Chapter 17

261 32 3
                                        

"Lalu, bagaimana dengan koran itu?"

Tay menarik napasnya dalam dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba untuk menceritakan kisah tersebut lebih lanjut.

"Itu adalah temanku, Singto Prachaya. Berakhir ditemukan tewas jatuh dari apartemen lantai lima belas. Alasan kematian nya yang tercantum pada koran berita adalah bunuh diri namun pada nyatanya tidak begitu"

*Flashback on

15 Januari 1994
Kantor koran The Phuket

05:00

"Singto", pemuda pemilik nama tersebut membalikkan badannya ketika seorang wanita yang lebih tua darinya menepuk pundaknya.

"Ada apa khun Alice?"

"Apa kau hari ini kosong?", wanita ber-name tag Alice tersebut membawa map berwarna navy di lengannya yang diisi dengan dokumen dokumen penting.

"Ya hari ini aku hanya meng-interview polisi yang menangani kasus penculikan sore ini, memangnya ada apa?"

Alice mengulurkan map navy penuh dengan lembaran kertas yang bertuliskan 'Kecelakaan mobil di Chiang Mai'. Singto hanya mengerutkan keningnya heran.

"Aku ingin kau cari tahu tentang kejadian ini", Alice menunjukkan tiket pesawat terbang Phuket-Chiang mai yang akan lepas landas pukul 10:00

"Apakah ini tidak terlalu tiba tiba?", Singto membaca satu per satu lembaran kertas yang berisi tentang hal hal yang ia harus ketahui seperti kapan kejadiannya, siapa korbannya, apa penyebabnya, dimana, dan lainnya.

"Kita mendapatkan informasi ini pukul 04:00 tadi"

"Mengapa harus aku?", Alice tersenyum kecil lalu berjalan menjauhi Singto.

"Karena hanya kau yang ahli dalam bidang ini"

Singto tetap berdiam diri tanpa ada niatan bergerak dari tempatnya sambil menatap berkas yang harus ia bawa untuk ke Chiang mai

***

Setelah 5 jam lamanya penerbangan dari Phuket menuju Chiang mai akhirnya Singto dapat menghirup udara segar di luar bandara Chiang mai. Baru lima belas menit Singto merenggangkan otot otot pada tubuhnya yang menegang, tiba tiba seseorang dari arah belakangnya menepuk pundak Singto pelan.

"Apa kau Singto Prachaya?", seorang lelaki berkulit putih dengan seragam coklat muda bertuliskan nama Arm weerayut di dadanya.

"Ya benar", lengan Arm dengan otomatis mengambil tas punggung yang tidak terlalu besar dari punggung Singto menuju punggungnya.

"Ikut saya", mereka berdua berjalan menuju mobil sedan berwarna biru tua yang terparkir di pinggir jalan dekat bandara.

"Apa yang sebenarnya terjadi disana khun- "

"Panggil aku Arm tidak perlu dengan kata Khun", Singto mengangguk mengerti lalu mengulang pertanyaannya kembali.

"Hanya kecelakaan mobil biasa karena human error", Singto menganggukkan kepalanya sebagai respon singkat

Tanpa perlu waktu lama, mobil sedan berwarna biru tua tersebut memasuki wilayah kantor polisi yang berada di Chiang mai.

Singto memasuki ruangan barang bukti dengan membawa kamera, buku, dan dokumen perihal apa saja yang harus ia ketahui.

"Ini adalah mobil milik korban yang diduga kecelakaan akibat mabuk berat", Singto melihat kondisi mobil yang membuat nya merinding.

Kondisi mobil sudah hancur. Kaca mobil pecah juga pintu mobil bagian kiri bahkan lepas dari tempat semula.

1000 days with you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang