Sudah 10 menit yang lalu Aurel sampai di sekolahnya. Tetapi ia tidak kunjung turun dari mobil Azriel. Rasanya ia ingin tidur saja di rumah. Ia menatap parkiran sekolahnya. Sudah banyak murid-murid yang berdatangan, karena sekarang sudah pukul 6.45. Dan lima belas menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.
"Dek?" panggil Jiel.
"..."
"Rel?" panggil Jiel lagi dan setengah berteriak.
"Eh-i-iya kenapa kak?"Aurel balas bertanya.
"Lo gak turun? Betah banget di mobil gue,"
"Males mau turun, rasanya pengen pulang aja terus tidur."
Satu alis Jiel terangkat. "Kenapa?"
"Gue masih kepikiran soal kemaren sore itu di ruang keluarga."
"Oh yang mama bilang lo mau dijodohin?"
"Iya."
"Lah emang apa salahnya kalo lo dijodohin?"
"Ya salah lah. Nih ya pertama, gue masih SMA dan baru kelas 10. Kedua, gue gak kenal sama cowok yang mau dijodohin sama gue itu. Otomatis gue jadi ragu lah! Ya kalo pernikahan itu nantinya bisa bertahan lama, misal enggak?"
"Positif thinking aja, grandpa pasti gak salah milih cowok itu buat lo. Pasti semuanya udah dipertimbangin secara matang-matang."
"Tapi kalo cowok itu termasuk ke dalam kategori cowok gak bener gimana? Emang grandpa udah pernah ketemu sama dia? Belum kan, dan semudah itu mereka menilai cowok itu? Gak abis pikir gue kak,"
"Udah percaya aja dan terus berdoa semoga lo dikasih jodoh yang setia seumur hidup lo sampai maut yang memisahkan kalian berdua."
"Ceramah masnya?"
"Hehehe, yang penting isi dari ceramah gue berfaedah."
"Oke gue bakal percaya, terus berdoa, dan positif thinking aja."
"Gitu dong, ini baru namanya adik gue." ucap Jiel sambil mengacak puncak kepala Aurel.
"Iya-iya, tapi gak usah diacak-acak juga kali rambut gue. Kan jadi berantakan nih," omel Aurel sambil merapihkan rambutnya.
"Iya adik gue yang paling cerewet. Mending sekarang lo masuk kelas gih, udah hampir bel soalnya."
"Ya udah gue masuk dulu. Oh iya nanti gak usah jemput ya kak, gue mau ke mall sama temen-temen gue."
"Tumben? Mau ngapain?"
"Ya shopping lah."
"Udah izin mama belum?"
Aurel nyengir lebar. "Hehehe belum, izinin ya kak? Please," ucap Aurel sambil memasang puppy eyes nya.
"Iya-iya nanti gue izinin sama mama. Lo udah bawa baju ganti belum? Kalo belum pulang dulu ke rumah."
"Udah kok nih," ucap Aurel sambil menunjukkan ranselnya yang berisi perlengkapannya.
"Oh ya udah hati-hati tapi. Kalo mau pulang telfon gue aja."
"Iya iya kakak ku yang paling rempong sedunia! Sekali lagi makasih ya kak, tambah sayang deh." ucap Aurel sambil memeluk Jiel
"Gini nih kalo ada maunya dibaik-baikin."
"Gak papa lah sekali-sekali ini juga. Kalo gitu gue turun dulu, see you."
"See you too."
Aurel turun dari dalam mobil dan setelah itu Jiel bergegas untuk pulang. Aurel masih memperhatikan mobil itu yang perlahan hilang dari indra penglihatannya. Lalu berbalik hendak menuju ke kelasnya.