Pagi hari sudah tiba. Narulita bangun tepat pukul setengah enam, sekarang waktunya ia untuk bekerja kembali. Narulita berangkat kerja pada pukul setengah delapan pagi. Mumpung masih lama, nanti dia akan menyempatkan diri untuk membersihkan rumah.
Narulita mengecek Ade yang semalam tidur di kamarnya dengan alasan takut tidur sendirian. Entahlah kenapa tiba-tiba Ade takut tidur sendirian, biasanya Ade tidur di kamarnya sendiri, tapi Narulita tidak mempermasalahkan hal itu. Setelah dilihat ternyata Ade tidak ada di sebelahnya. Kemungkinan Ade sudah dari tadi bangun untuk melaksanakan salat subuh. Narulita baru ingat kalau ternyata masih menstruasi, sehingga dia merasa lega. Seseorang wanita yang mengalami hal seperti itu dilarang untuk melaksanakan salat sampai wanita tersebut berhenti menstruasi, barulah boleh melaksanakan salat.
Narulita bangun dalam posisi duduk, ia menghela napas ringan lalu merapikan rambut panjang sepunggungnya yang berantakan. Narulita melihat gorden kamarnya masih tertutup, ia berdiri kemudian berjalan ke jendela kamarnya, membuka gorden berwarna putih itu lebar-lebar sampai cahaya matahari dengan leluasa dapat masuk ke kamarnya.
Narulita dari dalam kamarnya, dapat melihat beberapa tetangganya yang sudah beraktivitas di luar rumah, ada yang menyapu pelataran rumah dan ada ibu-ibu yang menunggu penjual sayur lewat. Biasanya penjual sayur lewat tepat pada jam enam pagi.
Omong-omong soal sayur, Narulita jadi mengingat kalau adiknya tadi malam berkata bahwa dia kepengin makan sayur sop. Tentu Narulita nanti harus membeli bahan-bahan untuk membuat sayur sop. Kalau dipikir-pikir ia sangat jarang memasak sayur buat adiknya, karena ia harus berangkat bekerja ke restoran Pak Hartono pada pukul setengah tujuh, sehingga tidak ada waktu baginya untuk memasak sayur. Beruntungnya sekarang, Narulita berangkat kerja pukul setengah delapan, jadi masih banyak waktu untuknya memasakkan sayur sop untuk adiknya.
Narulita berjalan keluar kamar, ingin menemui adiknya. Ade ada di ruang keluarga tengah asyik menonton acara televisi. Pagi-pagi seperti ini, Ade memang suka menonton televisi, karena menurut pendapat Ade acara TV pagi hari itu bagus-bagus. Menurut Narulita, biasa saja. Tetapi, Narulita tidak membantah pemikiran adiknya, karena pada dasarnya pemikiran setiap orang berbeda-beda.
"Ade, kamu nanti berangkat sekolah jam berapa?" tanya Narulita kepada Ade. Narulita juga baru ingat kalau sekarang sudah hari Senin.
Ade menengok ke arah Narulita sebentar saja lalu kembali melihat televisi. "Ya kayak biasanya Kak, jam setengah tujuh!" jawab Ade.
"Kamu mau sayur sop kan?" tanya Narulita lalu duduk di sebelah Ade.
"Iya Kak! Mau dong!" jawab Ade dengan nada semangat.
Narulita tersenyum lebar. "Tapi nanti kamu kan berangkat sekolah jam setengah tujuh," ucap Narulita setelah dipikir-pikir ia tidak ada waktu untuk memasak sayur sop.
Adiknya berangkat sekolah jam setengah tujuh, kemungkinan selesai memasak sayur itu jam tujuh. Jadi kalaupun dia memasak sayur sekarang, adiknya pagi ini tetap tidak ada kesempatan untuk makan sayur sop. Ah! Tapi tidak apa-apa, karena adiknya bisa makan sayur sop buatannya saat sudah pulang sekolah. Begitulah pemikiran Narulita.
"Gimana kalau kamu makan sayur sop pas udah pulang sekolah? Sekarang sarapan sama telur dadar dulu aja ya?" tanya Narulita kepada adiknya.
Ade memprotes, tidak terima. "Kok gitu sih Kak? Aku mau sayur sop!"
Narulita tersenyum tipis kemudian menjelaskan panjang lebar kepada adiknya. "Gini, kamu nanti kan berangkat sekolah jam setengah tujuh, nah sedangkan masak sayur sop butuh waktu sampai jam tujuh. Jadi kamu gak ada waktu buat makan sayur sop kan? Nah kamu makannya pas udah pulang sekolah aja, gimana? Kalau kamu makan sayur sop jam tujuh, kamu terlambat sekolah dong?!"
Ade tampak memikirkan penjelasan kakaknya, kalau dipikir-pikir ucapan Narulita ada benarnya. "Iya deh Kak, enggak apa-apa. Makasih ya Kak, mau masakin aku sayur sop, hehe ...," jawab Ade cengengesan.
"Ya! Ya udah sana, kamu mandi! Habis itu sarapan!" Narulita menyuruh adiknya untuk segera mandi.
Ade hanya mengangguk merespons ucapan kakaknya, ia mematikan televisinya kemudian berjalan menuju ke kamarnya untuk mengambil handuk. Sekarang Narulita pergi ke dapur, membuat telur dadar yang nantinya untuk sarapan Ade.
...o0o...
Ade sudah berangkat sekolah bersama temannya dari setengah jam yang lalu, tentu saja Narulita sekarang sendirian di rumah. Narulita tadi sudah membersihkan rumah, kemudian ia berlanjut ke dapur untuk membuat sayur sop sesuai permintaan adiknya. Sudah lama, Ade tidak meminta sesuatu kepadanya. Baru kali ini Ade memintanya memasakkan sayur sop, tentu ia langsung menuruti kemauan Ade. Narulita bangga mempunyai adik seperti Ade yang tidak pernah meminta macam-macam kepadanya. Kalaupun Ade meminta uang, itupun hanya untuk uang saku dan membeli kebutuhan sekolah, selebihnya tidak.
Sekarang Narulita sibuk di dapur, sedang menyiapkan bumbu-bumbu masakan yang berupa cabe, bawang merah, bawang putih, gula, garam, penyedap masakan, wortel dan berbagai macam bumbu yang digunakan untuk membuat sayur sop.
Sekitar sepuluh menit, akhirnya Narulita sudah selesai memasak sayur sop, kini sayur sopnya siap dihidangkan. Narulita puas dengan masakannya yang terasa enak. Tak salah jika dulu ia sering meminta Ibunya untuk mengajarinya memasak sayur. Dan terbukti, sekarang Narulita pintar memasak.
Semua pekerjaan dapur sudah usai. Kini tepat menunjukkan pukul setengah delapan pagi, waktunya bagi Narulita untuk bekerja kembali di restoran Pak Hartono.
...o0o...
Sebelum meninggalkan rumah, Narulita memastikan dulu, apakah rumahnya sudah dia kunci. Setelah dicek dan dirasa aman, Narulita segera meninggalkan rumah. Seperti biasanya, ia pergi ke tempat kerja menggunakan sepeda onthel. Ia bersyukur walau sepeda onthel, tetapi sangat membantu. Jika tidak ada sepeda, Narulita mungkin naik angkot, namun tidak bisa hemat uang. Dengan memakai sepeda tentu ia bisa menghemat uangnya.
Narulita mengayuh sepedanya dengan penuh semangat, melewati pinggir jalan raya yang sangat luas. Di tengah jalan, banyak kendaraan bermotor dan roda empat yang berjalan melewatinya begitu saja, seolah Narulita yang menaiki sepeda onthel diremehkan dan dipandang sebelah mata. Narulita tidak menggubris itu semua, ia harus tetap semangat bekerja. Tidak boleh iri dengan orang-orang yang bermotor dan bermobil yang lewat di sekitarnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, akhirnya Narulita sudah sampai di depan restoran Pak Hartono. Ia menuntun sepedanya menuju ke tempat parkir paling pojok. Di sanalah tempat parkir yang sepi, dan jarang disinggahi kendaraan. Narulita kemudian berjalan ke dalam restoran, setelah masuk ia langsung melangkah ke dapur restoran. Di dapur sudah ada empat temannya yang sibuk memasak menu makanan.
Narulita dan dua orang rekan kerjanya bertugas sebagai pramusaji di restoran ini. Pramusaji adalah orang yang melayani pesanan makanan dan minuman sesuai dengan permintaan para pembeli.
...o0o...
Kalau suka, jangan lupa kasih vote ya ^-^
Baca bab selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]
Narrativa generale[IKUTI AKUN PENULIS SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Seorang perempuan bernama Narulita hidup bersama adik semata wayangnya, Adelia. Orang tua mereka sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Kini Narulita harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup...