DUA PULUH TIGA

2.7K 145 9
                                    

Ade malam ini sangat khawatir terhadap kakaknya, bagaimana tidak? Sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, tapi kakaknya tidak kunjung pulang. Ade mulai berpikir yang bukan-bukan, takut jika kakaknya kecelakaan di jalan atau terjadi sesuatu pada kakaknya. Tetapi Ade segera menepis pikiran buruk itu dari otaknya, tidak baik memikirkan kejadian yang belum tentu terjadi.

Ade mulai berpikir positif, mungkin saja kakaknya masih bekerja lembur sampai jam dua belas malam. Itu pun Ade kurang yakin dengan pikirannya sendiri yang mengatakan bahwa kakaknya kerja lembur. Karena tidak ada pilihan lain, Ade pun memutuskan untuk menelepon kakaknya.

Satu menit menunggu, tapi kakaknya sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Ade mulai merasa gelisah dan takut. Jika benar kakaknya mengalami kecelakaan, ia harus bisa sabar. Sekali lagi Ade menepis pikiran buruk yang muncul begitu saja di otaknya.

"Ah, ngapain gue mikir gitu sih. Gak boleh, gak boleh!" ucap Ade, tanpa sadar geleng-geleng kepala.

Sekarang Ade ada di rumahnya sendiri, karena tetangganya pergi keluar kota. Ade terpaksa di rumah sendirian dari siang sampai malam hari. Ade sebenarnya takut malam-malam seperti ini di rumah sendiri, tapi ia mencoba untuk memberanikan diri.

Ade duduk di sofa sambil menonton televisi. Siapa tahu kakaknya memang bekerja lembur. Jika nanti sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi kakaknya belum juga pulang, maka Ade akan meneleponnya.

Waktu pun terus berjalan, Ade tidak memedulikan jam di dinding yang sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan terus menonton acara televisi yang semakin bagus. Memang acara televisi malam hari lebih bagus. Bahkan ada channel televisi yang menayangkan film horor Indonesia. Tetapi Ade tidak menonton film horor itu dan mengganti channel lain, alasannya takut karena mengingat dia sekarang sendirian di rumah.

Tidak terasa satu jam menonton televisi, sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Tetapi kakaknya tidak kunjung pulang, membuat Ade merasa khawatir kepada kakaknya. Sesuai keputusannya tadi, jika kakaknya belum pulang maka ia akan meneleponnya.

Ade mengambil hapenya yang tergeletak di atas meja, lalu menekan nomor kakaknya dan mulai menelepon. Satu menit menunggu, tapi kakaknya belum juga mengangkat teleponnya, malah di hapenya ada pemberitahuan suara seperti ini, 'maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif'. Ade mengembuskan napas berat mendengar pemberitahuan menjengkelkan itu.

Ade jadi berpikir, apa benar telah terjadi sesuatu pada kakaknya? Kalau bekerja lembur, sudah pasti kakaknya akan mengangkat teleponnya karena kakaknya tidak mungkin, ingin membuatnya khawatir. Tetapi anehnya, sedari tadi sudah ditelepon, kakaknya sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Ade benar-benar dibuat bingung dan gelisah karena situasi ini.

Ade berdiam diri selama beberapa menit untuk menenangkan pikirannya yang mulai kacau, tapi tetap saja ia tidak bisa tenang. Pikirannya malah semakin kacau dan hatinya semakin gelisah. Sungguh! Ade tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah kakaknya, kakaknya dan kakaknya.

Setelah beberapa menit berdiam diri, akhirnya Ade terpikirkan untuk menelepon teman kakaknya yang bernama Desi. Siapa tahu kakaknya ada di rumah Desi. Ade langsung menelepon Desi. Beberapa detik menunggu, akhirnya Desi mengangkat teleponnya, Ade merasa sangat lega.

"Halo, assalamualaikum Kak Desi." Ade memulai pembicaraan.

Desi di seberang telepon diam sebentar karena bingung, kenapa adiknya Narulita malam-malam seperti ini meneleponnya? Desi menjawab, "Ah iya halo, waalaikumsalam Dek. Ada apa malam-malam begini nelpon aku?"

Ade langsung menjelaskan ke intinya. "Jadi gini, Kak. Kak Narulita belum pulang dari tadi. Harusnya dia pulang jam sepuluh karena kerjanya emang sampai jam sepuluh, tapi sekarang sudah jam dua belas dia belum pulang tuh, Kak. Gimana dong?" Ade berucap dengan nada melas.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang