Setelah makan siang Aureli langsung menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Ia berbaring di atas kasur queen size nya.
Drt ... Drt ... Drt
Merasa ponselnya bergetar Aurel langsung bangun dan mengambilnya di atas nakas. Ia mengernyit bingung, karena tumben sekali Shanin menelfonnya. Tidak butuh waktu lama ia langsung menggeser ikon hijau dan menempelkan ponselnya ke daun telinganya.
"Halo Rel," sapa suara di sebrang sana.
"Ya, kenapa? Tumben telfon?"
"Gue mau ajak lo ke mall nih, bareng yang lain."
"Oh ke mall kirain kemana. Ehm kayaknya nggak dulu deh gue lagi di rumah sama grandpa sama grandma biasa habis pulang dari Perancis." ucap Aurel panjang lebar dan di akhiri dengan kekehannya.
"Huft, ya udah deh gak papa. Salam aja buat semua yang ada di rumah lo."
"Siap syngq."
"Ya udah bye-bye,"
"Bye."
Tut ... Tut ... Tut
Setelah itu sambungan di putus oleh Shanin.Aurel kembali berbaring telentang menghadap ke langit-langit kamarnya yang bernuansa Ungu itu.
Saat akan memejamkan matanya tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarnya.
Tok ... Tok ... Tok
Aurel menghela napas kasar sebelum ia beranjak dari kasur empuknya itu. Dan ia berjalan menuju daun pintu untuk membukakannya.
Cklek
"Mama? Tumben ke kamar aku?" tanya Aurel pada Yanti.
"Kamu sekarang ke bawah ya. Ada yang mau mama omongin ke kamu, penting."
"Oh ya udah ma, aku ambil hp dulu mama ke bawah aja duluan."
"Jangan lama-lama tapi," peringat Yanti.
"Iya-iya mama ku yang paling cantik."
Lalu Aurel berbalik hendak mengambil ponselnya. Setelah di dapat ia langsung menutup pintu kamarnya dan berjalan ke arah tangga untuk ke ruang keluarga.
Saat sampai di anak tangga terakhir dapat ia lihat disana terdapat mamanya dan juga Jiel. Entah dimana Kakek dan Neneknya.
"Ma," panggil Aurel dan membuat mereka menoleh ke arahnya.
"Sini sayang." ucap Yanti sambil menepuk sofa sebelah nya.
"Ada apa ma?" tanya Aurel to the point.
"Sebelumnya mama minta maaf sama kamu,"
Aurel mengernyit heran. Memang mamanya mempunyai salah apa dengannya. "Buat apa ma?"
"Sebenernya mama juga berat buat bilang ini sama kamu. Dan mungkin juga ini terlalu cepat buat kamu. Tapi mau gak mau mama harus bilang sama kamu. Karena kelak kamu yang menjalani semuanya" ucap Yanti dengan nada lesu.
"Maksud mama apa?"
"Kamu dijodohin sama cucu temen grandpa dulu." ucap Yanti dengan satu tarikan napas.
Aurel diam. Ia masih mencerna baik-baik ucapan Yanti barusan. Apa ia tidak salah dengar? Barusan mama nya bilang ia dijodohkan?
What? Tidak! Aurel belum siap sama sekali, karena yang namanya perjodohan pasti ada kaitannya dengan yang namanya MENIKAH.
"Mama ngomong apa sih?" tanya Aurel tidak percaya.
"Maafin mama sayang,"
"Mama bercanda kan ma? Ini semua cuma mimpi kan? Ma jawab ma, ini semua cuma bercanda kan?" tanya Aurel dengan mata yang berkaca-kaca.