Lima menit lagi jam pulang sekolah akan berdering. Audy sudah mempersiapkan dirinya untuk bisa segera keluar dari sekolah, karena pelajaran sejarah di jam terakhir membuatnya benar-benar mengantuk. Walaupun berada di kelas IPA, SMA Garuda Bangsa juga memberikan pelajaran sejarah selama 2 jam pelajaran setiap minggunya pada seluruh siswa IPA. Gandhi masih duduk dibangku Audy, sementara Audy duduk dibangku Suri. Dion memaklumi hal tersebut, mungkin saja Gandhi masih ingin kangen-kangenan dengan Audy, walaupun selama jam pelajaran setelah istirahat tadi Gandhi tak mengucapkan sepatah kata pun pada Audy, begitu juga sebaliknya. Benar-benar persahabatan yang aneh.
" Au lo balik bareng gue " ucap Gandhi tanpa menoleh dari papan tulis yang sudah berisi sejarah mengenai Indonesia setelah merdeka. Ucapan Gandhi terdengar seperti perintah bagi Audy karena Gandhi tidak menanyakan pendapatnya lebih dulu mau atau tidak pulang dengan Gandhi.
" Kasian supir gue Gan, udah otw " ucapan Audy berbarengan dengan dering jam pulang sekolah yang terdengar seperti nyanyian surga.
" Gue nggak minta pendapat lo setuju atau nggak, jadi pilihan lo cuma iya atau ayo "
" Gue nggak mau pulang bareng lo setuju atau nggak, jadi pilihan gue nggak mau atau bye ! " Audy yang sudah siap untuk pulang segera bangkit dari bangkunya menuju keluar kelas.
Gandhi memasukan buku-bukunya dengan cepat dan tanpa berpamitan atau mengucapkan sesuatu meninggalkan Dion dan Yoji begitu saja untuk mengejar Audy yang sudah keluar kelas.
* * *
" Au... ! Au tunggu ! " dengan cepat Gandhi berhasil mengejar Audy yang sudah berdiri di dekat bangku tunggu yang terletak di parkiran sekolah. Audy menatap kedatangan Gandhi dengan dua tangan terlipat di depan dada. Ekspresi Audy menyiratkan pertanyaan ada apa pada Gandhi yang malah tampak kikuk.
" Bisa pulang bareng gue kan Au ? Please, ada yang mau gue omongin " kata Gandhi pada akhirnya meruntuhkan sedikit tembok kegengsiannya.
" Oke " setuju Audy dengan cepat, kemudian berjalan menuju kearah mobil Gandhi, meninggalkan Gandhi yang masih diam berdiri di tempatnya.
Gandhi tersenyum tipis, sahabatnya itu memang tidak berubah, dan tidak akan berubah, hanya fisiknya yang berubah, namun sikap, sifat, dan perilakunya masih Audy yang dull.
* * *
" Semuanya itu bisa dibicarain baik-baik Gan, nggak perlu ada perintah atau paksaan, lo tau kan kalo lo minta gue pulang baik-baik nggak akan gue tolak " ucap Audy setelah mematikan sambungan teleponnya pada Pak Imam untuk memberitahu bahwa ia pulang bersama Gandhi.
" Hhmm ya " Gandhi menghidupakan mesin mobilnya, kemudian perlahan mobil tersebut meninggalkan gerbang SMA Garuda Bangsa.
" Oh iya, tadi lo bilang mau ngomong, ngomong apaan? " tanya Audy.
" Hhmm... itu gue hmm... mau minta tolong " tiba-tiba saja bibir Gandhi terasa berat untuk berucap.
" Minta tolong apa ? "
" Itu.. gue.. maunya minta tolong... " Gandhi tampak kikuk dan beberapa kali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Tolong apa sih Gan ?! " Audy geregetan karena Gandhi tampak sulit menyampaikan keinginannya.
" Bantuin gue buat balikan sama Marsha " ucap Gandhi akhirnya menyampaikan keinginannya.
Audy tak terkejut dengan permintaan Gandhi yang satu ini, bahkan ia sudah mengira Gandhi akan meminta hal itu darinya cepat atau lammat.
" Akhirnyaaa... udah gue duga "
" Tolongin gue ya Au "
" Gue mau bantuin lo, tapi gue punya syarat, gimana ? " tawar Audy menyeringai tipis seakan dalam otaknya sudah tersusun beragam rencana yang dapat membantu Gandhi untuk kembali pada Marsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
MERCUSUAR
Подростковая литератураPutus, lima huruf yang mampu mengakhiri hubungan dengan segala kenangan yang pernah terjadi. Tak peduli berapa lama pun hubungan terjalin, jika kata putus sudah terucap, maka semua tidak akan sama lagi. Patah hati adalah salah satu dampak dari kata...