Chapter 12

204 32 2
                                    

"Bagaimana bisa? ", tanya New terheran heran.

"Aku adalah salah satu pemilik dari koran yang berisi kejadian tersebut tahun 1994"

"Lalu, mana korannya? Bisakah aku melihat koran itu?", New berbicara dengan nada sedikit memaksa kepada Pompam.

"Tidak ada, koran itu sudah diambil oleh orang orang bersenjata"

New menggebrak pelan etalase toko tersebut, kecewa.

"Karena koran yang harganya kurang dari 10 baht tersebut, aku kehilangan kembaranku", Pompam mengingat kembali kejadian kelam beberapa tahun yang lalu. Ia tak akan melupakan kejadian tersebut dan janji pembalasan dendam masih berada dalam jiwanya.

"Apa yang terjadi sampai kau bisa kehilangan kembaranmu?"

/Flashback

Phuket, 24 Januari 1994
20:00

Seorang pemuda berusia 28 tahun berjalan menuju rumahnya setelah lelahnya bekerja berjam-jam di toko roti milik bibi Godji. Di perjalanan pulang, pemuda tersebut menemukan seorang laki-laki yang berjualan koran dengan berita berita terbaru di negara Thailand. Pemuda tersebut pun berniat untuk membeli koran yang dijual anak laki laki tersebut.

"Saya beli satu korannya", pemuda tersebut mengeluarkan selembaran uang bernilai 5 baht yang ditukarkan oleh beberapa lembar kertas berisikan berita terbaru negara ini.

Pemuda tersebut melanjutkan perjalanannya pulang, tak ada satupun pemikiran buruk yang terlintas dari kepalanya. Hanya hari hari biasa yang selalu ia lewati. Tak perlu waktu lama, ia sudah berdiri tepat di depan pintu rumahnya.

"Pompam, kamu sudah pulang", senyuman manis terulas dari wajah seorang pemuda yang memiliki fitur yang sama persis dengan pemuda yang baru saja pulang dari tempat kerjanya.

"Ya Pun, hari ini toko sedang ramai jadi aku pulang telat", pemuda yang baru saja datang biasa disapa Pompam tersebut masuk ke dalam rumah dan menaruh koran tersebut di atas meja dapur lalu mengambil air dingin yang berada di dalam kulkas.

"Aku ingin pergi mandi, badanku sudah sangat lengket dengan keringat", Pompam berjalan di tangga menuju lantai dua sedangkan Panpun--kembarannya, memasak mie instan rebus untuk kembarannya.

Selang 15 menit kemudian,
Pompam berjalan menuruni tangga dengan rambut yang masih basah dan baju piyama pendek yang biasa ia kenakan.

"Pun, kau dimana?", teriak Pompam di ruang tamu yang menjadi ruang makan mereka berdua.

"Pun, aku sudah sangat lapar ayolah!"

Hening,
Tetap tak ada jawaban

"Pun?"

Sama seperti tadi, tak ada jawaban apapun.

Pompam pun memutuskan untuk berjalan menuju dapur kecilnya dan betapa terkejutnya Pompam ketika melihat kakak kembarannya, Panpun tergeletak bersimbah darah. Tubuh Pompam melemas melihat pemandangan mengerikan yang berada di depannya dengan segera menelepon polisi menggunakan telepon rumah.

Dengan suara yang bergetar, Pompam menjelaskan kejadian secara detail kepada polisi yang baru saja datang setelah 20 menit ia menelepon kantor polisi. Salah satu polisi pun berkata

"Aneh, sudah ada 10 korban yang meninggal dengan cara yang sama"

Pompam mengernyitkan dahinya mendengar perkataan salah satu polisi tersebut.

"Ya, sebelumnya terdapat 9 korban yang meninggal dengan cara yang sama, tertembak di dadanya sebanyak 3 kali dan koran keluaran Phuket News terbaru hilang begitu saja"

Pompam lalu ditenangkan oleh beberapa psikolog dan dibawa untuk tinggal sementara di salah satu hostel yang berada di Phuket.

Keesokan harinya,

Pompam mendengar berita yang di siarkan di salah satu stasiun radio Phuket.

"Ditemukan 11 jasad yang meninggal dengan cara tertembak di dadanya sebanyak 3 kali, salah satu diantaranya adalah penjual koran. Selain cara pembunuhan yang sama, ada salah satu keanehan yaitu seluruh koran keluaran terbaru Phuket News hilang dari tkp. Tiga jurnalis Phuket News meninggal dengan cara misterius dan juga kantor produksi Phuket News terbakar habis dilalap si jago merah"

Pompam yang mendengar berita tersebut mengepalkan tangannya, terjadi hal yang berbau amis yang dialami kembarannya.

"Pun, suatu hari nanti aku akan membalaskan dendamku. Maafkan aku atas segala yang terjadi padaku, seharusnya akulah yang mati di kejadian itu, maafkan aku sudah menjadi adik yang buruk"

*Flashback Off

"Sorry for your lost", New mendengarkan cerita kelam dari Pompam.

Pompam menyeka air matanya yang sempat keluar ketika menceritakan kejadian tersebut.

"Bagaimana kau tahu cerita itu? Itu sudah berpuluh puluh tahun lamanya", tanya Pompam kebingungan.

"Temanku menjadi korban kecelakaan tersebut", New melihat Tay yang sedang menatap kedua matanya dalam.

"Aku juga mengetahui berita tersebut dari materi kuliah ku yang ternyata cocok dengan identitas temanku"

"Bagaimana kau tahu itu bukan pure kecelakaan"

"Di materi tersebut di jabarkan beberapa kemungkinan kemungkinan bahwa itu bukanlah kecelakaan"

Pompam mengernyitkan dahinya heran

"Bagaimana kau bisa mendapatkan informasi tersebut kalau seluruh berita di Phuket bahkan mengatakan itu adalah pure kecelakaan"

Tay yang sedari tadi menatap kosong kearah depannya tiba tiba membulatkan kedua matanya ketika mendengar kalimat tersebut.

'Jangan bilang itu kau'

Perlahan ingatan kelamnya kembali mulai dari sini.

***

WAW STREZ JUGE YE BUND

TBC SAYANK...

1000 days with you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang