Dua Bulan kemudian...
Setelah dua bulan, Narulita menjalani kehidupannya seperti biasa. Sekarang ia sudah sembuh, mukanya yang terluka kini sudah kembali seperti sediakala. Wajahnya kembali cantik, tidak ada bekas luka yang terlihat. Itu semua berkat Sultan yang waktu itu mengirimkannya obat salep penyamar bekas luka dan beberapa obat lain. Andai saja waktu itu Sultan tidak mengirimkan obat salep untuknya, mungkin bekas lukanya masih terlihat sampai sekarang.
Selama dua bulan itu juga, Sultan selalu menanyakan kabarnya. Sultan seringkali meneleponnya dan mengirim pesan singkat kepadanya. Dari situlah Narulita mulai berpikir bahwa Sultan memang menyukainya. Sesuai kata Desi, jika Sultan tidak menyukainya, mana mungkin Sultan mau meneleponnya dan mengirimkan pesan singkat kepadanya. Narulita bahagia sekali saat Sultan meneleponnya, wanita itu langsung mengangkatnya dan mengobrol dalam waktu yang lama. Bahkan saking senangnya bertelepon bersama Sultan, Narulita sampai lupa waktu. Berjam-jam pun ia betah.
Hal yang membuat Narulita ragu adalah, Sultan benar-benar menyukainya atau tidak? Selama dua bulan itu, Sultan tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Sultan hanya menelepon dan mengirim pesan singkat. Itu pun sekedar menanyakan kabarnya, tidak lebih. Terakhir Sultan meneleponnya Seminggu yang lalu, setelah itu sama sekali tidak meneleponnya.
Karena sudah sembuh, Narulita memutuskan kembali bekerja di restoran Pak Hartono. Sudah dua bulan dia tidak bekerja di restoran itu. Entah Pak Hartono masih mau menerimanya sebagai karyawan lagi atau tidak? Yang terpenting Narulita harus kembali melamar pekerjaan di restoran Pak Hartono, karena restoran Pak Hartono satu-satunya sumber penghasilannya. Jika dia tidak bekerja, siapa yang mau membiayai sekolah adiknya dan mencukupi kebutuhan sehari-harinya? Tidak ada! Hanya dia seorang.
...o0o...
Hari Minggu ini, Narulita rencananya akan melamar pekerjaan di restoran Pak Hartono. Narulita sudah menyiapkan semua persyaratan lengkap untuk melamar pekerjaan. Persyaratan itu berupa berkas-berkas yang terdiri dari; surat lamaran pekerjaan, CV (Curriculum Vitae), portofolio, fotokopi ijazah, fotokopi KTP, Kartu Keluarga, pas foto terbaru, SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), dan terakhir adalah fotokopi surat keterangan sehat.
Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Narulita berjalan keluar kamar, memasuki kamar Ade yang pintunya terbuka lebar.
Ade saat ini tengah menyapu lantai kamarnya. Ia mendongak, saat menyadari keberadaan kakaknya di ambang pintu. "Eh, Kak Narulita," ucapnya pura-pura terkejut.
"Tumben Dek, nyapu kamar sendiri. Biasanya juga, aku yang nyapu kamar kamu." Narulita menyindir adiknya yang memang sangat jarang menyapu kamar sendiri. Ia yang sering membersihkannya.
Ade terkekeh pelan. "Heheh, ya gimana mau bersihin kamar, orang aku sekolah. Ini kan hari Minggu, Kak, jadi aku ada waktu luang buat bersihin kamar," jawab Ade membela dirinya.
"Ya deh terserah kamu, Dek." Narulita melanjutkan ucapannya, "Oh ya, Dek. Nanti jam sembilan, aku pergi ke restoran Pak Hartono buat ngelamar kerja lagi. Udah dua bulan gak kerja di sana."
Ade sedikit terkejut mendengarnya. Bukannya kakaknya itu dulu sudah melamar pekerjaan di restoran Pak Hartono? Pikir Ade.
"Lah, Kak. Dulu Kakak kan udah ngelamar kerja di sana. Kok ngelamar lagi?" tanya Ade setelah beberapa detik hanya diam.
Narulita berjalan mendekati ranjang lalu duduk di pinggiran ranjang. "Jadi gini loh, Dek. Aku udah lama gak kerja di sana. Udah dua bulan lebih. Nah, aku harus ngelamar kerja lagi. Kalau gak ngelamar, ya Pak Hartono gak bakal mau nerima aku jadi karyawannya. Paham Dek?" jelas Narulita panjang kali lebar. Ade mengangguk-angguk, sudah paham penjelasan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
Ficção Geral[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...