9 Mei, 1992
Chiangmai University, Thailand
"Akhirnya kau datang juga", Lee melihat kedatangan Tay yang berlari menujunya dengan peluh di wajahnya.
"Apa aku terlambat?"
"Hampir, ayo cepat! Sekitar dua menit lagi kelas dimulai", Tay mengatur napasnya dan membungkukkan badannya, lelah berlarian dari gerbang menuju gedung kampusnya.
"Sebentar dulu", Lee yang melihat detik jam terus bergerak pun langsung menarik tangan Tay lalu berlari membawanya menuju kelas.
"Beasiswa mu di cabut baru tahu rasa"
11:59
Akhirnya mereka bisa mendaratkan bokong mereka di kursi masing masing sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
"Bagi minum!", Lee mendorong botol minuman yang ia bawa ke samping kirinya.
"Lee", Tay membuka suara setelah menghabiskan setengah dari isi botol minum Lee.
"Apa?"
"Apakah kita harus pindah rumah?"
Lee mengernyitkan dahinya heran, mengapa tiba tiba Tay ingin pindah rumah?
"Memangnya kenapa tinggal di dorm?"
"Aku khawatir dengan keadaan Namtarn sekarang"
Lee tambah bingung dengan ucapan Tay, memangnya se parah apa kondisi Namtarn?
"Kau mulai suka dengan perempuan huh?"
"Hah? Apa? Tidak, aku tidak menyukainya"
"Lalu?"
"Kejadian tadi sudah cukup membuat detak jantungku berlari"
"Apa yang terjadi tadi?", Lee memfokuskan pandangannya kepada Tay, mendengar setiap kalimat yang akan ia lontarkan.
"Tadi ia sempat ingin melompat ke jurang, untung aku sampai tepat waktu kalau tidak... "
Lee yang mendengar itu terkejut, orang yang selama ini ia sayangi bahkan lebih dari apapun ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
"Oh iya, jangan cemburu padaku, aku tak tertarik dengan perempuan seperti yang kujelaskan beratus ratus kali"
Lee memutar bola matanya malas, memang benar ia masih cemburu walaupun ia mengetahui orientasi seksual pemuda yang berada di sebelahnya ini.
"SEMUANYA! KELAS DITIADAKAN HARI INI KARENA ADA RAPAT DADAKAN!", salah satu mahasiswa berteriak dengan napas yang masih tersengal-sengal.
"Sia sia aku datang kemari", Tay menggebrak kecil mejanya, kesal.
"Tay"
"Apa?"
"Kau tahu tidak, mengapa Namtarn ingin melakukan hal seperti itu?"
Tay terdiam kemudian menghembuskan napasnya berat, ia harus mengatakannya saat ini atau akan lebih parah kelanjutannya.
"Ia tak siap menjadi ibu dan ayah dari bayi itu tiba tiba menghilang"
Lee mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi yang bergejolak.
"Kenapa kau tak bilang itu kepadaku? Kalian sengaja merahasiakannya?"
Lee benar benar buta akan masalah ini. Namtarn dan Tay selama ini hanya bilang ia sakit biasa karena kelelahan dan akan sembuh beberapa hari nanti namun, nyatanya ini adalah sesuatu yang amat besar.
"Namtarn mengatakan padaku untuk tidak memberitahu mu tapi kondisi kali ini sudah sangat parah"
Lee mengatur napasnya agar emosinya pergi bersama udara yang ia hembuskan. Masih ada satu masalah yang mengganjal di pikirannya
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 days with you
FanfictionAntara luka dan obat Hadir bagai penyembuh Namun fakta bagai racun Tak ada yang tau dimana rasa Sampai pergi salah satunya