Malam ini pukul setengah sembilan, Narulita dan Sultan terlihat sedang duduk berdua di dalam sebuah kafe yang cukup ramai dikunjungi banyak pembeli. Mereka berdua duduk saling berhadap-hadapan, di tengah mereka ada sebuah meja berbentuk bundar. Di atas meja itu sudah tersedia dua gelas capuccino yang baru saja mereka pesan.
Di dalam kafe itu juga ada musik santai yang diputar pada sound sistem berukuran kecil—mengalun merdu membuat orang-orang yang ada di sana merasa betah.
"Mas, aku mau tanya sama kamu," ucap Narulita kalem.
Sultan menyesap cappucino itu, kemudian diletakkan ke atas meja. Ia menaikkan satu alisnya sebentar. "Mau tanya apa?"
"Aku tanya. Kamu serius enggak sayang sama aku?" tanya Narulita asal-asalan. Padahal niat awalnya bukan bertanya seperti itu. Tetapi entah dapat bisikan dari mana, Narulita menjadi bertanya seperti itu. Sepertinya Narulita kurang fokus sehingga menyebabkan dia salah berucap.
Narulita sadar bahwa pertanyaan yang dia ajukan salah kaprah, ia merutuk dalam hati. 'Haduh, ngapain aku tanya kayak gitu sih? Bisa berabe urusannya.'
Sultan terkejut, tersedak minuman kopinya sendiri. "Uhuk." Pria itu sedikit memuntahkan air kopi yang diminumnya, sisanya ia telan dengan susah payah. Tenggorokannya seperti tercekat mendengar pertanyaan Narulita yang tidak mengenakkan hati. Apa selama ini perempuan itu meragukan cintanya? Pikir Sultan.
Sultan memaksakan senyumannya meskipun hatinya merasa kecewa karena pertanyaan Narulita barusan. Ia menjawab dengan nada kalem, "Iya sayang, aku serius sayang sama kamu. Aku enggak mungkin suka sama wanita lain. Percaya dong sama aku."
Narulita menjadi tidak enak hati karena ucapannya tadi membuat Sultan kecewa. Narulita tahu Sultan memaksakan tersenyum, terlihat dari raut wajah pria itu. Wanita itu harus mencari alasan yang tepat supaya Sultan kembali tenang.
Akhirnya Narulita menjawab setelah beberapa detik yang lalu ia bergelut dengan pikirannya sendiri. "Mas, aku minta maaf. Sebenarnya aku nanya begitu karena aku pengin tahu, kamu serius sayang sama aku atau enggak. Ternyata kamu bener-bener sayang sama aku. Maaf Mas, aku enggak bermaksud buat kamu kecewa."
Sultan perlahan tersenyum lebar. Hatinya kembali merasa tenang, karena ternyata Narulita tadi hanya ingin mengetesnya saja. "Iya enggak apa-apa. Aku serius kok, cinta sama kamu. Jangan khawatir, aku enggak bakal ninggalin kamu."
Narulita tersenyum lebar. "Aku juga sayang sama kamu, Mas. Aku enggak mau kehilangan pria seperti kamu," jawab Narulita mampu membuat Sultan merasakan kebahagiaan tiada tara.
"Kamu memang wanita terbaik yang pernah aku temui," kata Sultan memuji kekasihnya itu.
Narulita tersenyum-senyum sendiri. "Ah Mas, bisa aja. Aku bukan wanita terbaik, kok. Masih banyak wanita yang lebih baik daripada aku," ucapnya sengaja merendahkan diri.
Sultan tersenyum lalu menjawab, "Tapi di hatiku, kamu itu wanita terbaik. Enggak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hatiku. Kamu wanita yang aku inginkan, Nur."
Mendengar ucapan Sultan, membuat Narulita malu. Wanita itu sedikit menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah yang muncul begitu saja di pipinya. Jantungnya berdegup kencang, merasa bahagia.
Sultan cekikikan, tahu bahwa wanita itu baper alias terbawa suasana karena ucapannya tadi. "Enggak usah baper gitu dong."
Narulita mendongakkan kepalanya dengan gerakan cepat. "Apaan sih Mas? Aku enggak baper, sumpah!" ucapnya membela diri. Aslinya dia baper, cuman enggak mau mengakui aja.
Sultan tertawa singkat merespons ucapan kekasihnya itu. "Hahahah."
"Mas, enggak usah ketawa, aku enggak suka deh." Wanita itu pura-pura mengambek dengan memanyunkan bibirnya dan menggembungkan pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
Ficción General[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...