TIGA PULUH EMPAT

2.4K 126 2
                                    

Setelah melakukan perjalan jauh dari Jakarta Timur menuju ke Jakarta Selatan. Akhirnya Pak Dodik, Sultan, Santoso, dan Totok sudah sampai ke tempat tujuan, yaitu di tempat pembangunan toko cabang berlian milik Sultan. Pak Dodik menghentikan mobil tepat di pinggir jalan raya.

Dapat dilihat dari dalam mobil, di tempat pembangunan saat ini banyak sekali orang yang bekerja, berlalu-lalang di tempat tersebut. Orang-orang pekerja itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada yang mengaduk semen, menata batu bata, menata letak fondasi, dan melakukan pekerjaan lain.

Sultan turun dari mobil diikuti Santoso dan Totok. Sementara Pak Dodik menunggu di dalam mobil, tidak ikut keluar. Sultan berjalan mendekati dua orang pria yang berbeda usia. Kedua pria itu adalah arsitek yang dipercayai Sultan untuk menentukan tata letak pembangunan tokonya. Totok dan Santoso mengawal di sebelah kiri dan di sebelah kanan tuannya. Mereka sepenuhnya menjaga Sultan.

"Selamat pagi, Mas." Sultan menyapa dua arsitek pria itu. Jika dilihat-lihat, sepertinya arsitek muda itu umurnya masih dua puluh lima tahun. Sedangkan arsitek satunya lagi, sudah berusia lanjut atau paruh baya.

Kedua pria itu menyadari ada yang menyapa, langsung menoleh ke sumber suara. "Selamat pagi juga, Pak!" ucap kedua pria itu hampir bersamaan.

Sultan tersenyum, mengamati sebentar bangunan tokonya yang masih dalam bentuk fondasi, lalu melihat orang-orang pekerja yang berlalu-lalang di sekitarnya.

"Mas, selama pembangunan toko saya. Ada kendala atau aman-aman saja?" tanya Sultan kepada pria muda itu langsung ke intinya, tidak bertele-tele.

"Alhamdulillah, Pak. Selama pembangunan toko, aman-aman saja. Insyaallah, untuk kedepannya tidak ada kendala." Arsitek muda itu menjelaskan sesuai kenyataan.

Arsitek satunya lagi yang berusia paruh baya itu lebih memilih untuk mengatur pekerjaan para bawahannya, tidak ingin ikut mengobrol dengan Sultan dan rekan kerjanya.

"Alhamdulillah," ucap Sultan sambil tersenyum. Ia melanjutkan ucapannya, "Oh ya, Mas, kalau misalnya nanti ada bahan-bahan yang kurang atau habis, Anda bisa langsung telepon saya, nanti saya langsung kasih uang untuk membeli bahan-bahannya."

"Iya, Pak. Untuk saat ini bahan-bahannya belum ada yang habis. Sisanya masih banyak, Pak," jawab pria muda itu disertai anggukan singkat. Sultan hanya mengangguk-angguk mengerti.

Sultan bertanya lagi, "Kemungkinan pembangunan toko saya, selesainya kapan ya, Mas?"

Pria itu mengangguk singkat lalu menjawab, "Kemungkinan memakan waktu sampai enam bulan, Pak. Itu pun kalau tidak ada kendala, kalau ada kendala bisa sampai setahun. Tapi semoga saja tidak ada kendala selama pembangunan, Pak."

Sultan mengamini, "Amiinnn..."

Sultan dan arsitek pria muda itu pun melanjutkan obrolannya. Banyak yang mereka obrolkan tentang pembangunan toko berlian itu. Santoso dan Totok sesekali ikut mengobrol dengan Sultan dan arsitek itu. Sedangkan Pak Dodik yang masih di dalam mobil, memilih untuk menonton film di YouTube supaya tidak jenuh berlama-lama duduk di dalam mobil.

...o0o...

Sultan memutuskan untuk balik ke rumah setelah puas mengecek pembangunan toko cabang berliannya. Ia mengajak Santoso dan Totok masuk ke mobil. Sementara Pak Dodik di dalam mobil, langsung menyalakan mesin mobil sebelum tuannya, Santoso, dan Totok masuk.

Setelah Sultan, Santoso, dan Totok masuk ke dalam mobil. Pak Dodik langsung saja menjalankan mobilnya menuju ke arah barat.

Di tengah perjalanan menuju ke rumah, Sultan terpikirkan membeli obat salep penyamar bekas luka untuk seseorang yang sangat disukainya. Siapa lagi kalau bukan Narulita.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang