Weekend ini dihabiskan aurel untuk berkumpul bersama keluarga besar. Malam ini mereka berkumpul di restoran bintang lima. Disana sudah ada keluarga atta.
Mereka semua duduk dan berbincang ringan sebelum makan malam datang. Aurel duduk disamping atta karena permintaan dari Ratna.
Setelah acara makan malam selesai pun fajar dan Bima memulai perbincangan malam ini.
"Kalian berdua kemarin sudah selesai PTS yang kedua kan?" tanya fajar
Aurel dan atta hanya mengangguk.
"Berarti tinggal ujian kenaikan kelas. Itu berarti kalian akan segera menikah."
"Kenapa cepet banget sih grandpa?"
"Lebih cepat lebih baik."
"Kalian tidak keberatan kan?" tanya fajar memastikan.
"Insya allah enggak kek." jawab atta
"Alhamdulillah,"
"Satu hal yang perlu kami sampaikan sama kalian. Setelah menikah nanti kalian tidak usah buru-buru untuk segera memiliki keturunan. Kami akan menunggu sampai kalian siap." jelas fajar
Aurel dan atta saling pandang. Dari sorot mata keduanya mengisyaratkan jika mereka juga belum siap. Apa lagi aurel,ia baru akan kelas sebelas.
"Kami juga belum siap kok kek." jawab atta
"Ya sudah. Untuk masalah WO dan yang lain kalian tidak usah memikirkan itu. Biar kami orang tua yang mnegurusnya. Kalian hanya terima beres saja." jelas Sinta.
"Apa yang diundang banyak grandma?"
"Tidak, hanya keluarga besar, rekan bisnis, dan sahabat kalian saja."
"Itu saja yang kami sampaikan malam ini pada kalian. Setelah ini kami semua akan pulang. Tapi kalo kalian masih ingin bermalam mingguan silakan." ucap geni yang menggoda atta dan aurel
Pipi aurel bersemu merah. Ia malu saat ini.
"Kita mau jalan-jalan dulu. Boleh, kan, ma?"izin atta yang ditujukan pada yanti.
Yanti tsrsenyum hangat. "Tentu boleh sayang."
Atta bangkit diikuti aurel. Mereka pamit terlebih dahulu. Lalu keluar dan memasuki mobil atta
"Kita mau kemana?" tanya aurel sambil memasang safety belt.
"Aku mau bawa kamu ke suatu tempat. Kamu pasti belum pernah kesana dan aku jamin kamu pasti suka."
Aurel hanya menurut saja. Toh ini perginya dengan atta. Jadi tidak mungkin ia dibawa ke tempat yang tidak-tidak.
Setengah jam kemudian mereka sampai di puncak. Eitzz ... jangan mikir yang nggak-nggak dulu.
Mereka turun dari mobil dan atta mengenggam erat tangan aurel. Mengajak aurel untuk memandangi indahnya kota Jakarta dari atas sini.
"Ini serius kamu ngajak aku kesini?" tanya aurel tidak percaya.
Atta hanya berdehem pelan. "Kenapa? Kamu gak suka?"
Aurel menatap mata atta dengan tatapan berbinar. Reflek ia pun memeluk atta yang berdiri disampingnya.
"Makasih, aku suka banget pemandangannya."
Atta membalas pelukan aurel. "Sama-sama."
Aurel mengurai pelukannya. Ia tersenyum lebar malam ini. Memandangi ribuan bintang di atas sana.
"Kamu tau dari mana kalo aku suka banget sama bintang?"
"Insting aja,"
"Jujur aja udah lama aku gak liat bintang kayak gini. Dulu waktu liburan sekolah pasti ke puncak dan nginep di villa papa. Disana kita seneng-seneng bareng. Tapi itu udah gak mungkin buat sekarang." ucap aurel sambil menunduk.