14. Izan kenapa?
•••
Tak selamanya orang mendapatkan semuanya. Kadang dia harus memilih walaupun itu sulit!.
-IzanAtaya.Happy Reading!!
"Lo kenapa?"
".... "
"Woii!!"
"..... "
"Jawab anj!"
"Dia di putusin pacarnya."
"WHATT!? "
Evan melongo mendengar jawaban dari Ryan. Bukankah Izan itu fakkboy? Kenapa bisa galau gara-gara diputusin pacarnya? Tinggal cari lagi, kok susah.
Sedangkan Izan yang dijadikan bahan ghibahan hanya mendengus lalu keluar kelas. Dia terlalu malas untuk bercerita kepada teman sengkleknya itu.
Menurutnya, ini adalah hal terumit yang pernah ia pikirkan. Izan menghembuskan nafas lelah lalu mengacak rambutnya frustasi.
"GUA HARUSS APA!!" Teriaknya meluapkan semua emosi yang sudah ia pendam sejak tadi. Untungnya dia sekarang berada di taman belakang sekolah, jadi tak ada yang mendengar teriakannya kecuali seseorang yang memperhatikannya sedari tadi.
"Lo gak harus apa-apa! Tinggal nentuin apa kata hati lo sendiri." Sahut seseorang dari atas pohon mangga. Seseorang itu bersmirk sambil memakan buah mangga yang sudah matang.
"Kalo lo gak yakin sama keputusan lo sendiri, Gimana orang lain akan percaya sama lo?" Lanjutnya lagi.
"Tapi, gue bingung, Dio. Gue takut kalo gue salah milih, pasti gue akan kehilangan salah satu dari keduanya ... " Lirih Izan sambil menunduk menatap sepatu hitamnya yang mengkilap. Seseorang yang dipanggil Dio itu menatap remeh pada Izan. Dia adalah Dio, Anak IPS XII 1. Jangan heran jika Dio tau masalah Izan. Karena Dio sudah dari tadi di sana saat Izan bergumam tentang masalahnya.
"Gue saranin lo jangan salah milih keputusan. Karena kalo lo sampe salah milih, lo akan kehilangan semuanya. Seperti gue yang kehilangan seseorang karena salah mengambil keputusan." Dio memelankan akhir kalimatnya agar Izan tak mendengar. Dio tersenyum pedih mengingat masa lalu nya yang begitu pahit dan suram.
Izan tak berkutik. Dia menunduk memikirkan perkataan Dio tadi. Izan harus memilih salah satu di antara dua. Ia, Dia harus memilih!
"Izan mana?" Tanya Zie saat sudah sampai di kelas bersama Jean.
Evan dan Ryan kompak mengindikkan bahu tak tau. Sedangkan Calvin? Dia lebih baik membaca buku dari pada menjawab pertanyaan Zie yg pastinya akan di jawab oleh Evan dan Ryan. Dahi Zie berkerut atas jawaban dari kedua temannya.
"Ini tas Izan, 'kan?" Tunjuk Zie saat melihat sebuah tas di kursi sebelah Ryan.
Ryan mengangguk polos dengan senyum yang mengembang. Zie bergidik ngeri "gila," gumamnya.
Zie memilih acuh lalu duduk di sebelah Jean sambil mengelus bulu Leo.
"Lo bawa Leo?" Tanya Evan tak percaya.
"Kenapa emangnya?" Zie balik bertanya. Evan hanya menggeleng takut kena semprot oleh Zie.
Tiba-tiba saja, Izan masuk ke kelas dengan senyum yang terlihat ... dipaksakan? Izan segera duduk di sebelah Ryan dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.
Evan dan Ryan bergidik ngeri melihat wajah Izan yg berubah secara tiba-tiba kek mantan.
Sontak Ryan memegang dahi Izan lalu bergantian memegang bokongnya. "Oh, panasnya sama, kok," gumamnya terkikik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aziela [Revisi]
Подростковая литератураPROSES REVISI! "Dee Zie, Lo gak mau gabung sama abang?" tanya Dean. "Stop panggil Ela adik! dan stop manggil diri kamu sebagai abang Ela! KARENA ELA BUKAN ADIK KALIAN! BAHKAN, ELA BUKAN KELUARGA PRADIPTA!" teriak Aziela mengeluarkan unek-uneknya yan...