7 Mei, 1992
Thep sadet No 47, Doi saket
Chiangmai, ThailandSeorang wanita yang berusia 27 tahun tampak memandang lurus jalanan yang sepi di depan rumahnya melalui jendela, masih tak terbayang bahwa ia akan memiliki tanggungjawab yang sangat besar di usianya yang masih ingin terus belajar di universitas universitas terkenal sampai meraih gelar S3. Namun, kenyataan tak berpihak padanya, peristiwa kelam yang selalu menghantui nya membuatnya seperti ini.
"Nam?", suara dari seorang pemuda yang sangat familiar di telinganya kini melangkah masuk ke dalam gubuk kecilnya yang hanya ditinggali ia seorang.
"Udah makan belum?", pemuda itu menutup kembali pintu kayu yang sudah lapuk termakan usia, lalu meletakkan makanan yang dibungkus oleh daun pisang lengkap dengan air kelapa yang berada di kantung plastik bening di sampingnya.
"Nam makan dulu yuk, kamu dari pagi cuma liatin jalan doang loh", pemuda tersebut membuka bungkusan daun pisang tersebut dan meletakkan di tangan kirinya dan memposisikan diri, duduk di sebelah kiri wanita tersebut.
Lelaki tersebut hendak menyuapi wanita berkulit pucat dikarenakan kurangnya energi dalam tubuhnya dari hari kemarin. Sendok yang sudah berada di depan mulut wanita tersebut tiba tiba terjatuh begitu saja di lantai yang masih terbuat dari tanah merah. Wanita tersebut menolak makan untuk ketiga kalinya.
"Kamu jangan gini terus Namtarn! Kamu harus makan! Kasian bayi yang ada---"
"Bayi?", wanita tersebut memperlihatkan senyum kecutnya kepada alam semesta sambil terkekeh pelan.
"Nanti juga dia mati kok sama aku", dengan wajah datar begitu pula nadanya, ia sebutkan tanpa ada keraguan dari lubuk hati terdalam.
Lelaki tersebut membelalakan kedua bola matanya tak percaya. Serapuh itukah sesosok yang terduduk memandangi jalanan di depannya ini?
Lelaki tersebut menghembuskan napasnya berat lalu mencoba memeluk pelan tubuh wanita yang rapuh tersebut, tak seperti biasanya ia merasakan tak ada tanda tanda kehidupan dalam diri wanita itu.
"Tay, aku mau mati aja", pelahan lahan tetesan air mata meluncur dari pipi pucat wanita yang bernama Namtarn itu.
"Shhh, jangan bilang kayak gitu tolong. Kamu boleh nangis sebanyak yang kamu mau, tapi jangan pernah kamu bilang kata kata itu", lelaki yang bernama Tay tersebut mangusap pelan rambut Namtarn yang terurai tak terurus.
"NAM AKU BAWA--", seorang pemuda yang membawa rantang makanan berwarna putih tersebut seketika terhenti melihat pemandangan yang menyesakkan hatinya.
"Pegang janji aku, aku bakalan jaga kamu dan bayi manusia yang berada di dalam sini"
***
15 Agustus, 2019
Perjalanan menuju Doi saket
Chiangmai, Thailand"MAU KEMANA KITA? KE RUMAH NENEK!", Tay sedari tadi mengikuti perintah Dora yang ia tonton di handphone milik pengemudi mobil sewaan yang berada di sebelah kanannya.
"Bisa ga si kalo nonton itu yang lain jangan Dora", fokus New yang sedari tadi tertuju pada jalanan ramai lancar di Thailand ini seketika buyar dengan adanya suara Dora dan hantu yang di sebelah nya bersamaan.
"Yaudah tolong gantiin", Tay menggerakkan kedua ujung kakinya antusias.
'Hhh...punya hantu kok nyusahin, kok bisa ya orang orang mau melihara hantu'
"Mau nonton apa?"
"Apa aja"
"Masak masak?"
"Engga"
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 days with you
FanficAntara luka dan obat Hadir bagai penyembuh Namun fakta bagai racun Tak ada yang tau dimana rasa Sampai pergi salah satunya