" ucap Ade.
Narulita berjalan ke kamar mandi sambil berkata, "Nanti saja! Aku mau ke kamar mandi dulu." Ade hanya mengangguk merespons ucapan kakaknya.
Narulita di kamar mandi hanya ingin mencuci wajah, tangan dan kaki. Setelah selesai, ia keluar kamar mandi, berjalan mendekati adiknya yang sudah siap memakan baksonya. "Eh, kamu ini makan gak nunggu Kakak!" ucap Narulita lalu duduk di kursi di depan Ade.
Ade cengengesan lalu berucap, "Heheh, habisnya aku gak sabar pengin makan Kak!"
Narulita mengangguk. "Ya udah gih! Makan!" Lalu ia membuka bungkus bakso itu, menuangkannya ke mangkok. Kini baksonya siap dimakan.
Sebelum makan, Narulita membaca doa makan terlebih dulu, supaya setan-setan yang ada di sekelilingnya tidak ikut makan. "Dek, kamu tadi udah baca doa makan belum?" tanya Narulita sambil menyeruput kuah baksonya.
Ade menghentikan mulutnya yang menguyah pentol lalu berkata, tapi suaranya kurang jelas, "Udah Kak, tenang saja."
Narulita mengangguk saja, melanjutkan memakan baksonya itu. "Enak ya baksonya Dek?" tanyanya.
"Iya Kak enak. Gak rugi deh kita beli," jawab Ade diakhiri senyuman tipis.
Narulita teringat bahwa besok, dia sudah mulai kerja di restoran sampai jam sepuluh malam. "Dek, aku besok udah mulai kerja sampai jam sepuluh malam. Jadi besok untuk sementara, kamu main ke rumah temanmu dulu," ucap Narulita sambil mengunyah pentolnya.
"Iya Kak, aku besok bakal main ke rumah temanku. Tapi kalau Kakak udah pulang, Kakak telpon aku ya!" jawab Ade.
Narulita berkata, "Iya, aku telpon kalau udah pulang."
Mereka tidak mengobrol lagi dan memilih untuk menikmati makanannya dengan tenang. Beberapa menit tak ada obrolan, rasanya kurang lengkap, Ade akhirnya terpikirkan sesuatu. "Oh ya Kak, kan besok Kakak pulang jam sepuluh malam. Terus pas siang aku makan apa dong?"
Narulita menjawab tenang sambil menyeruput kuah baksonya, "Besok kamu, aku beri uang buat beli makan siang dan malam. Tenang saja Dek."
Ade mengangguk-angguk paham. "Oke Kak!" Berhenti sejenak, melanjutkan ucapannya, "Kak, aku besok mau diantar sekolah. Boleh dong Kak! Boleh ya?" Ade memelas, berharap Narulita mengiyakan permintaannya.
Ade ingin sekali diantar sekolah kakaknya, karena selama ini kakaknya itu sama sekali tidak pernah mengantarkannya sekolah. Ade sekolah sering berangkat bersama temannya atau kalau mau Ade bisa naik angkot. Tetapi Ade sangat tidak menyukai angkot, menurutnya di dalam angkot itu gerah dan panas. Karena orang-orang yang naik angkot, duduknya berdempetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
General Fiction[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...