DELAPAN

5.7K 335 37
                                    

Adelia keluar rumah bertepatan dengan Narulita yang baru saja pulang dari kerjanya. Adelia tersenyum lalu menghampiri kakaknya yang masih menuntun sepeda ke belakang rumah, disitulah Narulita menaruh sepedanya. Karena belakang rumah adalah tempat teraman bagi Narulita.

Narulita selesai men-jagang sepedanya lalu menoleh ke belakang, mendapati Adelia berdiri di belakang sepedanya. Sepertinya Adelia tadi mengikutinya ke belakang rumah.

Narulita bertanya, "Ada apa Dek, ngikutin aku ke sini?" Adelia tersenyum-senyum malu, baru sadar telah mengikuti kakaknya sampai belakang rumah. Padahal niatnya tadi hanya ingin menghampiri kakaknya bukan malah mengikutinya.

"Heheh, Kak. Aku tadi enggak sadar ngikutin Kakak ke sini," jawab Ade sambil senyum-senyum dan menggaruk belakang kepalanya yang memang gatal. Narulita geleng-geleng kepala karena heran dengan tingkah Adelia yang kadang tidak jelas.

Narulita tersenyum lalu berucap, "Ya sudah, ayo masuk! Nanti ada yang mau aku bicarakan sama kamu." Narulita berjalan ke depan rumah diikuti Ade di belakang.

Ade bertanya karena penasaran, "Mau bicara sama aku, tentang apa Kak?"

"Iya, tapi nanti setelah Magrib," ucap Narulita sambil membuka pintu rumahnya, lalu masuk. Ade mengikuti di belakang, membiarkan pintu tetap terbuka. Kedua gadis berbeda usia itu memasuki ruangan keluarga dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

Narulita berjalan memasuki kamarnya untuk menyimpan uang tabungannya di dalam lemari. Uang tabungannya itu sangat berarti baginya, tidak boleh ada yang tahu termasuk Adelia dan jangan sampai hilang. Kalau hilang, nanti bisa sia-sia usahanya menabung selama tiga tahun.

...o0o...

Tepat menunjukkan pukul setengah enam akhirnya Maghrib sudah tiba, waktunya bagi seluruh umat muslim melaksanakan salat. Tapi tidak dengan Narulita. Ya! alasannya karena dia masih datang bulan. Menunggu sampai datang bulan selesai adalah hal yang membosankan menurut Narulita. Tapi apalah daya, ia harus bisa menerimanya, karena datang bulan itu wajar dialami oleh setiap wanita.

Ade berjalan ke tempat wudhu yang ada di depan kamar mandi. Tempat wudhu dan kamar mandi di rumah Narulita terpisah. Wudhu di kamar mandi tidak diperbolehkan, jadi harus memiliki tempat khusus untuk berwudhu. Selesai berwudhu, gadis berusia delapan belas tahun itu berjalan ke ruang keluarga mendapati kakaknya yang bermain ponsel lalu bertanya tanpa malu, "Kak, masih mens ya?"

Narulita yang sedang fokus mengetik sesuatu di hapenya langsung terkejut, karena suara Ade datang secara mendadak. "Eh kenapa Dek?" tanya Narulita, tadi belum jelas mendengar suara Adelia.

"Kakak apa masih dapet, kok gak salat?" Ade mengulangi pertanyaannya.

Narulita mengangguk singkat. "Iya, kamu buruan salat deh!" Lalu melanjutkan, mengetik di ponsel.

Ade manggut-manggut mengerti, berjalan memasuki ruangan salat yang bersebelahan dengan kamarnya. Butuh waktu sekitar tiga menit, Ade sudah selesai salat. Ade menggantungkan mukena serta sajadahnya ke paku yang ada di tembok. Setelah itu melangkah keluar ruangan sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia menemui Narulita yang masih duduk di kursi ruang keluarga.

Narulita mendongak, melihat Ade berjalan mendekatinya. Ade duduk di sebelah kakaknya lalu tersenyum. Ia teringat ucapan kakaknya sore tadi mengatakan bahwa ada sesuatu yang akan dibicarakan kepadanya.

"Kak, tadi sore kamu kan bilang, kalau mau membicarakan sesuatu ke aku," ucap Ade perlahan tersenyum.

Narulita menoleh ke arahnya sambil mengerutkan dahi karena bingung. Tapi akhirnya Narulita ingat. "Ah ya, aku ingat!" ucapnya.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang