DUA PULUH

3.6K 161 4
                                    

Pagi ini Narulita sedang menyiapkan sarapan untuk Ade. Sekarang sudah menunjukkan pukul enam pagi, nanti jam setengah tujuh Ade berangkat sekolah. Narulita nanti berangkat kerja pada pukul setengah delapan.

Seusai menyiapkan nasi, lauk pauk serta minuman, Narulita berjalan ke kamar tidur Ade. Biasanya Ade masih menyiapkan buku-bukunya di dalam kamar. Narulita mengetuk pintu kamar Ade dengan pelan sambil berkata. "Ade, ayo sarapan!"

Ade di dalam kamar masih sibuk memakai baju seragam. "Iya Kak bentar, ini masih pakai seragam."

"Iya, Kakak tunggu di dapur!" ucap Narulita lalu berjalan menjauhi kamar Ade, menuju ke dapur. Narulita sarapan duluan, tidak ingin menunggu Ade. Tiga menit kemudian, Ade memasuki dapur lalu duduk di sebelah kakaknya.

"Kak!" Ade memanggil, Narulita menoleh ke samping. "Apa?" tanya Narulita.

"Nanti, enggak usah nganterin aku sekolah deh Kak." Ade tidak ingin diantarkan ke sekolah, karena nanti ia berangkat bersama temannya. Kemarin malam saat di rumah temannya, temannya menyuruh Ade untuk berangkat sekolah bersama, tentu saja Ade mengiyakan ajakan temannya. Ade tidak ingin membuat temannya kecewa.

Narulita sedikit tidak mempercayai ucapan adiknya. Tumben adiknya tidak ingin diantar sekolah. "Tumben. Biasanya juga, nyuruh aku buat nganterin kamu sekolah."

"Kemarin malam, temenku nyuruh aku berangkat sama dia Kak," jawab Ade lalu meminum segelas air putih.

Narulita manggut-manggut mengerti. "Oh begitu."

Baguslah kalau adiknya itu berangkat sekolah bersama temannya, jadi dia tidak perlu jauh-jauh dari sekolah Ade menuju ke restoran Pak Hartono. Jarak antara sekolah Ade dan restoran Pak Hartono itu sangat jauh. Hari sebelumnya Narulita mengantarkan Ade ke sekolah dan berakhir terlambat datang ke restoran Pak Hartono, tapi beruntungnya Tina sebagai manajernya tidak memarahi Narulita. Karena Narulita beralasan, ban sepeda motornya bocor di jalan raya.

"Ya baguslah kalau kamu berangkat sekolah sama temen," ucap Narulita lega sekali.

Ade menjawab, "Iya Kak."

Narulita dan Ade tidak lagi mengobrol dan sama-sama diam, menikmati makanannya masing-masing. Beberapa menit kemudian, mereka selesai makan. Narulita mengambil teko yang ada di depannya lalu menuangkan air putih ke dalam gelas.

Saat akan meminum air putih itu, Narulita teringat kejadian malam hari kemarin di restoran, ia tidak sengaja menumpahkan kopi dan mengenai baju putih seorang pria. Narulita diam sejenak mengingat-ingat kejadian itu, tapi langsung ia tepis dalam pikirannya. Ia tidak ingin mengingat-ingat kejadian memalukan itu yang sudah berlalu. 'Ngapain gue pikirin itu, enggak penting banget,' batinnya.

"Dek, kamu udah selesai mak—." Narulita menghentikan ucapannya karena terkejut, Ade sudah tidak ada di sebelahnya. Perasaan tadi Ade masih duduk di sebelahnya, lalu kemana dia sekarang? Cepat sekali perginya.

"Eh, Ade cepet amat perginya," ucap Narulita keheranan. Ia tidak memedulikan Ade yang entah sekarang ada di mana.

Narulita berdiri lalu mengambil piringnya dan piring Ade ditumpuk menjadi satu, kemudian berjalan menuju ke tempat khusus untuk mencuci piring semacam wastafel.

Satu menit kemudian, Ade kembali menemui kakaknya di dapur setelah tadi menyiapkan buku-buku pelajarannya di dalam kamar. Narulita saat ini sedang mencuci piring.

Ade berjalan menghampiri kakaknya, lalu berkata, "Kak, aku berangkat sekarang ya?"

Narulita menengok ke belakang lalu kembali fokus mencuci piring sambil berkata. "Iya, hati-hati di jalan."

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang