Pagi hari Aurel sudah siap dan langsung menuju meja makan. Di sana sudah terdapat mamanya dan Jiel.
"Morning ma," ucap Aurel lalu mencium kedua pipi Yanti.
"Too sayang." balasnya.
"Gue gak di sapa nih," sindir Jiel.
"Eh lupa, morning kak."
"Too."
Setelah itu mereka bertiga sarapan bersama. Terkadang juga diselingi dengan obrolan ringan.
"Udah belum kak makannya, kalo udah ayo berangkat nanti gue telat lagi."
"Udah kok dek, ya udah ma kita jalan dulu ya."
"Assalamualaikum." salam mereka berdua.
"Waalaikumsalam, hati-hati ya Jiel bawa mobilnya."
"Siap ma."
- - -
Dua puluh menit kemudian Aurel sudah sampai di SMA Bakti Guna.
"Kak gue males nih mau masuk," keluh Aurel.
Jiel mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa?"
"Karena ketosnya nyebelin!"
"Udah gapapa kok, nanti kalo lo diapa-apain bilang aja sama gue. Gue kan dulu juga mantan ketos." ucap Jiel.
"Hufftt ... ya udah deh kalo gitu gue masuk dulu ya dan jangan lupa jemput gue nanti."
"Iya iya udah sana masuk nanti di hukum lagi loh,"
"Ok see you."
"Too."
Aurel turun dari mobil dan ia langsung ditatap sinis oleh murid-murid yang lain.
Eh itu yang kemaren di atas panggung sama kak Atta bukan sih?
Cantik banget njir.
Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan.
Ihh sok kecantikan banget sih.
Seperti itu lah bisikan-bisikan yang Aurel dengar, tapi ia acuh saja anggap saja itu adalah angin lalu.
Aurel berjalan menuju aula dan tiba tiba...
"Hai!!" seru beberapa orang.
"Eh anjir, siapa sih!" Aurel menengok ke belakang dan yang ia dapati adalah sahabat-sahabatnya. Ia langsung melirik tajam ke mereka bertiga.
"Elah sans dong mbaknya, gausah gitu juga kali liatin kita." ucap Aliya dengan pedenya.
"Heh! Kalo gue jantungan gimana? Lo mau tanggung jawab? Kalo gue mati gimana? Gue belum punya pacar tau!" ucap Aurel panjang lebar.
"Iyain, iya-iya kita minta maaf."
"Ok gue maafin, awas aja kalo kek gini lagi. Oh iya siapa yang punya ide gila kek gini?"
"Dia." ucap Shanin dan Diva sambil menunjuk Aliya.
"Loh kok gue? Bukannya lo ya," elak Aliya sambil menunjuk Shanin.
"Enak aja lo kali yang punya ide." sahut Shanin tak mau kalah.
"Udah udah berisik tau gak dengerin kalian debat. Jadi gue putusin yang salah itu Aliya keliatan dari raut wajahnya." ucap Aurel dengan senyum smirknya.
"Lah kok jadi gue?"
"Udah trima aja kalo lo yang salah."
"Hmm."